NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / Pengasuh
Popularitas:5.3M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com


Nover ini belum rampung. Disarankan untuk membacanya setelah TAMAT.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

001. Hari Apes Lainnya

Kalau dibilang membosankan, Gita tidak pernah merasa bahwa hidupnya membosankan. Kariernya bagus, ia berkecukupan meski tidak terlampau kaya raya. Pergaulannya cukup luas dan bonafit meski bukan hidup di kalangan pejabat dan artis. Gita bisa dibilang sebagai wanita dinamis yang mencintai hidupnya.

Gita menggeser pintu kaca untuk beberapa ekor merpati yang mampir ke balkon. Ia berjingkat-jingkat meletakkan sepiring makanan burung yang dibelinya di online shop. Lebih dari empat ekor merpati langsung mendekati dan mematuk-matuk piring. Gita mundur dan kembali menutup balkonnya. Sengaja memberi waktu pada merpati yang belum akrab agar mau ikut makan.

“Udah makan semua, kan? Aku mau berangkat kerja. Doakan semuanya lancar, ya ….” Gita bicara pada merpati yang ia akui sebagai hak milik. Lalu menepuk pintu kaca sebelum bersenandung meninggalkan kamar dan masuk ke kamar mandi.

Unit apartemen satu kamar yang ditempati Gita mendadak menjadi lebih kecil karena musik yang diputar keras. Itu adalah ritual Gita setiap pagi. Bernyanyi keras mengikuti musik. Tapi pagi itu Gita belum sempat bersenandung saat lagu yang didengarnya mendadak berganti dengan dering ponsel. Gita berdecak dan menyambar ponselnya. “Halo? Masih pagi banget. Selesai siap-siap Aku telepon balik. Tenang aja. Aku yang bakal presentasi. Persetan sama si Braja.”

“Bukan soal presentasi, eh, maksudnya presentasi urusan kedua. Yang pertama soal Monic.”

“Monic cuti. Aku udah bilang berapa kali soal presentasi hari ini aku yang bakal gantiin Monic. Kamu cukup duduk tenang. Heran, deh …. Kenapa semua orang kantor underestimate kalau project ini dipegang Monic? Kasian dia. Monic cuti karena ibunya hari ini operasi bypass jantung.” Gita melepaskan pakaian dengan ponsel masih menempel di telinga.

“Bisa dengar dulu? Sebelumnya aku harus bilang kalau Monic memang tidak terlalu handal bicara di depan umum. Sahabat yang kamu puji-puji itu public speaking-nya memang jelek. Dan yang kedua … kamu harus segera tiba di kantor. Aku mau bawa kamu ke suatu tempat.”

“Aku enggak bisa. Bukannya aku harus presentasi? Pak Braja bakal….”

“Ini soal Rama Pramudya. Kamu kenal?”

Sepotong nama yang baru disebutkan Lily; temannya sesama manajer, membuat Gita terdiam. “Rama Pramudya? Rama tunanganku?” Diamnya Lily di seberang membuat Gita mundur dan bersandar ke dinding. Ia tak kuat jika harus mendengar kabar buruk. “Rama kenapa? Sakit? Kecelakaan? Kamu tau dari mana…apa….”

“Aku tunggu di kantor secepatnya.”

Pembicaraan terputus sebelum Gita sempat menyetujui. Yang jelas ia mandi secepat kilat. Hanya membasuh tubuh dengan air hangat dan menyikat giginya terburu-buru. Pagi itu Gita melewatkan tahapan skincare-nya yang panjang dan mengunci unit apartemen setelah menyambar tas dan terpincang-pincang memakai heels.

Namun setelah mengunci apartemennya dan pergi beberapa langkah, Gita kembali lagi untuk mengambil sesuatu yang biasa ia bawa. “Hampir aja ketinggalan.” Gita meraup beberapa sachet makanan kucing dan menjejalkannya ke tas.

Perjalanan yang biasanya tak terlalu jauh, pagi itu jarak rasanya berlipat-lipat. Pikiran Gita sudah merembet ke mana-mana. Ingatan percakapan pertemuan ia dan Rama terakhir kali pun berseliweran di pikiran.

“Buatku, kamu itu kayak rumah, Git. Tempat aku pulang dan istirahat. Aku mau kita nikah nggak Cuma modal cinta, tapi modal komitmen yang paling sempurna. Jadi … di saat cinta di antara kita udah pudar, kita masih bisa ngejalanin rumah tangga dengan komitmen dan kasih sayang.”

Entah apa yang ingin ditunjukkan Lily padanya. Gita sama sekali tidak memiliki perkiraan. Jika Rama kecelakaan, reaksi Lily terlalu tenang. “Ya Tuhan …. Aku enggak akan kuat kalau ada apa-apa dengan Rama. Aku enggak akan ketemu laki-laki sebaik dan sesempurna dia.” Air mata Gita menggenang. Lampu merah yang cukup lama membuat Gita sempat meneteskan air mata karena menatap cincin mungil yang melingkari jari manisnya.

Gita menginjak pedal gas dalam-dalam. Berharap city car mungil 1000 CC berwarna hitam itu mau melesat lebih laju dari biasanya.

Sebelum tiba di kantor, sepanjang jalan tadi Gita sudah menimbang-nimbang beberapa kemungkinan. Ia memarkirkan mobilnya seperti biasa lalu menemui Lily di ruangannya, atau meletakkan mobilnya di depan kantor dengan resiko akan bertemu Braja, direktur perusahaan yang bermulut tajam. Ternyata semua kemungkinan itu tak terjadi. Lily melambai-lambai di depan pintu masuk kantor seakan menyetop taksi.

Gita menghentikan mobil dan membuka kaca. “Kenapa jadi di sini? Tunggu aku di lobi aja. Aku parkir dulu.”

“Buka pintu!” Lily mengetuk kaca mobil yang terbuka setengah. “Aku, kan, udah bilang mau ngajak kamu ke suatu tempat. Cek pesan masuk. Aku udah ngirim lokasinya. Ikuti peta aja.” Lily masuk, memakai seat belt sambil mengatur napasnya.

Kebingungan dengan apa yang sedang terjadi membuat Gita menyetir dalam diam. Suara Lily hanya mampir di telinganya ketika memberi instruksi harus berbelok atau mengingatkan lampu lalu lintas berganti hijau. Gita membawa mobilnya masuk ke daerah yang belum pernah ia datangi.

“Ini perumahan baru. Yang tinggal di sini masih dikit banget. Satpam-nya juga lagi enggak ada. Serem,” gumam Gita.

“Perumahan baru dan murah lebih tepatnya. Lihat, dong. Satu lantai. Paling banyak punya tiga kamar. Carport-nya cuma untuk satu mobil. Kita berhenti di depan.” Lily menunjuk beberapa mobil yang parkir di tepi jalan.

Gita kembali terdiam. Ketenangan Lily malah membuatnya gelisah. Kalau ada sesuatu yang bisa menunda presentasinya di kantor, hal itu pasti sangat penting. Lily membuat presentasinya tertunda.

“Oke, dengar aku.” Lily menarik napas panjang. “Kamu tau kalau aku nggak pernah mencampuri urusan pribadi siapa pun, kan? Sedekat apa pun aku dan anak-anak kantor lainnya, aku enggak pernah mencampuri urusan orang. Termasuk urusan kamu. Jadi, apa pun yang terjadi setelah kita masuk ke rumah itu, aku enggak mau kamu bertingkah murahan dan mempermalukan diri sendiri. Aku cuma mau menunjukkan langsung karena kalau hanya sekedar omongan kamu nggak akan perc….”

“Ly! Diem! Cukup. Ayo turun.” Belum apa-apa Gita sudah merasa jantungnya diremas. Hal yang akan ditunjukkan Lily padanya pasti bukan hal biasa. Tapi … hendak ditunda seberapa lama lagi? Hari itu ia tetap harus presentasi.

Gita merasa sepasang kakinya bagai diberi bola besi. Berat. Berapa mobil yang bertamu pagi hari di rumah paling pojok terlihat tidak wajar. “Ini mobilnya Rama …. Katanya masih di luar kota.” Kata-kata yang baru diucapkan Gita tenggelam di kerongkongannya. Mobil kekasihnya memang menjadi salah satu mobil yang bertamu ke rumah pojok. Lily yang berjalan di sebelahnya sedang pura-pura tak mendengar. Ia semakin penasaran sedang apa Rama di rumah itu.

“Kayaknya kita berhenti di sini aja. Kita cukup dengar dari luar. Aku nggak yakin kamu bisa mendekat."

Lily memegangi lengan Gita di dekat jendela. Sengaja berdiri di depan Gita untuk menghalangi langkah andai temannya hendak berbuat gila. Tak lama keheningan yang berlangsung di dalam ruangan terpecahkan. Pelan tapi dengan sangat jelas suara seorang pria menyahuti perkataan seseorang.

“Saya terima nikahnya Monica Melania binti Azwar Ferdian dengan maskawin sebentuk cincin berlian satu krat dibayar tunai!”

“Sah!”

Gita sempoyongan. Satu tangannya refleks memegang bahu Lily. “Itu … itu suara Rama, kan? Rama tunanganku. Kenapa nikah sama Monic?”

To be continued

1
Ela Nurlaela
Alhamdulillah,,, terima kasih njus karena sudah menyempatkan untuk tetap update disela2 pengobatan kamu,,saya selalu suka dengan karya2 kamu dan aku ikuti apa mau mu 🥰. semoga hasil op nya sesuai dgn harapan ya
Arista Putri
cepet sembuh kk jus....
Fitriyani Indri
si Gita takut Harris masuk kamarnya soalnya ada baju tidur tipis tergeletak di kasur😂😂
Aura Maheswari Tujuhlima
MasyaAllah akhirnya setelah lama juga aku tidak membuka noveltoon karena GitMar gak ada baru hari ini aku buka ternyata GitMar kembali menghiasi hari2ku
terimakasih banyak Njuss kamu yg terbaik sehat sehat selalu ya Njuss 😍😍😍
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
😭😭😭... gaktau kenapa mewek

Bu Gendhis dapat calon menantu sekaligus cucu,

gimana rasanya Bu??
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
kenapa lagi BuHel, rumah sakit sudah diserahkan. mau gimana lagi,

masak ya Harris harus terus dibayang2i Isyana

MOVE ON.. BU... MOVE ON
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
🤣🤣🤣🤣...
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
etdah Bu, ujung2nya minta surat rumah sakit kirain tulus mikirin Chika.

apa BuHel gak bahagia jadi seneng liat orang lain gak bahagia
Fitriyani Indri
aku ngerti sekarang, motif isyana kasih patahan gelang itu ke Mar karena dia yakin suatu saat Mar bisa ungkap siapa yg terlibat dalam kematian isyana yaitu samsul suaminya.
Fitriyani Indri
apa mungkin samsul mau jambret kalung isyana dan isyana melawan terjadilah tarik tarikan lalu isyana jatuh dari jembatan itu.
Fitriyani Indri
wahh samsul pembunuhnya
Fitriyani Indri
ohh jadi tempat Gita jatuh juga sama persis ditempat isyana juga jatuh
Hary Nengsih
lanjut
S𝟎➜ѵїёяяа
kampreettt kampret /Facepalm//Facepalm/
jangan sampe dihidupku ketemu org modelan Bu Helena, yg darah rendah bisa darting aku, yg manusia normal bisa jadi sikopet
makan ati tenan 😑
jumirah slavina
memang itu kan yg kamu harapkan Git...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
S𝟎➜ѵїёяяа
realistis tapi banyak org bilang ini matre
mau dinikahi bukan cuma dilihat dari kepribadian nya tapi dari sikapnya yg bertanggung jawab .
punya harta adalah perwujudan dia(laki laki) bertanggung jawab sama dirinya sendiri, dia berusaha , bekerja , supaya bisa mencukupi dirinya .

yo tapi dibedakno antarane wong Lanang seng wes usaha tapi urung ngasilne Karo wong Lanang seng Ra gelem usaha blasss
jumirah slavina
"bugh... bugh... cciiaatttt... bughhh" Jumi membalas Samsul dengan beringas
jumirah slavina
Git... tlp Haris dulu minta pertolongan
jumirah slavina
dasar Markonah🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
osa
Pak haris usia brp ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!