Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Hari Yang Sangat Sibuk
Tok... Tok...
Saat sedang enak-enaknya menikmati makan siang gratisnya, tiba-tiba pintu ruang kerja Danzel terketuk. Sontak mata Danver menoleh kearah pintu.
Ceklek. Belum juga Danver menyahuti orang yang mengetuk pintu, pintu sudah dibuka.
"Ternyata dokter disini." ucap perawat yang membuka pintu.
"Ada apa?" tanya Danver sambil mengunyah makanannya.
"Di poli sudah banyak pasien yang menunggu dokter." jawab perawat itu.
"Kalau begitu suruh mereka menunggu, aku makan dulu!" ucap Danver.
"Sudah lebih dari satu jam mereka menunggu Anda, dok, masa mereka harus menunggu lebih lama lagi! Dokter kan tahu kalau pasien-pasien yang mengantri itu adalah pasien yang memiliki masalah dengan jantung mereka." omel perawat.
"Lagi pula, kalau Anda tidak segera memeriksa pasien di poli, maka bersiaplah Anda pulang telat hari ini." lanjut perawat.
"Memangnya sampai nomor berapa antrian di poli?" tanya Danver dengan enteng.
"Sudah ada dua puluh dua nomor antrian." jawab perawat.
Dua puluh dua? Kalau satu pasien minimal lima belas menit, dikali dua puluh dua berarti tiga ratus tiga puluh menit. Hah... tiga ratus tiga puluh menit? Berarti lima setengah jam! gumam Danver dalam hati.
Kemudian Danver melihat jam di pergelangan tangannya dan menghitung waktu lima setengah jam kedepan. Dan itu masih hitungan minimal, karena bisa saja ada pasien yang butuh waktu lebih dari lima belas menit sewaktu diperiksa.
Gawat bisa terlambat nanti aku datang ke restoran! pekik Danver dalam hati.
Karena tak ingin terlambat datang ke pertemuan dua keluarga, mau tidak mau Danver meninggalkan makan siang gratisnya begitu saja lalu keluar dari ruang kerjanya menuju poli kardiologi. Padahal makanan yang masuk ke perut Danver masih lima sendok.
°°°
Pukul 19.00
Kediaman Cyrus.
"Joya, aku sudah cantik belum?" tanya Faye sambil berputar di depan cermin. Saat ini Faye sedang bersiap untuk pergi ke pertemuan dua keluarga.
"Setiap hari Anda sangat cantik, Nona." jawab Joya.
"Kalau itu aku tahu, tapi malam ini apa cantik ku berbeda dengan cantik ku setiap hari?" tanya Faye.
"Kamu sangat cantik Sayang." ucap Nyonya Fanny dari belakang Joya.
"Benarkah Mom?" tanya Faye masih tak percaya diri.
"Iya Sayang." jawab Nyonya Fanny.
"Kenapa? Tidak biasanya kamu tidak percaya diri seperti ini. Apa kamu gugup?" tanya Nyonya Fanny.
"Um. Fay sangat gugup Mom." jawab Faye.
Nyonya Fanny hanya tersenyum tipis lalu membalikkan badan Faye untuk menghadap cermin.
"Apa kamu yakin dengan pilihan mu, Fay?" tanya Nyonya Fanny.
"Fay sangat yakin Mom." jawab Faye mantap.
"Menikah itu bukan sebuah permainan, kalau kamu bosan atau lelah kemu bisa berhenti memainkannya. Menikah itu adalah sebuah komitmen seumur hidup. Sekalipun kamu bosan atau lelah kamu tidak bisa meninggalkan komitmen itu. Apalagi ini dengan laki-laki yang kamu belum mengenal sifat aslinya, bisa saja dari luar penampilannya sangat baik tapi setelah menikah kamu baru tahu kalau ternyata laki-laki itu memiliki sifat asli yang sangat menakutkan." ucap Nyonya Fanny.
"Apa Daddy laki-laki seperti itu?" tanya Faye.
"Tentu tidak Sayang. Mommy termasuk salah satu wanita yang beruntung di dunia karena menikah dengan Daddy mu, karena Daddy mu adalah laki-laki yang sangat penyayang dan bertanggung jawab. Yah walaupun dulu banyak orang bilang Daddy mu itu playboy dan kasar karena wajah Daddy mu yang sangat tampan tapi sangar, tapi sudah tiga puluh satu tahun Mommy menikah dengan Daddy, Daddy mu tidak pernah mengasari ataupun mengkhianati Mommy." jawab Nyonya Fanny.
"Kalau begitu aku yakin pria pilihan ku ini adalah pria seperti Daddy. Mommy lihat saja nanti aku juga akan masuk kedalam kategori wanita yang paling beruntung sedunia karena menikah dengan Danzel." balas Faye.
Nyonya Fanny kembali tersenyum tipis mendengar ucapan Faye.
"Baiklah kalau kamu sudah mantap, Mommy tidak akan menggoyahkan keputusan mu lagi." ucap Nyonya Fanny.
Kemudian Nyonya Fanny mengeluarkan sebuah kalung berlian dari dalam tas jinjingnya.
"Pakailah kalung ini. Kalung ini pemberian Kakek mu saat pertemuan dua keluarga untuk membicarakan tanggal pernikahan Mommy dan Daddy. Kakek mu bilang, Mommy akan menjadi wanita paling beruntung karena menikah dengan Daddy mu. Jadi, Mommy ingin kamu juga memakai kalung ini agar kamu menjadi wanita paling beruntung menikah dengan laki-laki pilihan mu seperti Mommy." ucap Nyonya Fanny sembari memakaikan kalung itu di leher Faye.
Faye tersenyum tipis melihat penampilannya dari pantulan cermin. Tapi dilubuk hatinya paling dalam, ada kesedihan yang tak berani ia ceritakan pada siapapun.
°°°
Bersambung...
