Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~19
Jiro dan Sofie yang baru datang tampak menjadi pusat perhatian para tamu, bagi mereka keduanya terlihat sangat serasi karena selain tampan dan juga cantik mereka sama-sama berasal dari kalangan atas. Pestanya pun sangat mewah dan juga meriah layaknya sebuah pesta pernikahan bukan pertunangan.
"Mereka pasangan yang sangat serasi ya Han," Sarah nampak tersenyum kagum ketika melihat kedua calon mempelai tersebut pasti keduanya sama-sama kaya pikirnya.
Orang-orang yang berasal dari kalangan biasa sepertinya hanya bisa mengagumi karena cerita pangeran dan cinderela cuma ada di negeri dongeng, para orang kaya selalu mencari pasangan berdasarkan bibit bebet dan bobotnya jadi tak mungkin orang sepertinya maupun Hanna yang notabennya pekerjaannya lebih baik darinya akan di liriknya.
"Hm,"
Hanna hanya mengangguk kecil, pandangannya tak lepas dari Jiro yang terlihat tampan malam itu, pria yang sedang mengenakan pakaian formal berupa setelan jas putih itu terlihat gagah di matanya namun sayangnya wajahnya begitu dingin dan angkuh bahkan senyumnya hampir tak keluar ketika para tamu memberikannya ucapan selamat.
"Dasar sombong, tidak bisakah sedikit saja tersenyum?" gumamnya mencibir.
Kemudian wanita itu kembali menawarkan minumannya ke beberapa tamu yang baru datang, memberikan pelayanannya dengan ramah agar perusahaan tempatnya bekerja part time mendapatkan nama baik dan di kemudian hari jasanya akan di pakai kembali.
"Hanna, kamu di sini?"
Jovan yang tak sengaja melihat Hanna sedang menawarkan minumannya kepada beberapa orang yang sedang berkumpul nampak terkejut melihat wanita itu.
"Tuan Jovan,"
Hanna pun langsung tersenyum menatapnya, pria yang terlihat tampan malam ini dengan setelan jas berwarna hitam dan juga kemeja berwarna putih.
"Anda terlihat tampan dengan jas itu tuan Jovan," ucapnya tak tahan untuk memuji pria itu.
Jovan nampak salah tingkah. "Benarkah? Sebenarnya aku terpaksa memakainya karena jika tidak ibuku bisa mengeluarkan ku dari kartu keluarga," seloroh pria itu sembari terkekeh.
"Tapi anda benar-benar pantas memakainya," puji Hanna meyakinkan. Tuan muda di hadapannya itu memang sangat tampan, kulitnya putih bersih seperti sebuah porselen berbeda dengan Jiro yang lebih maskulin.
"Baiklah kalau begitu aku akan mulai nyaman memakainya," Jovan pun nampak percaya diri saat ini sembari merapikan kerah kemejanya dan tentu saja itu membuat Hanna langsung terkekeh melihatnya.
"Oh ya Hanna, kamu kenapa berpakaian seperti itu? Bukankah Sofie mengundangmu juga?" Jovan menatap heran wanita itu yang berpakaian pelayan.
"Ini adalah pekerjaan sampinganku tuan Jovan, lagipula daripada aku hanya menjadi tamu undangan dan tak melakukan apapun bukankah lebih baik aku melakukan sesuatu yang menghasilkan uang?" sahut wanita itu dengan senyuman manis seperti biasanya namun tiba-tiba pandangannya tak sengaja kearah Jiro yang rupanya sedang menatapnya dengan tajam, entah sejak kapan pria itu menyadari keberadaannya tapi kini pandangannya seakan siap mencabik-cabiknya hingga tak bersisa.
"Baiklah aku harus menawarkan minuman ini kepada yang lain, apa tuan tuan Jovan mau juga?" Hanna pun mengalihkan pandangannya ke beberapa minumannya di atas nampan yang ia bawa.
Jovan mengambil satu. "Terima kasih Hanna," ucapnya dengan pandangan iba melihat kepergian wanita itu untuk menawarkan minumannya kepada pengunjung lain yang baru datang.
Tamu yang lumayan banyak membuat Hanna dan beberapa teman-temanya sedikit kewalahan namun mereka tetap bersemangat mengingat upah yang lumayan besar yang akan didapatnya.
Waktunya tukar cincin pun di mulai dan para tamu undangan nampak fokus kearah kedua calon mempelai yang terlihat tak sabar untuk melakukannya terutama Sofie, wanita itu tak berhenti tersenyum ketika nyonya Andrea membawa sebuah kotak cincin pada mereka.
"Ayo sayang kenakan di jari Sofie!" perintah wanita itu kepada sang putra.
Jiro nampak melirik kearah Hanna yang terlihat memperhatikannya sama seperti para tamu yang lain kemudian di pakaikan cincin tersebut ke jari Sofie dengan pelan dan tentu saja itu membuat wanita itu nampak tersenyum girang. Akhirnya mereka bertunangan dan beberapa bulan lagi akan menikah, rasanya sudah tak sabar menantikan hal itu tiba pikirnya.
Hanna langsung memalingkan wajahnya lantas berlalu dari sana untuk kembali melakukan tugasnya. "Hei pelayan aku minta minumannya!" teriak seorang wanita dan Hanna pun segera berbalik badan untuk mendatanginya.
"Nyonya Catherine?" gumamnya ketika melihat wanita yang memanggilnya tersebut namun Hanna tetap melangkah mendekat.
"Wow, apa ini pekerjaanmu yang sebenarnya?" ucap nyonya Catherine dengan pandangan merendahkan.
"Silakan minumannya nyonya!" tawar Hanna yang tak ingin membalas cemoohan wanita itu karena pasti akan berujung ribut.
"Bikin malu saja, seorang sekretaris tuan Jiro yang terhormat bekerja sampingan menjadi seorang pelayan." cibir wanita itu kemudian saat Hanna hendak pergi mengabaikannya hingga membuat beberapa tamu yang berada di sekitar sana langsung menoleh.
Hanna pun nampak menghela napasnya pelan dan berusaha untuk tidak terpancing, namun wanita itu justru langsung menarik lengannya untuk menghentikannya.
"Apakah kamu tuli dan tidak mendengarku hah? Apa yang kamu lakukan dengan pakaian seperti ini? Apa kamu sengaja ingin membuat malu tuan Jiro?" Nyonya Catherine langsung menatap geram wanita itu.
"Nyonya, tolong jangan membuat keributan di sini! ini di luar pekerjaan saya sebagai sekretaris beliau jadi tolong jangan ikut campur!" mohon Hanna dengan penuh harap ia tak ingin acara ini terganggu gara-gara mereka.
"Tapi sama saja di luar pekerjaanmu kamu harus menjaga etikamu sebagai sekretaris tuan Jiro," tegas nyonya Catherine tak mau kalah.
"Saya tidak berbuat kriminal nyonya dan pekerjaan yang saya lakukan ini halal," Hanna mencoba membela dirinya lagipula posisinya sebagai sekretaris tak ada hubungannya dengan pekerjaan part timenya saat ini.
"Tetap saja itu bikin malu Hanna, astaga kamu itu bodoh, tolol atau gimana sih?" Nyonya Catherine nampak menggeleng kecil sembari tersenyum meremehkan dan kini pertengkaran mereka pun telah menjadi tontonan orang-orang di sekitarnya.
Hanna tak tahan lagi untuk mengalah. "Sekali lagi ku tegaskan ini bukan urusanmu nyonya selagi tak merugikan perusahaan dan perlu anda tahu bekerja menjadi pelayan lebih mulia daripada menggoda para petinggi perusahaan demi mendapatkan jabatan!" ucapnya menatap nyalang wanita itu dan tentu saja itu membuat nyonya Catherine maupun orang-orang di sekitar sana langsung terkejut mendengarnya.
Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum di kantornya jika wanita berusia 30 tahuan itu sering kencan dengan beberapa petinggi perusahaannya demi sebuah posisi yang di incarnya.
"A-apa maksudmu bicara seperti itu?" ucapnya tak percaya seraya mengedarkan pandangannya ketika semua orang menatapnya.
Hanna hanya tersenyum mengejek menatapnya di saat orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya kepada wanita itu.
Tiba-tiba terdengar riuh suara para tamu setelah Jiro dan Sofie bertukar cincin hingga fokus mereka kembali kepada acara yang berlangsung.
"Cium!"
"Cium!"
"Cium!"
Hanna pun langsung berbalik badan saat suara riuh itu terdengar namun tiba-tiba rambutnya di guyur minuman oleh nyonya Catherine hingga membuat orang-orang si sekitarnya langsung berteriak dan tentu saja itu sampai di telinga sang pemilik acara.
awas aja nanti kamu nyesel
bgtulah jeroan hobi nya ngintilin aja kurang ekrjaan,pasti hbis ini ngehina hanna lgi🥴🥴