NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

...****************...

Setelah kejadian semalam, akhirnya kami kembali ke kehidupan masing-masing.

Aku di arena latihan sejak pagi, sibuk dengan rutinitasku yang biasa—pemanasan, lompat, putaran, jatuh, bangkit lagi. Begitu terus sampai otot-ototku protes minta istirahat.

Sementara Arsen, ya… dia jelas sibuk dengan dunianya sendiri. Ngurus perusahaan, model-model, desainer, dan tentu saja… Nathan.

Aku menarik napas panjang setelah berhasil mendarat sempurna dari lompatan terakhirku. Coach bertepuk tangan kecil sambil ngasih isyarat biar aku mendekat.

"Kau kelihatan lebih fokus hari ini," katanya.

Aku mengambil botol air dan meneguknya sedikit.

"Harus dong. Lomba nggak bakal nunggu aku siap."

Coach mengangguk puas, lalu tiba-tiba alisnya naik sedikit. "Oh, ngomong-ngomong, bagaimana keadaan anak kecil itu?"

Aku sedikit terbatuk mendengar pertanyaannya.

"Hah? Siapa?" pura-puraku.

Coach mendecak.

"Jangan pura-pura, Sienna. Kau tahu siapa yang kumaksud. Itu bayi yang kau bantu semalam."

Aku menghela napas, meletakkan botol air ke bangku.

"Nathan baik-baik aja, aku rasa. Pagi ini aku nggak dapat telepon darurat, jadi kupikir dia baik-baik aja sama ayahnya."

Coach tersenyum kecil. "Kau mulai peduli, ya?"

Aku langsung melotot.

"Nggak!" sahutku cepat. "Aku cuma… ya, wajar lah kalau bertanya. Anak sekecil itu kehilangan ibunya, siapa pun pasti bakal kasihan."

Coach terkekeh pelan, seolah nggak percaya sama jawabanku. Aku pura-pura nggak lihat dan langsung fokus lagi ke es di bawah kakiku.

Tapi, jujur aja… aku juga heran. Kenapa aku harus mikirin mereka pagi ini?

...****************...

Sore ini, aku mutusin buat ngasih waktu istirahat ke diri sendiri. Setelah latihan yang cukup intens tadi pagi, sekarang aku duduk santai di sebuah kafe bareng temanku, Maya.

"Kau latihan berapa jam hari ini?" tanya Maya sambil menyeruput minumannya.

"Empat jam," jawabku santai, menusuk-nusuk waffle di piringku. "Harusnya lima, tapi aku capek."

Maya ngakak. "Akhirnya si gila latihan tahu rasanya capek juga."

Aku mendengus dan mengangkat bahu. "Kau tahu, kan? Aku udah bukan bocah lagi. Badan ini nggak sekuat dulu."

Aku menggigit waffleku, menikmati manisnya cokelat yang meleleh di mulutku. Tapi baru dua kali kunyahan, mendadak aku kepikiran sesuatu.

Ucapan Arsen semalam…

"Kau makan itu?"

"Bagaimana anakku kalau kau makan makanan nggak sehat begitu?"

Aku otomatis melirik waffle di tanganku, terus melirik gelas frappuccino yang penuh whipped cream di meja. Oke, memang sih aku atlet, tapi bukan berarti makananku selalu sehat setiap saat.

Aku menghela napas panjang. Kenapa juga aku harus mikirin kata-kata pria itu? Aku bukan ibu Nathan. Lagi pula, anak itu nggak benar-benar menyusu padaku. Aku cuma bantu nenangin dia, itu aja.

"Kau kenapa?" suara Maya membuyarkan lamunanku.

"Nggak, cuma tiba-tiba mikir… apa makanan ini terlalu manis?"

Maya langsung ngeliatin aku kayak aku baru aja ngomong hal paling aneh di dunia.

"Sejak kapan kau mikirin kadar gula dalam makanan?" tanyanya heran.

"Sejak sekarang," nyengirku kecil.

Maya mendengus. "Baiklah, terserah kau. Asal jangan tiba-tiba jadi pecinta sayur dan makanan organik aja," katanya. "Aku bakal shock kalau itu sampai terjadi."

Aku ketawa kecil, tapi tetap diam-diam kepikiran. Haruskah aku mulai makan lebih sehat? Atau aku cuma kebanyakan mikir gara-gara seorang duda cerewet?

...****************...

Setelah dari kafe, aku dan Maya mutusin buat jalan-jalan ke mall. Nggak ada tujuan jelas sih, cuma sekadar refreshing aja setelah latihan.

"Kita mampir ke toko skincare dulu, yuk?" Maya menarik lenganku menuju sebuah toko di sudut mall.

Aku males, tapi tetap ikut. Toh, aku juga butuh stok skincare baru. Setelah beberapa menit muter-muter, aku akhirnya berdiri di depan rak vitamin dan suplemen. Entah kenapa, aku jadi kepikiran buat beli sesuatu yang lebih sehat.

"Kenapa kau tiba-tiba serius banget?" tanya Maya yang muncul di sebelahku sambil membawa masker wajah.

Aku menimbang-nimbang botol vitamin di tanganku. "Menurutmu, kalau aku mulai makan lebih sehat, apa itu keputusan yang bagus?"

"Tunggu, kau nggak kena brainwash seseorang, kan?" Maya menyipitkan mata curiga.

"Bukan gitu, cuma… aku kepikiran aja. Apa aku harus mulai jaga pola makan?" jawabku mendesah pelangi.

"Kau ini atlet, pola makanmu udah jauh lebih sehat dari manusia biasa," balasnya sambil melipatkan tangannya di dada.

"Iya sih, tapi ada yang bilang kalau aku masih suka makan sembarangan," keluhku mengingat ucapan Arsen semalam.

"Siapa?"

Aku terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengaku, "Arsen."

"Duda anak satu itu?" serunya, langsung terbelalak.

"Sstt! Jangan teriak gitu, ah," bisikku, melirik sekitar dengan waspada.

Maya nyengir, lalu mendekat. "Jangan bilang kau mulai terpengaruh omongannya?" godanya.

"Nggak juga, cuma… kemarin dia ngomel gara-gara aku makan ayam goreng," sahutku, menghela napas panjang.

Maya ngakak. "Terus? Dia pikir kau harus makan salad setiap hari?" ejeknya, masih tertawa.

"Entahlah. Dia cuma peduli sama Nathan, sih."

Maya menatapku beberapa detik sebelum akhirnya menepuk pundakku pelan. "Sienna… kau sadar nggak, kau mulai berubah?" ujarnya, suaranya lebih lembut.

"Apa maksudmu?" tanyaku, mengerutkan dahi.

Maya tersenyum kecil. "Kau, yang biasanya cuek, sekarang mulai mikirin makanan, mulai peduli sama omongan orang lain, dan—" Dia menaikkan alis, tatapannya penuh arti. "—kau bahkan rela nyusui bayi orang lain, meski tanpa ASI," lanjutnya, nadanya terdengar geli.

Aku terdiam. Oke, kalau dipikir-pikir, memang ada yang aneh sama diriku akhir-akhir ini. Aku nggak pernah repot-repot mikirin hal-hal kayak gini sebelumnya.

Tapi… apa itu masalah?

Aku mendesah, meletakkan botol vitamin di rak, lalu menarik tangan Maya. "Ayo pergi. Aku lapar, kita cari makan dulu."

Maya terkekeh. "Tuh, kan. Bilang peduli sama makanan, tapi tetap aja mikirin makanan melulu."

Aku meliriknya tajam. "Kau mau ikut makan atau tinggal di sini?"

Maya tertawa, lalu mengikuti langkahku keluar dari toko. Meskipun aku masih kepikiran omongan Arsen, tapi aku putuskan buat nggak mikirin itu terlalu dalam.

Karena aku, Sienna Rosella, bukan tipe orang yang gampang berubah hanya karena satu pria… kan?

.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
Semangat
modus duda ini pasti.
Semangat
luar biasa
Semangat
Hahahaa Thor😭😭
Alen's Vy: Sstt🤫🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!