NovelToon NovelToon
Terjebak Di Dunia Siluman Burung Garuda Emas

Terjebak Di Dunia Siluman Burung Garuda Emas

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Romansa / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.

Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vasshira sang ular

Latihan mereka berlangsung di Kuil Langit, tempat di mana energi suci berkumpul. Di sana, mereka berlatih siang dan malam—menggabungkan serangan mereka, menyelaraskan energi mereka, dan menghapus batasan di antara mereka.

Awalnya, latihan itu sangat sulit. Setiap kali mereka mencoba menggabungkan kekuatan, energi mereka malah bertabrakan, menciptakan ledakan yang membuat mereka terpental.

“Raviel!” Aurora berteriak ketika Raviel terjatuh setelah ledakan energi lain.

Raviel menggeram, berusaha bangkit. “Apa yang salah? Kita sudah mencoba berkali-kali, tapi tetap tidak bisa menyatu.”

Zephiron mengamati mereka dengan sabar. “Kalian masih berusaha melakukannya dengan pikiran, bukan dengan hati.”

Aurora terdiam.

Zephiron melanjutkan, “Kekuatan sejati tidak datang dari teknik atau strategi. Itu datang dari kepercayaan penuh satu sama lain. Kalian harus berhenti berpikir sebagai dua individu yang terpisah. Kalian adalah satu.”

Aurora menatap Raviel. Ia mengerti sekarang.

Ia mengulurkan tangannya. “Raviel, percayalah padaku.”

Raviel mengambil tangannya, genggamannya erat. “Aku selalu percaya padamu.”

Mereka menutup mata, membiarkan energi mereka menyatu. Cahaya putih dan emas mulai berputar di sekitar mereka, lebih tenang dari sebelumnya.

Lalu, sesuatu yang luar biasa terjadi.

Sayap Raviel mulai bersinar lebih terang, dan tubuh Aurora mulai berpendar dengan cahaya suci. Mereka merasakan kehadiran satu sama lain dalam diri mereka, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual.

Ketika mereka membuka mata, cahaya di sekitar mereka meledak ke langit—membentuk simbol suci Garuda dan Cahaya Abadi.

Zephiron tersenyum. “Kalian telah berhasil.”

Aurora dan Raviel saling menatap, merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam diri mereka. Mereka tidak hanya lebih kuat—mereka telah menjadi satu kesatuan yang lebih besar dari sebelumnya.

Sekarang, mereka siap.

 

Setelah menyelesaikan Ritual Penggabungan Jiwa, Aurora dan Raviel merasakan kekuatan baru mengalir dalam tubuh mereka. Sayap emas Raviel lebih bercahaya dari sebelumnya, sementara aura suci Aurora bersinar dengan intensitas yang belum pernah ia rasakan.

Mereka tidak bisa menunggu lebih lama. Noctyros semakin kuat, dan mereka harus kembali ke Bumi sebelum semuanya terlambat.

Zephiron memberi mereka Kristal Langit, sebuah artefak yang memungkinkan mereka turun ke dunia manusia dengan cepat.

"Pergilah," kata Zephiron. "Tapi hati-hati, karena semakin kuat kalian, semakin banyak kegelapan yang akan mencoba menghalangi kalian."

Aurora dan Raviel saling berpandangan sebelum mengaktifkan Kristal Langit. Dalam sekejap, angin berputar di sekitar mereka, dan tubuh mereka berubah menjadi kilatan cahaya yang melesat ke arah Bumi.

Namun, sebelum mereka bisa mencapai tujuan, sesuatu yang besar dan berbahaya menunggu mereka di tengah perjalanan.

Saat mereka melintasi lapisan langit menuju dunia manusia, tiba-tiba udara di sekitar mereka berubah menjadi pekat. Suhu menurun drastis, dan angin yang seharusnya lembut menjadi kasar dan liar.

Aurora segera menyadari ada sesuatu yang salah. “Raviel, sepertinya ada yang mengintai kita.”

Belum sempat Raviel merespons, sesuatu yang besar muncul dari dalam awan hitam—seekor ular raksasa dengan sisik hitam berkilauan dan mata hijau menyala.

Siluman itu melayang di udara, tubuhnya panjang seperti naga, dengan taring yang meneteskan racun.

“Hah, aku mencium bau darah kerajaan langit,” Suaranya mendesis, penuh kelicikan. “Kalian pikir bisa turun ke Bumi dengan mudah? Kalian lupa siapa yang menguasai wilayah ini.”

Raviel langsung mengenali makhluk ini. “Vasshira, Raja Siluman Ular.”

"Tapi dia mirip naga,"

"Ya, dia ular raksasa. Itu yang membuatnya mirip seperti naga," Raviel menggeram, mencabut pedangnya. “Minggir, Vasshira. Kami tidak punya waktu untuk bermain denganmu.”

Vasshira terkekeh. “Oh, tapi aku punya banyak waktu untuk kalian. Aku telah menunggu saat ini sejak lama. Saat di mana aku bisa menghabisi penerus Garuda Emas dan pewaris terakhirnya, dengan tanganku sendiri.”

Dengan kecepatan luar biasa, Vasshira menyerang. Tubuhnya melingkar seperti badai hitam, lalu melesat ke arah mereka dengan mulut menganga lebar, siap menelan mereka bulat-bulat.

Aurora dan Raviel menghindar dengan cepat. Raviel menebaskan pedangnya ke arah Vasshira, tetapi sisik siluman ular itu sekeras baja, membuat pedangnya hanya meninggalkan goresan kecil.

Aurora mengangkat tangannya, melepaskan Gelombang Cahaya Aetheroin ke tubuh Vasshira. Cahaya suci itu membakar beberapa sisiknya, membuat siluman itu menggeram marah.

“MENYEBALKAN!” Vasshira melingkarkan tubuhnya di sekitar mereka dengan kecepatan mengerikan. Dalam sekejap, mereka berdua terjebak di dalam lilitan raksasa, tekanan yang diberikan begitu kuat hingga udara di sekitar mereka terasa menipis. Sepertinya dia mengetahui, jika kekuatan Aurora lebih kuat dari Raviel.

Aurora terengah-engah, merasakan tekanan di dadanya. “Raviel, kita harus keluar dari sini!”

Raviel mencoba melepaskan diri, tetapi cengkeraman Vasshira semakin erat. Jika mereka tidak segera bertindak, tubuh mereka bisa remuk dalam sekejap.

Namun, tiba-tiba mata Raviel bersinar. Ia merasakan koneksi dengan Aurora, lebih dalam dari sebelumnya.

"Aurora, percayakan kekuatanmu padaku!"

"Hahaha ... Kau mengandalkan seorang wanita, pangeran?" Vasshira mengejek. "Kau lemah! Sedangkan dia sudah berhasil mengambil warisannya!"

Raviel tak ingin terkecoh, dia harus tetap fokus. "Aurora, sekarang!"

Aurora mengangguk tanpa ragu. Ia menutup matanya dan membiarkan energinya mengalir ke Raviel. Cahaya dari tubuhnya menyelimuti Raviel sepenuhnya, dan sesuatu yang luar biasa terjadi—pedang Raviel berubah bentuk, menjadi Pedang Garuda Emas yang sebenarnya.

Dengan satu gerakan, Raviel melepaskan gelombang cahaya yang memotong tubuh Vasshira tepat di bagian yang paling lemah.

"ARGH!!" Vasshira meraung kesakitan, lilitannya melemah seketika.

Melihat kesempatan itu, Aurora mengumpulkan kekuatan terakhirnya dan mengarahkan pedangnya ke langit.

“Tombak Cahaya Aetherion!”

Cahaya putih keemasan membentuk tombak raksasa di tangannya, dan dengan satu lemparan, tombak itu menembus dada Vasshira.

Ular raksasa itu berteriak, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya mulai menghilang menjadi abu hitam.

Aurora dan Raviel jatuh bebas sejenak sebelum mengepakkan sayap mereka, kembali mengendalikan tubuh mereka di udara.

Namun, sebelum menghilang sepenuhnya, Vasshira sempat menyeringai.

“Hahaha ... Noctyros sudah menunggumu. Kalian pikir aku hanya menghalangi perjalanan kalian? Tidak! Aku hanya menunda waktu. Sekarang, dia sudah siap!”

Aurora merasakan jantungnya mencelos.

Raviel mengepalkan tangannya. “Kita harus cepat!”

Dengan kecepatan penuh, mereka melesat turun ke Bumi.

 

Aurora dan Raviel akhirnya tiba di Bumi, tetapi sesuatu terasa berbeda. Langit yang seharusnya biru kini diliputi kabut ungu kehitaman yang berputar-putar seperti badai. Udara pun terasa lebih berat, seolah dipenuhi bisikan kegelapan.

Aurora menjejakkan kakinya di tanah dan langsung merasakan getaran energi yang asing. “Ini, bukan Bumi yang kita tinggalkan.”

Raviel mengamati sekeliling. Hutan yang dulunya hijau dan rimbun kini tampak layu, dengan pohon-pohon menghitam seolah diracuni oleh sesuatu. Bahkan tanah di bawah mereka terasa dingin, seakan kehidupan di tempat ini perlahan-lahan menghilang.

“Noctyros,” gumamnya dengan rahang mengeras. “Dia sudah mulai mengubah dunia ini.”

Aurora merapatkan genggamannya pada pedangnya. “Kita harus menemukan sumber kegelapan ini sebelum semuanya terlambat.”

Mereka mulai berjalan melewati hutan yang semakin sunyi, tetapi setiap langkah terasa seperti diawasi.

“JANGAN MELANGKAH LEBIH JAUH!”

Suara serak menggema dari dalam kabut. Dari balik pepohonan, muncul sekelompok manusia—atau setidaknya, itulah yang terlihat pada awalnya. Namun, mata mereka kosong dan kulit mereka pucat, dengan urat-urat hitam menyebar di tubuh mereka. Mereka tampak seperti mayat hidup, tetapi masih memiliki kesadaran.

Aurora dan Raviel segera bersiaga.

Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan jubah rusak, melangkah maju. Matanya masih memiliki sedikit cahaya manusiawi, tetapi tubuhnya jelas dipenuhi kegelapan.

“Kami adalah mereka yang bertahan, namun tidak sepenuhnya selamat.”

Aurora mendekat hati-hati. “Apa yang terjadi di sini?”

Pria itu menghela napas berat. “Saat kegelapan Noctyros mulai menyelimuti dunia ini, ia mengubah manusia menjadi budaknya. Dia tidak membunuh, dia merasuki.”

Raviel mengepalkan tangannya. “Jadi ini akibatnya. Dia tidak hanya menghancurkan dunia, dia menguasai jiwa-jiwa yang ada di dalamnya.”

Pria tua itu menatap mereka dengan harapan tipis. “Kalian bukan bagian dari kegelapan itu, bukan?”

Aurora mengangguk tegas. “Kami datang untuk menghentikannya.”

Mata pria itu sedikit berbinar. “Kalau begitu, kalian harus pergi ke benteng terakhir, tempat di mana mereka yang belum tersentuh kegelapan masih bertahan. Mereka mungkin bisa membantu kalian.”

Aurora dan Raviel saling berpandangan.

Benteng Terakhir. Itu mungkin satu-satunya tempat di dunia ini yang masih memiliki cahaya.

“Bawa kami ke sana,” kata Raviel.

Pria itu mengangguk. “Hati-hati, perjalanan ini tidak akan mudah.”

Dengan begitu, mereka bersiap memasuki bagian paling berbahaya dari perjalanan mereka—menuju Benteng Terakhir, tempat perlawanan terakhir manusia terhadap kegelapan Noctyros.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!