Sugar Baby Sang Cassanova

Niat Justin malam ini hanya meminta Agny datang untuk bisa memijat kepalanya, berharap jika disentuh wanita akan lebih baik. Hal itu dia lakukan lantaran Keyvan dan Keny yang selalu membahas obat sakit kepala paling manjur adalah tangan istri. Akan tetapi, jika belum apa-apa sudah dipancing begini Justin tidak yakin bisa menahan diri.

"Tidak masalah, asal pakai baju."

Tiba di kamar Justin, mata Agny dibuat membola dengan keadaan kamar pria itu. Entah karena dia terbiasa sendiri atau memang malas sejak lahir hingga tempat tidur Justin persis usai diterjang angin topan. Selimut dimana, bantal dimana dan bahkan sampah bekas cemilan masih begitu tertata di kamarnya.

"Ehem, ini kekecilan untukku ... mungkin muat denganmu," ucap Justin kemudian menyerahkan baju kaos oblong yang kemungkinan akan jadi oversize jika Agny kenakan.

Akan tetapi, wanita itu tidak terlihat segera menerimanya. Pandangannya masih terfokus dengan sekeliling kamar Justin yang sungguh memprihatinkan ini.

"Aku sakit, makanya berantakan," jelasnya tanpa diminta padahal sama sekali tidak.

Sejak dahulu dia begitu, bahkan Keyvan dan Keny kerap risih datang ke apartementnya gara-gara ini. Justin memerah dan sedikit menyesal karena tidak membersihkan kamarnya lebih dulu, pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal berkali-kali sebagai bentuk pelarian dari rasa malunya.

"Iya, makas_"

Ucapan Agny kemudian terhenti kala melihat tisu bekas berserakan di dekat tempat tidur Justin. Pandangan keduanya sama-sama kesana hingga dengan cepat Justin menyingkirkan benda-benda itu.

Siallan!! Bodohnya kau, Justin ... kenapa juga tidak dibuang.

"Flu ya?" tanya Agny dengan polosnya dan mengira jika Justin memang tidak fit, sama sekali dia tidak curiga meski reaksi Justin luar biasa berlebihan padanya.

"Hm, flu ... dua hari lalu hujan, sekarang begini."

Justin berakting seakan memang flu berat, bahkan dia menggosok hidungnya hingga memerah demi membuat Agny benar-benar percaya.

"Flu tapi sepertinya minuman itu dingin semua, iya, kan?" tanya Agny melirik ke arah beberapa bekas kaleng minuman cola yang dia yakini Justin nikmati dikala masih dingin.

"Memangnya kenapa? Tidak boleh ya?" Jurus pura-pura bodoh karena ketahuan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan jika sedang flu.

"Iya jangan, nanti semakin parah ... sembuhnya akan lama," jelas Agny serius sekali hingga membuat sudut bibir Justin tertarik begitu tipis bahkan hampir tidak terlihat.

"Besok juga sembuh ... sudah, gantilah bajumu, sepertinya aku harus membersihkan kamar ini sebentar," ucap Justin berusaha menetralisir kegugupannya, bisa-bisanya dia malu karena tertangkap basah oleh Agny, padahal sekalipun dia jujur juga tidak masalah.

"Mau aku bantu?"

"Tidak perlu, aku terbiasa sendiri, jangan khawatir."

Justin menghela napas kasar, dia memijat pangkal hidungnya lantaran merasa tengah mempermalukan diri sendiri. Beruntung saja laptopnya sudah dimatikan, jika tidak habis sudah harga diri Justin di hadapan wanita itu.

Dia yang tadinya sakit kepala bahkan malas bergerak, kini begitu semangat membersihkan kamar tidurnya seakan didatangi sang kekasih. Tidak pernah Justin dibuat repot begini sebelumnya, dia berusaha menghilangkan jejak dari rutinitasnya jika sendirian.

"Om, sprei-nya kenapa diganti?" tanya Agny tiba-tiba yang membuat jantung Justin hampir lepas rasanya, dia tengah fokus dan Agny menghampiri begitu selesai mengganti bajunya.

"Ganti saja, takut kamu tidak nyaman," jawab Justin mengelak dan tidak akan menyebutkan apa alasan sebenarnya dia ganti sprei tersebut.

"Oh begitu, terus yang kotor mau dibawa kemana? Bawa ke bela_"

"Eits! Jangan menyentuhnya!Biarkan di sana dan kamu cukup tunggu tanpa harus melakukan apapun, Agny." Justin panik kala Agny hendak membawa sprei kotor tersebut, padahal niat wanita itu mungkin baik karena kasihan melihat Justin sibuk sendiri. Akan tetapi, hal itu justru membuat Justin ketar-ketir.

"Cuma mau bantuin, apa salahnya?" tanya Agny bingung sendiri padahal dia hanya ingin membuat pekerjaan Justin lebih cepat, akan tetapi pria itu sama sekali tidak memperbolehkan Agny melakukan apapun.

"Tidak perlu, kamu tamu di sini ... lebih baik duduk manis dan tunggu aku selesai," ucap Justin membuat Agny terpaksa menurut, sebenarnya dia datang kali ini untuk apa. Kenapa sejak tadi Justin selalu melarangnya, bahkan hanya membantu membawa sprei kotor itu ke belakang tidak diizinkan.

Melelahkan, seharusnya aku punya pembantu sejak dulu.

Dia mengumpat dalam hati, baru sadar jika hidup sendiri tidak selamanya baik. Bahkan, dia menyulitkan diri sendiri jika sudah begini. Niat hati hendak bersenang-senang, akan tetapi Justin justru banting tulang padahal malam baru saja dimulai.

Sementara Agny yang kini duduk manis di sofa tengah mengamati gerak gerik Justin dan pemandangan di depannya membuat wanita itu sejenak terpana. Pria itu sempurna, bahkan mungkin golongan pria tampan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Sesaat Agny berpikir keras kenapa bisa pria sesempurna Justin memilih hidup sendiri dalam kekacauan seperti ini.

Jangan tertipu, Agny ... jawabannya pasti dia suka selingkuh. Agny yang sempat kagum segera mencari cara agar perasaan itu hilang dari dalam lubuk hatinya.

.

.

.

- To Be Continue -