Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Kepingan Rahasia
Teratai Residence
Gerbang tinggi menjulang di kediamannya terbuka saat Brigita ada di depan sana, tentunya di bantu oleh penjaga yang siaga di sudut kiri. Sambil membuka kaca mobilnya, Brigita menyapa mereka sekilas kemudian masuk ke dalam garasi.
Mobil Rocky terlihat sudah terparkir di samping mobilnya.
Ia melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah mewah milik Rocky yang bernuansa putih. Saat pintu terbuka, pemandangan pertama yang ia lihat justru membuat langkahnya terhenti.
Rocky duduk bersila di ruang tamu, tertawa kecil sambil memandangi Ken yang menggambar sesuatu di kertas besar. Tangannya mengusap kepala Ken lembut, tampak begitu natural.
Brigita membeku sejenak. Sosok Rocky yang tenang dan terlihat sebagai sosok ayah idaman itu begitu kontras dengan pria yang hari ini disebut Dyandra sebagai seseorang yang licik, manipulatif dan berbahaya.
“Eh, Mami pulang,” ujar Rocky sambil menoleh dan tersenyum. “Ken tadi nungguin kamu mau kasih liat gambar robotnya.”
Brigita menelan ludah, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil. “Benarkah? Maaf Mami pulang agak malam.”
Dia menghampiri dan memuji gambar Ken dengan suara seramah mungkin. Tapi jantungnya berdetak tak karuan saat Rocky bangkit dan mencium keningnya, seolah semuanya baik-baik saja.
“Capek?” tanya Rocky.
“Lumayan,” jawab Brigita pendek. “Aku mandi dulu, ya.”
"Progresnya berhasil?" tanya Rocky lagi saat Brigita sudah berjalan ke kamar.
Dengan memunggungi suaminya, tanpa menoleh ia menjawab. "Perlu pertemuan lagi untuk lebih memastikan."
Dia masuk ke kamar dengan langkah cepat, menutup pintu dan menyandarkan diri ke dinding. Napasnya berat. Wajah Rocky terus terbayang, begitu juga kata-kata Dyandra: “Dia mendekatiku duluan. Dan Titi... mereka lebih dekat dari yang kamu kira.”
Brigita mengepalkan tangan. Besok, dia harus menemukan jawabannya.
.
.
Keesokan harinya, Brigita sampai di lounge lebih awal dari biasanya. Ia menyapa staf yang baru datang, dan mengangguk sopan pada Sera yang tengah menata meja resepsionis.
“Git, tumben udah datang? Masuk pagi hari ini?” celetuk Sera.
Brigita tersenyum samar. “Harus bikin beberapa proposal untuk event kedepan makanya datang awal. Titi udah datang?"
Sera menggeleng.
Dia masuk ke ruang administrasi, lalu menyusup ke ruang penyimpanan arsip di lantai satu namun letaknya di ujung lorong. Sebuah ruangan dengan pencahayaan minim, lemari besi tua, dan rak-rak berdebu penuh berkas lama.
Brigita membuka email dari Dyandra di ponselnya, lalu membandingkan dengan dokumen fisik yang ia temukan satu per satu.
Lembar demi lembar ia buka. Semua laporan keuangan bulanan, data event, dan nota-nota kecil berisi coretan tangan. Semuanya tampak biasa sampai ia menemukan satu lembar laporan yang sangat berbeda.
“Markup 12%?” gumamnya. “Padahal di email Dyandra markup-nya hanya 5%...”
Brigita meraba permukaan kertas. Di pojok kanan bawah, ada inisial kecil tertulis R.T. dengan tinta biru yang sudah mulai pudar.
“Rocky Tanjung…”
Ia menarik napas tajam. Ini bukan laporan dari Dyandra. Tapi dicetak ulang dengan angka yang diubah, dan disetujui langsung oleh Rocky.
Seketika, ada suara langkah kaki di luar pintu gudang. Brigita membeku. Ia buru-buru menyelipkan dokumen ke dalam map, dan menyembunyikannya di dalam tasnya.
Pintu terbuka perlahan.
“Git?” suara Titi terdengar dari balik pintu. “Kamu di dalam? Cari apa?”
Brigita menoleh cepat. “Iya, aku lagi cari dokumen lama. Contoh-contoh proposal event hanya untuk perbandingan saja, agar kedepannya nanti kita bisa buat event yang lebih menarik.”
Titi mengangguk pelan, ekspresinya tenang terlalu tenang untuk orang seperti dia.
“Kalau perlu bantuan, bilang ya,” katanya sebelum menutup pintu lagi.
Brigita diam sejenak, lalu bergegas keluar dari ruangan itu.
.
Saat ia kembali ke luar, ia melihat dari kejauhan Titi berjalan ke arah tangga menuju lantai dua. Padahal jelas belum ada Rocky di sana. Lalu untuk apa wanita itu di lantai 2?
Brigita berusaha tidak peduli karena suaminya belum tiba di Lounge, ia segera kembali ke ruangannya dengan keringat yang bercucuran karena ruangan arsip yang pengap dan panas.
"Git," panggil Sera.
Brigita hanya menoleh, dia sedang mengusap keringatnya dengan anggun menggunakan tisu sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Walau ruangan itu dingin tetap saja dia merasa panas akibat mengetahui kecurangan suaminya.
"Kamu tahu kan aku itu di sini hanya bekerja, kamu tahu bahwa hidup seperti aku ini sulit dan tidak menyenangkan. Aku tidak bisa apa-apa selain menuruti perintah!" ucapnya.
"Meskipun perintah itu menyesatkan?" Brigita mencecar balik pertanyaan Sera.
"Aku bisa apa? Asal aku mendapatkan uang apapun itu aku kerjakan,"
Brigita tahu apa maksud kata-kata ambigu dari mulut Sera, setelah pernikahannya dengan Rocky semua keadaan benar-benar berubah. Bahkan selalu ada masalah yang tidak pernah ia sangka.
"Git..."
"Ya, Pak." kali ini Zoel yang memanggilnya, masuk ke dalam ruangan dengan napas yang memburu.
"Ada mertua dan kakak iparmu datang, mereka mencari Pak Rocky tapi apa tidak sebaiknya kamu menemui mereka juga?"
Tanpa menjawab lagi Brigita bangun dari kursi dan berjalan menuju lounge, seperti biasa melewati lorong panjang dan sepi hingga suara sepatu heelsnya terdengar jelas.
"Mama... Kakak... " panggil Brigita.
Kedua wanita yang berpakaian elegan itu menengadahkan pandangan menatap Brigita. Mereka tampak sibuk memilih menu makanan untuk di pesan. Tidak ada yang menjawab sapaan Brigita, senyum pun tidak.
Ira, kakak Rocky Tanjung. Menatap sinis pada Brigita.
"Kami kesini mau bertemu Rocky, bukan kamu!" pekiknya.
"Sepertinya Rocky sedang di Seo Lounge, biasanya akan tiba disini menjelang sore." Brigita mendekat ke kursi samping Ira. "Tolong pelankan suara kalian, orang-orang melihat ke arah kita."
Ira berdecak. "Cihh, kamu pikir kamu siapa menyuruh kami? Kamu pikir dengan menikahi Rocky tandanya kami setuju, perlu kamu garis bawahi itu tidak sama sekali. Mana mungkin kami setuju keluarga kami menikahi janda beranak satu!"
Brigita hanya terdiam disana, Ira memang sudah mengecilkan suaranya. Tapi suara itu begitu sakit menusuk ke hatinya.
"Bukan untukku, tapi untuk Rocky. Aku tidak ingin kalian di pandang buruk oleh karyawan disini. Rocky orang hebat disini apa kalian mau umpatan kalian berdampak padanya?"
Ibunda Rocky terlihat memegang tangan Ira guna menghentikan perdebatan itu. Wanita yang umurnya hampir menyentuh kepala empat itu pun menuruti ibundanya. Mencoba merubah ekspresi wajahnya dengan terpaksa.
“Aku bantu kalian mau makan apa, aku bisa pilihkan menu yang paling di sukai oleh para tamu disini,” ucap Brigita lagi dengan halus.
“Terserah apa saja lah! Lalu kamu cepat hubungi Rocky katakan kami menunggunya disini suruh dia segera datang.”
Brigita mengangguk, ia mengambil ponsel kemudian mencoba menghubungi Rocky yang tak kunjung menjawab.
“Mama….”
Suara dari kejauhan membuat mereka menoleh.
--------------------------------
Masih ada sepuluh hari lagi buat dapetin giveaway dari aku ya teman-teman tersayang. Follow tiktok dan ig nya @semarapilu ya nanti aku bakal umumin disana.