Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Menyambut penyatu dua hati.
Waktu berlalu, kini Dinar mulai mengikuti kegiatan sebagaimana istri prajurit lain. Ia pun mulai terbiasa dan menikmatinya. Seperti hari ini Dinar berada di sekitar area lapangan untuk ikut menjadi supporter bola volly antar kompi.
Lapangan pun riuh dengan para suporter dari para prajurit yang sedang mendukung ibu-ibu. Tingkah kocak para prajurit dengan berbagai kostum dadakan turut membuat suasana menjadi semakin ramai.
Dari kejauhan Bang Rinto melihat Dinar berada pada barisan depan lapangan ikut mendukung kompinya, tapi jelas hatinya cemas karena kini Dinar sedang mengandung lima bulan. Bolak-balik bola nyaris terpental ke arah istrinya. Ia pun berjalan menghampiri.
"Jangan terlalu dekat, sayang..!!" Bang Rinto menarik mundur Dinar ke belakang punggungnya.
"Nggak kelihatan, Om." Kata Dinar.
"Tapi bahaya, ngilu saya lihatnya." Jawab jujur Bang Rinto ketar ketir momong bumil cantiknya.
Benar saja, bola volly melayang ke arah Dinar untuk kesekian kalinya. Bang Rinto menahan dengan punggung tanpa ekspresi yang berarti.
"Apa saya bilang, kalau ada apa-apa sama si adek.. stress saya, Neng." Imbuh Bang Rinto.
Melihat Dinar memasang tampang galak jelas Bang Rinto seketika kalah telak. "Ya sudah, ayo..!!"
Bang Rinto memeluk Dinar dari belakang untuk menjaga istrinya, ia sama sekali tidak melepaskan kedua tangan dari perut Dinar hingga pertandingan usai dan kompinya memenangkan pertandingan tersebut.
...
"Seru sekali, Om. Kalau si adek sudah lahir. Dinar mau belajar main volly."
"Hmm.." respon Bang Rinto sambil menatap layar ponselnya. Keningnya berkerut mengisyaratkan sesuatu akan terjadi.
Dinar menangkap ada sesuatu yang berbeda dari wajah suaminya. Sejak malam itu, mereka lebih banyak terbuka dalam segala hal hingga Dinar mengerti maksud dari tujuan suaminya menyegerakan pengajuan nikah.
Namun sejak malam itu juga hatinya terus waspada jika tiba-tiba saja Sherlyn hadir di tengah hubungan mereka.
"Ada apa, Om?"
"Ayu mau melahirkan." Jawab Bang Rinto.
"Mbak Ayu mau melahirkan?? Sekarang????" Tanya Dinar.
"Ya masa tahun depan. Ayo, ikut ke rumah sakit atau tidak?? Satria juga ada disana."
"Ayo, sebentar. Dinar pakai lipstik dulu."
...
Bang Satria terlihat begitu stress menunggu kelahiran buah hatinya. Rekannya pun tau, sejak perceraian terjadi, Bang Satria tidak pernah lalai memberi nafkah untuk Ayu meskipun mereka kini tidak lagi bersama.
Sejak itu pula Bang Satria sungguh berubah dan tidak segarang dulu. Ia lebih dekat pada Tuhan dan menjadi pribadi yang lebih bijaksana.
Perpisahan Bang Satria dan Ayu cukup menampar hati Bang Rinto untuk gegabah mengambil keputusan dan juga menjaga jarak dari keluarganya yang terbilang 'toxic'.
"Belum lahir?" Sapa Bang Rinto memberikan dukungan pada sahabat sekaligus Abangnya.
"Lu pikir begitu masuk ruang bersalin langsung brojol??" Omel Bang Satria.
Tak lama Bang Rakit keluar dari ruangan dengan wajah pucat. Ia seperti menarik nafas lalu membuangnya perlahan.
"Kenapa keluar??" Tanya Bang Satria.
"Saya bisa apa juga di dalam?? Bau obat, bau darah.. saya ngeri lihatnya." Jawab Bang Rakit.
"Minimal kau temani lah, kalau kau disini kasihan Ayu berjuang sendirian." Kata Bang Satria juga serba salah. Di satu sisi dirinya hanyalah mantan sedangkan di sisi lain, Bang Rakit adalah satu-satunya sahabat yang hendak 'menjaga' mantan istri yang begitu disayanginya. Mereka sama sekali tidak memiliki ikatan.
Bang Satria dan Bang Rakit hanya bisa mendesah pasrah.
"Biar Dinar saja yang masuk." Dinar mengutarakan idenya tapi Bang Rinto jelas melarangnya.
"Jangan..!!"
"Kenapa?" Tanya Dinar saat Bang Rinto menarik tangannya.
"Kamu baru akan jadi ibu, jangan sampai hal di dalam sana buat kamu takut atau syok melihatnya. Sudah disini saja, duduk tenang dan tunggu sampai si kecil lahir." Jawab Bang Rinto.
"Dinar berani."
"Saya yang tidak berani..!!" Nada tegas Bang Rinto sempat membuat Dinar terkejut. "Saya tenang kalau kamu bisa tenang."
Beberapa saat kemudian asisten bidan menghampiri. Ada berkas yang harus di selesaikan.
"Siapa penanggung jawabnya??"
Bang Rakit dan Bang Satria saling lirik. Perlahan Bang Satria mundur tapi Bang Rakit menariknya. Ia memberi isyarat agar Bang Satria menentukan keputusannya juga.
"Seluruh administrasi dan kelengkapan akta kelahiran, tertulis nama saya." Kata Bang Satria. "Tapi selain itu.. seluruhnya prosesnya atas nama Letnan Rakit..!!"
Bang Satria mundur perlahan hingga bersandar lemas pada dinding sisi ruang bersalin. Bang Rakit memintanya untuk berdiri tapi Bang Satria mendorongnya.
"Tolong bantu Ayu, saya yakin kamu paham apa yang harus kamu lakukan..!!"
"Tapi....."
Bang Satria kembali mendorong lengan Bang Rakit agar segera masuk ke dalam ruang bersalin.
.
.
.
.
Beberapa kisah Almarhum 'dalam kenangan' yang terputus, semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima amal ibadahnya. Aamiin.
Bagi siapapun yang mengenal beliau agar menghormati untuk tidak disebutkan nama, tempat dan hanya akan menjadi sepenggal kisah 'tidur' 🙏🙏
.
.
.
.