NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Telah Bicara

Ketika Cinta Telah Bicara

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:950.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eeeewy

Lima belas tahun yang lalu, Maria adalah sosok yang ceria tidak peduli bagaimana asal - usulnya. Namun semenjak dirinya menyatakan cinta pada Yudha dan ditolak, ia jadi memahami mengapa Bibit, Bebet, dan Bobot menjadi standar ditolak dan diterima, dipilih dan dipinang.

Apalagi ketika ia harus terusir dari rumah karena sertifikatnya telah digadai sang ayah. Sedangkan sang ayah sendiri tewas menjadi bulan - bulanan massa setelah tertangkap basah tengah mencopet.

Yudha seorang pria tamvan, mavan, dan rupawan. Karirnya begitu cemerlang. Namun takdir seolah menjungkir balikkan hidupnya ketika sang istri meninggal saat melahirkan buah hati kedua mereka.

Karena harus menitipkan sang bayi di rumah sang ibu, ia kembali bertemu Maria dalam kondisi saling membutuhkan.

"jadilah baby sitter untuk anakku, aku akan menanggung semua kebutuhanmu."

"Hey, kamu nggak takut mempercayakan anakmu padaku. Nanti kalau anak mu rewel kemudian aku bunuh, gimana."

Yudha tersadar, kesalahannya di masa lalu telah membuat Maria tidak lagi sama seperti yang dulu.

Namun Ketika Cinta Telah Bicara, akankah menyatukan keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eeeewy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Maria menangis tersedu sedan dalam dekapan Mario. Hatinya terasa pilu saat harus menemui sang ibu dalam bentuk nisan berukir nama wanita yang telah melahirkannya di dunia. Padahal sejak kecil ia begitu penasaran dan memendam kerinduan untuk seseorang yang disebut IBU. Secantik apakah ibunya? Mengapa ia ditinggalkan? Apakah ibunya hidup bahagia?

Di lubuk hatinya yan terdalam pernah memiliki keinginan untuk bertemu wanita itu. Maria ingin merasakan dekap hangatnya walau hanya sekali saja. Setidaknya sebagai pengganti kerinduan setelah puluhan tahun dirinya ditinggalkan.

"Mengapa tidak sejak dulu ibu mencariku?" tangis Maria saat berada dalam dekapan abangnya. Sebuah tangisan yang begitu menggetarkan hati, hingga Mario harus menengadahkan kepalanya agar air matanya tidak ikut luruh saat mendengar ratapan pilu sang adik.

Maria juga ingin merasakan dibelai dan dibesarkan hatinya ketika harus menghadapi kerasnya dunia tanpa ada kerabat yang peduli padanya.

"Mengapa Ibu tidak bisa membantuku menjadi gadis remaja pada umumnya?" Maria kembali meratapi nasibnya.

Maria teringat ketika ia mengalami masa datang bulannya yang pertama kali. Tidak seperti teman - temannya yang mendapat bimbingan sang ibu. Maria menghadapi masa itu sendirian dengan penuh rasa takut. Ia berpikir akan mati saat melihat banyak darah yang keluar dari alat kelaminnya. Apalagi saat itu ia harus tinggal sendirian karena ayahnya sedang berada di penjara. Untunglah bu Asri yang kebetulan datang mengantarkan makanan untuk gadis yang tinggal seorang diri itu mengetahui ketakutan Maria. Beliau dengan telaten menjelaskan semuanya. Bahkan bu Asri pula yang membelikan serta mengajarkan Maria untuk menggunakan pembalut serta cara memperlakukan benda tersebut setelah digunakan.

"Mengapa ibu tidak berada di sampingku saat aku membutuhkan teman curhat?"

Maria selalu merasa iri melihat teman - temannya dapat berkeluh kesah pada ibu mereka tentang semua hal. Mulai dari fashion, pertama kali jatuh cinta, hingga patah hati karena diputus oleh kekasihnya. Sedangkan Maria harus melalui semuanya seorang diri.

Mario hanya mampu menenangkan adiknya dengan usapan tanpa mampu berkata - kata. Seandainya dari awal ibunya bercerita dan tidak menyimpan rahasia itu seumur hidupnya, pasti ia akan mencari Maria sejak dulu. Sehingga Maria dapat merasakan hidup bahagia bersama ibu mereka meskipun hanya dalam waktu sebentar.

"Maafkan ibu, Dek!" ucap Mario dengan suara serak karena ia pun sedang menahan tangisannya.

Untuk beberapa saat lamanya kedua kakak adik itu menangis untuk menumpahkan kesedihan mereka. Baru setelah tenang, Maria membaca doa untuk sang ibu.

Selesai membaca doa, Maria menyentuh nisan ibunya. "Ibu, aku mohon restumu untuk menikah." Maria memulai sesi curhatnya. "Dia adalah lelaki cinta pertamaku, Ibu." Maria mengusap air matanya yang kembali menitik.

"Tahukah Ibu, aku dulu selalu mengejar - ngejarnya. Tapi dia menolak karena aku anak seorang penjahat kambuhan. Saat itu aku sangat sedih dan tidak tahu harus curhat kepada siapa. Dan sekarang pria itu datang merecokiku untuk mengajakku menikah. Hahaha... Lucu sekali kan, Bu?" curhat Maria yang tertawa sambil berderai air mata di depan nisan ibunya.

Mario yang duduk disamping Maria hanya mendengarkan dengan miris. Meskipun ia sudah mengetahui semua dari cerita Safira, tapi saat mendengar langsung cerita itu dari bibir adiknya, rasanya Mario ikut terluka. Lagi - lagi Mario berandai - andai. Seandainya sejak dulu ia berada di samping Maria, pasti ia tidak akan membiarkan Yudha menyakiti perasaan adiknya.

"Untunglah ada Safira. Dia sahabat yang selalu ada untukku. Dan tahu tidak, Bu? Sebentar lagi Safira juga akan menjadi menantunya Ibu..." Maria mengusap nisan ibunya dengan penuh kasih.

"Tolong mintakan pada Tuhan agar kami hidup bahagia ya, Bu. Aku juga mendoakan Ibu semoga mendapat tempat terbaik dan damai di surga. Amin."

*******

Rumah kontrakkan Mario ramai dengan kedatangan keluarga besar Yudha yang hendak melamar Maria.

Sedangkan Maria justru sedang terbaring sakit, setelah ia meluapkan semua emosinya di makam sang ibu tempo hari. Sekuat - kuatnya ia menjadi gadis tegar akhirnya hari ini ia tepar juga.

Safira mendampingi Mario untuk menyambut tamu. Bu Asri menatap Safira. "Kok kamu ada di sini, Nduk?" tanya beliau dengan keheranan.

Bu Asri mengenal Safira karena gadis itu juga merupakan teman sekolahnya Yudha ketika duduk di bangku SMP. Beliau sering melihat Safira datang ke rumah Maria ketika gadis itu ditinggal ayahnya menjalani hukuman penjara.

Safira hanya tersipu malu dengan pertanyaan bu Asri. Untunglah Mario segera tanggap.

"Karena Safira itu calon istri saya, Bu. Sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya Maria." Jawaban Mario dibalas Safira dengan sebuah cubitan mesra di pinggang Mario.

"Onty Maria ke mana?" suara bernada manja milik Arina membuat tamu yang lain ikut menanyakan keberadaan si calon mama sambungnya gadis kecil itu.

*******

Yudha menatap Maria yang tengah terlelap di ranjang. Sebenarnya Mario dan Safira melarang pria itu mengganggu tidur nyenyaknya Maria. Mungkin efek kelegaan setelah menumpahkan semua uneg - unegnya di makam sang ibu, perasaannya menjadi enteng dan membuatnya ingin tidur setelah bertahun - tahun lamanya tidak bisa menikmati tidur nyenyak.

"Maafkan aku," ucap Yudha lirih. Tadi Mario sudah menjelaskan semua mengenai kisah hidup Maria. Pria itu juga berusaha meluruskan semua praduga tak berdasar yang ditujukan untuk adiknya.

Karena stempel yang terlanjur tersemat pada diri Maria, Yudha jadi ikut terpengaruh dengan lingkungan sekitar mereka. Keusilan Maria kala itu membuatnya semakin yakin untuk menjauhi gadis itu. Padahal kenyataan yang sebenarnya adalah, Maria hanya ingin diperhatikan dan dicintai. Bukan diabaikan dan dibenci.

Yang membuat Yudha semakin merasa bersalah adalah ketika teringat saat menolak Maria dengan ucapan julidnya kala itu.

Maria terbangun dari tidur lelapnya. Ketika nyawanya terkumpul, ia terkejut mendapati Yudha sedang duduk di samping ranjang sambil menatapnya dengan wajah sedih.

"Ya ampun. Ini jam berapa? Acaranya sudah mulai ya. Aku belum siap - siap," ucap Maria dengan panik sambil bangun dari ranjangnya.

"Jangan bangun dulu! Kamu masih demam kan?" Yudha berusaha mencegah Maria untuk kembali istirahat, toh acara sudah selesai. Semua tamu juga sudah pulang.

Karena Mario sedang mengantarkan Safira kembali ke rumah, Yudha pun menawarkan diri untuk menemani Maria. Siapa tahu calon istrinya itu membutuhkan sesuatu. Kasihan jika saat tersadar nanti Maria sendirian di rumah, apalagi saat ini sedang terbaring sakit.

"Tapi kan nggak sopan kalau aku tidak ikut menyambut mereka." Maria bersikeras untuk bangun.

Sama hal nya dengan Maria, Yudha juga memaksa agar calon istrinya itu beristirahat. Pria itu berusaha membuat Maria kembali berbaring, sedangkan Maria berusaha mendorong tubuh Yudha. Karena kalah tenaga tubuh Maria kembali jatuh berbaring. Namun tangan Maria yang sempat mencengkeram kemeja Yudha, membuat pria itu ikut rubuh menindihnya.

Maria terbelalak saat tubuh Yudha menindihnya. "Ya Tuhanku," jerit Maria dalam hati. Ia tidak menyangka jika aksi saling mendorongnya sampai jadi seperti ini.

Yudha pun merasa panik. Belum sempat ia bangun, terdengar suara pintu kamar yang dibuka dari luar.

Mario menatap Yudha dan Maria dengan tatapan marah. "Seharusnya tadi kalian langsung kunikahkan saja!"

Tbc

1
sakura
...
sakura
..
Audrey Chanel
suka author nya pinter love you Thor
Audrey Chanel
Terima kasih kak Author aku jg mencintaimu😘🫠😂😄🤗🤗🤗
Audrey Chanel
intinya biar si mantan ilang dari pikiran cari yg baru yah Thor
Audrey Chanel
sukurin handuknya buat ngepel
Hania Nasar
krm aj si devil ke mbah D.
atin p
😀😀😀😀thor...edannn tenan critone iki
atin p
auto ngakak...pengene Rico sing mati...wqwqwq tibane bpke dewe...
Sri Hartini
menurutku yudha gak lah buruk,soalnya kelakuan maria sendiri yg menurutku keterlaluan bercandanya,terang aja langsung ditolak cintanya
🍉🕌kimˢᵉˡˡᵒʷ͢ ᵇᵍᶠ🦢
. ok
Marni Aja
😭😭😭
Marni Aja
ikut nangis aku bacanya😭😭
Marni Aja
cerdas jawabanmu mar.... marimar.... maria mersedez😂
Marni Aja
jujur ya, aku itu setiap baca part latahnya maria.., suka ngakak sendiri.... itu jingle telenovela jadul banget jaman aku gadis.... maria mersedes😂😂😂
🍉🕌kimˢᵉˡˡᵒʷ͢ ᵇᵍᶠ🦢
mampir
Marni Aja
😭😭😭
Rian's 666
pas
Rian's 666
tes
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!