seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masih mengikuti calon imam
“Nona, saya hanya membawa uang tunai secukupnya. Kartu Nona, semua sudah diblokir oleh Tuan Besar.” Pak Budi menyadari situasi ini, Zora, sang pewaris tunggal, kini menjadi tunawisma tanpa uang tunai yang memadai, dan kartu kreditnya dibekukan Ayahnya. Semua karena satu kecerobohan: ia hanya fokus pada pelarian ke London, bukan perencanaan perjalanan darat.
“Bagaimana dengan sisa uang Bapak?”
“Cukup untuk mengisi bensin sekali lagi, Nona. Tidak lebih.”
Zora menghela napas, merasakan kekalahan kecil. Ia menatap ke luar jendela. Travel Yusuf sedang berhenti sebentar di pinggir jalan, tepat di depan sebuah warung makan sederhana yang menjual nasi rames dengan lauk seadanya.
Ia melihat Yusuf turun. Bersama teman-temannya, Yusuf duduk di bangku, Zora merasa perih di perutnya bukan hanya karena lapar, tetapi juga karena cemburu , cemburu pada kesederhanaan dan kebahagiaan yang dipancarkan oleh Yusuf dan rombongannya. Mereka tidak memiliki apa-apa, tetapi mereka punya ketenangan dan pertemanan. Sementara Zora, yang punya segalanya, kini duduk lapar dalam mobil mewah dan sendirian, hanya ditemani sopirnya yang cemas.
“Pak Budi, kita harus beli makanan di sana. Itu satu-satunya kesempatan.”
“Tapi, Nona...”
“Tahan bensinnya. Saya akan minta Bapak membelikan dua porsi nasi rames yang dimakan mereka untuk kita. Jangan sampai ketahuan Yusuf, kita harus menjaga jarak.”
" biar nanti, untuk bensin saya yang bayar, saya punya tabungan yang cukup banyak, saya memakai rekening sahabat ku untuk menabung dari masuk SMA sampai sekarang, mungkin saldonya bisa untuk beli beberapa hektar tanah di desa" kata Zora dengan bangganya. "Di sini tidak ada ATM, jadi pakai uang bapak saja ... Di pom bensin ada ATM, nanti kita bisa mengambil uangnya di sana" lanjutnya.
" baiklah, kalau begitu saya beli dulu, nona tunggu disini " kata pak Budi dengan lega... Ternyata walaupun Nona nya itu hidup boros dan suka menghambur-hamburkan uang, bisa juga memikirkan masa depannya.
Setelah berhasil membeli sebungkus nasi rames yang sama persis dengan yang dimakan Yusuf, mereka kembali ke mobil. Zora membuka bungkus nasi itu. Aromanya tajam, jauh dari hidangan fusion atau Italia yang biasa ia santap, tetapi rasa laparnya mengalahkan segalanya.
Ketika ia sedang makan dengan lahap, mata Zora kembali tertuju pada warung itu. Yusuf sedang bercakap-cakap dengan ibu pemilik warung. Tiba-tiba, mata Yusuf tampak menoleh, seolah merasakan ada yang memperhatikannya.
Seketika, Zora menunduk, jantungnya berdebar kencang. Ia takut ketahuan. Jika Yusuf menyadari ia diikuti, rencana pengejarannya akan berakhir sebelum dimulai. Padahal Zora berada di dalam mobil, kacanya juga tidak akan terlihat dari luar.
Lima menit kemudian, mobil travel kembali bergerak.
“Syukurlah, Pak Budi. Untung dia tidak melihat saya.”
“Nona, dia tidak akan bisa melihat Nona. Karena memang mobil ini tidak akan terlihat bagian dalam nya dari luar , Tapi tadi saya melihat sesuatu.”
“Apa?”
“ Yusuf tadi membayar seluruh makanan rombongannya, dan ia juga memberikan sedikit uang untuk ibu pemilik warung, sambil mendoakan dagangannya,” kata Pak Budi, suaranya dipenuhi kekaguman yang tulus.
Zora terdiam. Yusuf bukan hanya tampan, tetapi juga pria dengan hati yang baik. sangat cocok untuk menjadi imamnya dunia akhirat.
desa Purbasari .... aku datang, janji Zora dalam hati. Aku harus tahu siapa Ustadz Yusuf ini.
Perjalanan dilanjutkan, dan setelah hampir 6 jam, mereka tiba di terminal utama kota tersebut, tepat saat matahari mulai terbenam. Minibus travel biru tua itu berhenti. Para alumni Kairo mulai berpamitan.
Di mana Yusuf? Zora mencarinya dengan panik. Ia melihat Yusuf mengeluarkan koper besar dari bagasi, tetapi alih-alih naik kendaraan umum, Yusuf malah beranjak menuju sebuah mobil sedan tua berwarna hitam yang terparkir di ujung terminal.
Seorang wanita paruh baya berkerudung sederhana keluar dari mobil itu, wajahnya berbinar haru. Zora tahu, itulah ibunya.
Yusuf memeluk wanita itu dengan erat, ciuman di pipi dan dahi. Pemandangan itu sangat hangat, sangat kontras dengan perpisahan dingin Zora dengan keluarganya.
“Pak Budi, ikuti mobil sedan itu, sekarang juga! Jangan sampai terpisah di jalanan kota!” perintah Zora.
"sebaiknya kita pergi ke pusat perbelanjaan dulu non, non harus memakai pakaian yang sopan, non tidak lihat itu, ibunya Yusuf pakaian nya tertutup seperti itu" tunjuk pak Budi melihat penampilan ibunya Yusuf.
Zora menimbang perkataan supir nya, mumpung masih di kota, ia akan berbelanja,
takutnya kalau di desa , jauh dari pusat perbelanjaan.
"cepat non, mumpung mereka masuk kedalam masjid" kata pak Budi yang melihat ibu dan anak memasuki masjid agung kota itu, yang ia yakini, mereka akan melaksanakan sholat magrib. Walaupun pak Budi jarang melakukan ibadahnya, tapi dia sangat hafal dengan waktu-waktu tertentu untuk beribadah...
"iya pak, ayo kita ke deretan toko depan" ucap Zora yang melihat di seberang terminal tersebut berjejer ruko menjual apa saja, dan matanya tertuju pada toko pakaian.
pak Budi memarkirkan mobilnya di depan minimarket.
Zora masuk kedalam toko pakaian, disana banyak berbagai jenis pakaian, harganya pun membuat Zora melongo, di mana cardigan yang ia pakai saat ini , bisa membeli lima puluh buah baju di toko ini.
Zora mengambil sepuluh setelan panjang, sandal sederhana, biar sisanya yang ia butuhkan, bisa beli secara online.
"bapak juga pilih sendiri, nanti saya bayar sekalian" kata Zora tulus, pak Budi mengangguk lalu mengambil yang ia butuhkan.
"berapa totalnya mbak?, bisa bayar pake ATM?" tanya Zora sopan.
"bisa nona.... totalnya satu juta lima ratus ribu " jawabnya... Dalam hati Zora berteriak...
"murah sekali, bahkan uang segitu ia habiskan untuk beli cemilan saja" gumam Zora dalam hati.
Setelah membayar semuanya, pak Budi membawa nya ke dalam mobil.
Lalu Zora masuk kedalam minimarket, ia membeli peralatan mandi, juga berbagai macam jajanan dan minuman, takut kalau sampai di desa, tidak ada apa-apa disana.... Ia takut mati kelaparan.
Pak Budi senantiasa membantu Zora memasukkan semuanya ke dalam bagasi mobilnya sampai terisi penuh.
Zora mengeluarkan uang tiga juta , sekali masuk ke minimarket. Setelah nya mereka masuk kembali ke dalam mobil, menunggu mobil yang akan di naiki Yusuf akan melaju.
Zora hanya bisa mengambil uang tunai sebesar sepuluh juta saja perhari, maka dari itu, ia memanfaatkan ATM nya untuk membayar, agar ia bisa memiliki pegangan uang. Zora mengambil uangnya saat berada di pom bensin.
Didalam mobil, Zora mencari informasi tentang desa Purbasari, ternyata disana daerah tempat wisata air panas, banyak hotel atau villa di sana, jadi Zora tidak khawatir akan tinggal di mana.
begitu melihat Yusuf keluar dari masjid, mereka langsung bersiap untuk menuju ke tempat selanjutnya, yang mereka tahu, desa itu bernama Purbasari...
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam