NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Kebenaran Berdarah

Angin malam menyapu pelataran vila tua milik keluarga Devanzo markas warisan mafia yang menyimpan lebih banyak rahasia daripada ruangan gelap di bawah tanahnya. Nayla menatap gerbang tinggi itu dengan napas memburu. Bukan karena ketakutan, tapi karena firasat buruk yang sejak sore menyesakkan dadanya.

Adrian belum menjawab pesannya sejak siang. Terlalu lama.

“Jangan masuk sendirian,” pesan Yara terngiang di kepalanya. Tapi dorongan hati lebih kuat dari logika.

Gerbang itu terbuka otomatis setelah ia menempelkan kartu akses yang Adrian berikan seminggu lalu. Langkah kakinya menyusuri halaman luas yang kini sepi, seperti istana mati yang ditinggal pemiliknya. Tapi Nayla tahu, seseorang masih di dalam. Dan ia merasa... Adrian sedang dalam bahaya.

Suara langkahnya menggema saat ia masuk ke aula utama. Sepi.

Namun saat Nayla melangkah menuju ruang kerja Adrian, terdengar suara keras dari dalam bunyi gelas pecah, lalu teriakan.

“Ayah tidak akan pernah menyerah pada rencana kotor itu!” suara Adrian.

Lalu, suara berat dan dingin menjawab, “Kau terlalu naif, Adrian. Dunia ini tak berjalan dengan kehormatan. Ia berjalan dengan kekuasaan dan pengorbanan.”

Nayla mendorong pintu.

“Berhenti!”

Semua mata menoleh. Adrian berdiri tegak, meski pelipisnya berdarah. Di hadapannya, berdiri pria yang selama ini mengatur semuanya dari bayang-bayang Ricardo Devanzo, paman kandung Adrian, dalang sesungguhnya di balik kematian banyak orang... termasuk ayah Nayla.

“Jangan ikut campur, Nayla,” kata Ricardo. “Ini urusan keluarga.”

“Justru karena itu aku harus di sini,” jawab Nayla tajam. “Keluarga kalian sudah menghancurkan hidupku sejak aku kecil. Aku berhak tahu semua kebenarannya!”

Ricardo tertawa kecil. “Kau pikir Adrian ini bersih? Dia tahu semuanya. Termasuk tentang surat wasiat ayahmu yang sengaja disembunyikan.”

Nayla membelalak, menoleh ke Adrian. “Itu bohong, kan?”

Adrian diam. Matanya berkabut. Ia tampak lelah. Terkoyak.

“Aku menemukan surat itu tiga bulan lalu,” katanya lirih. “Tapi... aku takut memberitahumu. Karena jika kau tahu, kau akan pergi.”

Nayla merasa bumi di bawahnya berguncang. “Jadi... selama ini kau tahu siapa pembunuh ayahku?”

Adrian mengangguk. “Dan aku mencoba melindungimu dari itu.”

“Dengan berbohong?!”

Ricardo melangkah mendekat. “Sudah cukup drama, anak-anak. Nayla, ayahmu tewas bukan karena perang antar mafia. Tapi karena dia mencoba menggulingkan jaringan lama dan membentuk aliansi dengan... pihak kepolisian.”

“Ayahku hanya ingin keluar dari lingkaran gelap ini!” Nayla membentak.

“Dan karena itu dia mati,” ucap Ricardo datar. “Dunia mafia tidak memberi jalan keluar.”

Adrian tiba-tiba berdiri di antara Nayla dan pamannya. “Kalau kau menyentuh dia, kau harus melewati aku.”

Ricardo menarik pistol dari balik jasnya. Nayla tersentak. Tapi Adrian tetap diam, matanya tajam, tanpa gentar.

“Beraninya kau menodongkan senjata pada darah dagingmu sendiri, Paman?”

“Kau bukan keponakanku lagi sejak memilih membela perempuan itu,” ujar Ricardo dengan dingin.

Tiba-tiba, terdengar tembakan.

Satu suara. Satu peluru. Semua hening.

Ricardo terjatuh. Dari balik pintu, muncullah sosok Yara dengan pistol berasap di tangannya.

“Aku tidak akan biarkan kau menyentuh mereka,” bisiknya.

Nayla memekik pelan. Adrian segera memeluknya, tubuhnya gemetar. Yara berjalan mendekat, wajahnya pucat tapi matanya penuh tekad.

“Aku bukan pembunuh,” katanya pada Adrian. “Tapi dunia ini tidak memberi ruang untuk menjadi lemah.”

Adrian menunduk, berat menahan kenyataan bahwa ia baru saja kehilangan satu lagi anggota keluarga meskipun penuh dosa.

Nayla menatap Adrian dalam diam. Air mata mengalir di pipinya, bukan hanya karena takut... tapi karena lelah. Semua kebenaran yang dia cari, ternyata lebih menyakitkan daripada kebohongan.

“Kita harus pergi dari sini,” kata Adrian akhirnya. “Mulai hidup baru. Jauh dari darah. Dari dendam.”

Nayla mengangguk perlahan.

Tapi di dalam hatinya, luka itu belum sembuh. Ia masih bertanya-tanya Bisakah cinta mereka tumbuh dari tanah yang telah dipenuhi darah?

Dan apakah dunia akan benar-benar membiarkan mereka hidup tenang?

Pertanyaan itu menggantung di udara malam saat mereka meninggalkan vila berdarah itu, melangkah menuju masa depan yang masih diselimuti bayangan. Tapi untuk pertama kalinya, mereka memilih berjalan... bersama.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!