NovelToon NovelToon
RACUN

RACUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Kisah cinta masa kecil
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kelabu yang menyelimuti rumah tangga selama lima tahun?

Khalisah meminta suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan yang dipilih mertuanya.

Sosok ceria, lugu, dan bertingkah apa adanya adalah Hara yang merupakan teman masa kecil Abizar yang menjadi adik madu Khalisah, dapat mengkuningkan suasana serta merta hati yang mengikuti. Namun mengabu-abukan hati Khalisah yang biru.

Bagaimana dengan kombinasi ini? Apa akan menjadi masalah bila ditambahkan oranye ke dalamnya?

Instagram: @girl_rain67

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

E. 4~Bertahan

"Iya." Khalisah meremat tangannya. Jujur, ia punya ketakutan tersendiri terhadap Abizar yang selalu menahan amarahnya. Entah apa alasannya.

"Lalu, bagaimana dengan kemauanku, suami kamu. Menentang suami bisa menjerumuskan kamu ke dalam neraka, Khalisah," balas Abizar bernada terang.

"Seorang istri dan anak bisa menentang suami dan orang tuanya jika yang ia lakukan sudah benar."

Langsung saja Abizar memukul kasur hingga Khalisah terkejut. Matanya mulai berair.

"Arrgggh! Kamu bahkan langsung bertindak tanpa berdiskusi dulu denganku. Apa karena selama ini aku selalu mengikuti kemauan kamu hingga kamu merasa bisa melakukan semuanya."

"Bukan begitu maksudku, Mas."

Abizar melempar handuk dan berjalan keluar kamar sambil membanting pintu, sampai Khalisah terkejut untuk kedua kalinya. Namun kali ini air mata yang membendung sudah tak tertahan lagi.

Perlahan Khalisah duduk atas kasur. "Maafkan aku, Mas. Hanya saja aku tahu, jika ku beritahukan lebih dulu, kamu pasti akan memanipulasinya sesuai keinginan kamu."

Entah bagaimana langkah kaki membawanya kemari. Abizar menatap pintu di hadapannya dan mulai mengetuknya. Ia menarik memasukinya dan menutupnya secara perlahan.

Terpampanglah sosok Hara memakai jubah mandi dan sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"Abi~" lirih Hara tak menyangka atas kehadiran Abizar. Pikirnya pria itu takkan ke sini setelah kejadian di kantor meski jatahnya masih lima hari.

Mata Abizar melirik ke arah lain ditambah gerakan tubuhnya yang canggung. "Seingatku nenek Melati punya penyakit jantung, apa karena itu beliau meninggal?"

"Salah satu penyebabnya memang jantung--" Hara memilih duduk di kasur.

" Tapi jantungnya memburuk waktu dikagetkan mobil yang hampir menabraknya. Aku berniat memberikan jantungku, tapi nenek bilang lebih suka mati ketimbang harus hidup tanpa diriku," sambung Hara tersenyum miris. Pandangannya menatap pada Abizar yang kini bisa memandanginya.

"Abi tahu, saat mendengar kata-kata nenek aku justru teringat pada, Abi."

Abizar tak bergeming, namun Hara tetap tersenyum.

"Aku berpikir, kalau Abi ada di sini apa yang bakal Abi katakan ya? Pasti bingung sekali. Yaah, aku menjawabnya sendiri."

Hening.

"Yaah, untungnya sudah menjadi masa lalu. Jadi, aku tidak perlu berbimbang lagi." Dengan gaya santai Abizar menuju kasur dan membaringkan diri di sana.

Hara dibuat terpaku olehnya.

"Lalu, apa yang terjadi padamu setelah nenek nggak ada?" Abizar menepuk bagian kasur di sebelahnya agar Hara berbaring di sampingnya.

Ragu, tapi Hara tetap melakukannya secara perlahan.

Abizar menghadap pada Hara sambil membantalin kepala menggunakan tangannya. "Nah, ayo ceritakan."

Hara tersenyum. "Waktu itu aku...."

".... Dan akhirnya aku dibohongin doang. Tapi aku...." Hara menghentikan perkataan karena menyadari orang yang mendengar perkataannya kini telah menutup mata.

Hara terkekeh. "Dasar. Padahal dari dulu kamu 'kan nggak suka dengar cerita, tapi tetap saja bersikeras. Apa sebenarnya kamu mau meminta maaf ya."

Tanpa ragu Hara mendaratkan tangannya di kepala Abizar dan mengelusnya.

"Hei! Sudah aku bilang berhentilah memanjat pohon, nanti kamu nggak bisa turun aku juga yang repot!" pekik bocah laki-laki pada anak perempuan di cabang pohon.

"Tapi Tante Laili pengen makan mangga!" balas anak perempuan itu.

"Mama cuma ngomong sendiri, kamu 'kan nggak perlu sampai memenuhi kemauannya!"

"Sekarang pokoknya kamu turun. Lompat, biar aku tangkap." Bocah laki-laki itu membentangkan kedua tangannya.

"Baik." Dan tanpa ragu anak perempuan itu melompat.

"Dan bruk. Kita terluka bersama-sama." Hara tertawa kecil.

"Dari dulu kamu memang sok hebat, dan bodohnya aku mempercayai kamu yang seperti itu."

.

.

.

.

"Aku berbuat kesalahan lagi." Khalisah menubruk kepalanya pada meja, kemudian menegakkannya kembali untuk menyuapkan potongan apel ke dalam mulutnya.

"Aku minta maaf." Ia kembali menenggelamkan wajahnya. Namun suara bentrokan kaca membuatnya bangkit dari posisinya.

Khalisah memandangi gelas yang di dorong ke arahnya. Helaan napas langsung keluar dari hidungnya. Tanpa berucap banyak ia menyibak cadarnya sedikit dan meminum air putih itu hingga tandas.

"الحمدلله،" suaranya berucap lirih.

Segera Khalisah bangkit dan pergi dari sana tanpa melihat orang yang telah memberikannya segelas air putih.

Keesokan harinya.

Hara menuruni tangga sambil bersenandung, namun ketika menangkap pemandangan Khalisah sedang memasak, ia jadi berlari menghampirinya.

"Kak, aku bantuin ya," seru Hara menyodorkan tangan.

"Masak yang lain." Khalisah memperlihatkan sikap abai.

"Oke." Hara meresponnya positif. Ia bergegas menuju kulkas dan mengambil sayur mayur untuk dimasaknya.

"Ngomong-ngomong, apa mas Abi sempat bangun tadi?" tanya Khalisah pada Hara yang sedang memotong.

"Enggak kayak ya, Kak. Soalnya Abi keliatan pulas banget," jawab Hara riang, tanpa tahu perkataannya telah menoreh luka bagi Khalisah.

Apa artinya mas Abi meninggalkan shalat subuh lagi? Khalisah meng katup bibirnya.

Khalisah mematikan kompor. Ia mulai menata meja makan bersama Hara, dan untungnya mereka cocok dikarenakan Hara menyesuaikan dengan penataan Khalisah.

Saking fokusnya sampai mereka tidak menyadari tatapan dari lantai dua.

Abizar memerhatikan kedua istrinya sadari tadi. Ia berpikir, "Kerjasama mereka sempurna, apa karena sama-sama perempuan berhati bersih ya. Melihat mereka begini, aku jadi berpikir mereka memang ditakdirkan bersama. Jika iya, apa artinya aku tak perlu melepaskan salah satunya."

Langkahnya mulai menuruni tangga. Hara berhasil melihat terlebih dahulu hingga langsung melambai. "Abi!"

Abizar melihatnya sebentar, kemudian mengalihkan pandangan pada Khalisah. Istri pertamanya itu menutup mata sebagai pertanda senyuman dibalik cadarnya.

Senyum Abizar terbit. Ia langsung menghampiri Khalisah dan mengecup bagian pipi hingga istrinya terkejut.

"M-mas." Khalisah memegang bagian pipinya.

"Kemari lah sebentar." Abizar menggenggam tangan Khalisah dan menariknya.

Hara hendak menunduk, namun dikejutkan dengan tarikan tangannya oleh Khalisah. Jadilah mereka bertiga ke kolam renang.

"Mas--"

"Aku minta maaf," potong Abizar akan ucapan yang hendak dituturkan Khalisah. Mata istri pertamanya itu membulat.

"Maaf, harusnya aku paham pada keadilan yang kamu usahakan. Tapi aku malah berteriak padamu."

Khalisah menunduk. Ia melepas perlahan pegangan sang suami pada tangannya. "Enggak, harusnya aku yang minta maaf pada Mas. Setelah ini aku nggak bakal mengambil keputusan tanpa mendiskusikan dengan Mas dulu."

"Iya." Abizar tersenyum.

"Kalau begitu ayo kita makan." Khalisah berjalan duluan disusul Abizar, namun pria malah dihadang Hara.

Abizar memberikan atensi pada Hara yang kini tersenyum aneh. Senyum yang dikenalnya, sehingga ia memasang wajah waspada. Namun terlambat, karena Hara lebih dulu mendorong ke kolam renang.

Byuur!

Khalisah dan mama Laili yang baru tiba menganga kompak, sedang Hara tertawa tanpa merasa lelah.

"Sialan kamu, Hara Arani!"

Dari kejauhan ada Khalisah yang tersentak mendengar kata suaminya, tapi lebih dikejutkan atas sikap Abizar yang tambak bahagia hingga berakhir tertawa.

"Akhirnya aku bisa balas dendam pada Abi yang mendorongku ke dorong," papar Hara.

"Awas kamu nanti."

Dan momen itu berhasil menusuk hati Khalisah.

"Sudah lama aku nggak lihat Abizar seperti itu, dan Hara begitu mudah mengembalikan tawa Abizar," tutur mama Laili melirik remeh pada Khalisah.

"Benar." Khalisah mengangguk.

"Mama katakan pada Hara untuk memberitahu Mas Abi kalau aku sudah makan." Khalisah pergi sambil menundukkan wajahnya, dan kelakuannya terikut oleh mama Laili.

Dan mama Laili pun berpaling.

☠️

☠️

☠️

☠️

@girl_rain67

Referensi pengetahuan yang diambil dari kitab I'annah dibimbing oleh; Tgk. Tisara Al-Muchtar

Guruku!

1
Aminin azaaa
bingung Thor Edgar kan seorang polisi, tp bertahun tahun jd bodyguard khalisah, gimana cara bagi waktu nya🙏🙏
Masitoh Masitoh
jujur aku heran dgn sikap Khalisah terlalu baik ya Thor walau mertua SDH hadirin madu bahkan suaminya mafia
@Girl_Rain67: Jujur, Rain pun pengen jadi Khalisah. Tapi tak sanggup 😢
total 1 replies
Dinda Putri
up
Dinda Putri
Lanjut Thor jangan kelama an upnya jadi penasaran
@Girl_Rain67: Siap, kak
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
@Girl_Rain67: Insyaallah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Aminin azaaa
lanjutkan
@Girl_Rain67: Siap, kak. /Smile/
total 1 replies
Aminin azaaa
lanjut
Gadiscantik27
Malam, kak. Boleh minta support balik, kak?
@Girl_Rain67: Boleh, kak 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!