Mahen selalu membenci Tante Feronica, bibinya yang menghilang 10 tahun silam. Ayahnya selalu mengatakan bahwa Tante Feronica adalah orang jahat yang telah membuatnya mendekam dipenjara selama 12 tahun.
Namun, ketika Mahen mencoba mencari petunjuk atas apa yang terjadi 10 tahun lalu, dia tidak menyangka bahwa dia akan menemukan sebuah ruang rahasia di kamar Tante Feronica. Di dalam ruang itu, Mahen menemukan petunjuk-petunjuk yang membuatnya mulai mempertanyakan apa yang selama ini dia percayai.
Mahen mulai menyelidiki tentang apa yang terjadi di masa lalu dan mengapa ayahnya dipenjara. Namun, semakin dia menyelidiki, semakin banyak rahasia yang terungkap. Mahen harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya tidak seperti yang dia pikirkan.
Tante Feronica, yang selama ini dia anggap sebagai orang jahat, ternyata memiliki alasan yang kuat untuk melakukan apa yang dilakukannya. apakah Mahen akan bisa menemukan kebenaran dan memperbaiki kesalahan masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yan duwei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JENGUK PAPAH BARENG MAMAH? BARENG KAKEK NENEK?
sudah setengah jam Mahen mengobrol bersama Oca, tetapi Naomi belum masuk juga.
"Naomi belum selesai ya?" tanya Mahen pada Oca. "eng.. nggak tau juga hen. Naomi emang suka bersih-bersih" jawab Oca merasa tak enak pada Mahen yang sudah menunggu Naomi lama.
tiba-tiba ponsel Mahen berdering tanda panggilan masuk. "gue permisi angkat telfon dulu ya" pamit Mahen yang di angguki oleh Oca.
Mahen pun bergegas keluar untuk mengangkat telepon yang ternyata berasal dari mamahnya.
"halo mah," sapa Mahen. "halo, kamu dimana Mahen?" tanya mamahnya di seberang. "aku lagi main mah. mamah udah pulang?" jawab Mahen sembari balik bertanya.
"iya ini mamah udah di rumah, tapi rumahnya kosong" jelas mamah Mahen. "em.. yaudah kalau gitu Mahen pulang sekarang mah" ucap Mahen. "oke, hati-hati di jalan ya" pesan mamah Mahen.
telepon di tutup dan Mahen kembali masuk ke dalam rumah Naomi.
"ca, gue pamit dulu ya. nyokap gue udah pulang, baru aja sampe rumah" pamit Mahen pada Oca.
"ouh.. iyaudah silahkan, titip salam buat mamah kamu ya. maaf juga Naomi nggak sempet ngobrol sama kamu" jawab Oca.
"it's okey, masih bisa ngobrol lain kali kok. yaudah gue pulang dulu" pamit Mahen lagi sambil berlari kecil keluar dari halaman rumah Naomi menuju motornya yang ia parkirkan di tepi jalan.
Mahen melajukan motornya dengan kecepatan tinggi agar bisa cepat sampai rumah. "ngeselin banget tuh detektif kupret, ada tamu bukannya di ladenin, di ajak ngobrol kek, malah di tinggal bersih-bersih" Mahen mengendarai motornya sambil menggerutu.
"giliran yang dateng si alpariji itu dia senyum-senyum, ketawa ketiwi, dia pikir cantik begitu? kaga! kaya kunti yang ada!" Mahen terus menggerutu hingga tanpa sadar ia sudah sampai di rumahnya.
Mahen memarkirkan motornya di garasi dan bergegas menemui mamahnya yang sedang berada di ruang keluarga.
"mamah!" teriak Mahen. "kenapa Mahen? baru sampai?" tanya mamahnya. Mahen mengangguk sambil menyalami mamahnya yang sedang membereskan oleh-oleh.
"bantuin mamah dong" pinta mamahnya. "bantu apa nih?" tanya Mahen. "ini, tolong masukin di kulkas ya" suruh mamahnya sambil mengangkat satu plastik besar yang entah apa isinya.
"Mahen," panggil mamahnya saat Mahen sedang memasukan barang tadi kedalam kulkas. "ya mah?" jawab Mahen sambil terus sibuk menggeser beberapa isian kulkas agar muat saat di isi barang lain lagi.
"nanti jam dua kita jenguk papah" ucapan mamahnya seketika membuat Mahen membeku. ia takut papahnya mendesaknya lagi untuk membalas dendam pada tante Feronica.
"Mahen?" mamahnya bingung saat melihat Mahen justru melamun. bukannya ini yang Mahen inginkan? mamah dan kakek neneknya menjenguk papahnya di penjara.
"ah? gimana mah?" tanya Mahen terlihat bingung, tangannya bergerak menutup pintu kulkas. "kamu melamun? ada masalah?" tanya mamahnya sambil berjalan mendekati Mahen.
"eng.. nggak kok mah, tadi lagi kepikiran tugas kuliah aja" elak Mahen sambil tersenyum nyengir. "yaudah makan siang dulu yuk, tadi mamah udah beli makanan" ajak mamahnya sambil merangkul Mahen dan mengajaknya duduk di meja makan.
Mahen menurut, ibu dan anak itu duduk dan makan bersama. meskipun Mahen terlihat sedang asik menikmati makanannya, tetapi sebenarnya pikirannya sedang kalut. ia merasa belum siap bertemu dengan papahnya setelah apa yang ia temukan kemarin.
"Mahen? kamu kenapa sih? kamu nggak dengerin mamah ngomong?" cecar mamahnya yang sedari tadi asik bercerita tetapi di abaikan oleh Mahen.
"eh, maaf mahh, Mahen bener-bener lagi nggak fokus. tugas Mahen numpuk banget soalnya" ucap Mahen merasa bersalah karena telah mengabaikan mamahnya. jarang-jarang ia bisa berkumpul dan mengobrol bersama mamahnya seperti ini.
"hm.. yaudah cepetan habisin makanan kamu, dari tadi utuh noh. nanti istirahat dulu terus jenguk papah. mungkin setelah jenguk papah kamu bisa fokus lagi" ucap mamahnya sambil tersenyum menenangkan. Mahen mengangguk dan kembali melanjutkan makan siangnya.
setelah selesai makan, Mahen beristirahat di dalam kamar tetapi ia tidak bisa tidur. pikirannya tertuju pada papahnya. "papah beneran bohongin aku?" tanya Mahen yang entah tertuju pada siapa.
Mahen masih tidak percaya jika papahnya yang selama ini ia percaya dan ia bela di hadapan keluarganya ternyata tega membohonginya. bahkan papahnya membuat cerita palsu yang menyebabkan Mahen membenci tantenya sendiri.
Mahen membuka dompetnya dan mengeluarkan foto tante Feronica. "maafin Mahen tan. selama ini Mahen selalu nyalahin tante Fero atas semua yang terjadi, bahkan Mahen benci sama tante Fero" gumam Mahen lirih.
"Mahen!" tiba-tiba terdengar teriakan mamahnya dari luar kamar. "iya mah!" jawab Mahen. "ayo berangkat" teriak mamahnya lagi. "iya mah, Mahen siap-siap bentar" teriak Mahen lalu terburu-buru memasukkan foto tante Fero kembali ke dalam dompetnya. Mahen menarik jaket kesayangannya dan bergegas keluar.
"duh.. ternyata gue merenungnya lama juga ya" gumam Mahen sambil berjalan menyusul mamahnya yang sudah berada di dalam mobil.
"mampir ke rumah kakek dulu, kita pergi bareng" suruh mamahnya. "kakek sama nenek juga ikut?" tanya Mahen terkejut. bahkan gerakan tangannya yang sedang memasang seatbelt pun berhenti.
mamahnya menoleh bingung melihat keterkejutan Mahen, "kenapa? bukannya kamu pengin kakek sama nenek jengukin papah?" tanya-nya.
"eng..nggak apa-apa sih mah, kaget aja. kan nggak biasanya kakek sama nenek jengukin papah" jawab Mahen berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
"yaudah ayok" ajak mamahnya saat melihat Mahen tak kunjung menghidupkan mobilnya. "oh iya" dengan gugup Mahen mulai menghidupkan mobil dan melajukannya menuju rumah kakeknya.
..
"mah, Mahen nunggu di mobil aja ya" pinta Mahen saat mamahnya keluar dari mobil. saat ini mereka sudah berada di halaman rumah kakek Hardjo.
"oke, jangan pergi-pergi ya! nanti kita langsung berangkat" pesan mamahnya sambil berlalu pergi memasuki rumah besar kakek Hardjo.
"gue harus gimana nanti ya? tapi kan ada mamah, ada kakek sama nenek juga, mudah-mudahan papah nggak berani bahas masalah bales dendam. sekalian gue pengin liat gimana reaksi papah kalau liat kakek sama nenek dateng jengukin dia" gumam Mahen. sepertinya Mahen sudah kecanduan bicara sendirian.
tak berselang lama terlihat mamah Mahen sudah kembali bersama kakek Hardjo dan nenek Astrid. mereka membawa beberapa bingkisan yang sepertinya akan di berikan kepada papah Mahen.
Mahen turun dari mobil bersiap menyambut kakek dan neneknya sekaligus membantu memasukkan barang bawaan mereka ke dalam bagasi.
"duh cucuku makin ngguanteng aja" pekik nenek Astrid saat melihat Mahen yang mengenakan kaos putih di padukan jaket jeans hitam dan celana selutut. bukannya ganteng malah mirip sopir travel.
Mahen hanya tersenyum nyengir mendengar pujian dari neneknya. nenek mana yang tidak mengatakan cucu laki-lakinya paling ganteng?
Mahen mengambil alih barang bawaan kakek dan neneknya lalu memasukkannya ke dalam bagasi. tidak lupa Mahen membukakan pintu mobil untuk kakek dan neneknya di kursi penumpang bagian tengah serta untuk mamahnya yang duduk di sampingnya.
setelah semuanya siap, Mahen mulai melajukan mobilnya dengan harap-harap cemas. ia takut papahnya kembali membahas masalah balas dendam atau papahnya akan kembali menyerang kakeknya seperti dulu.
Mahen bertekad jika papahnya kembali menyerang kakeknya maka ia akan melawan menggantikan tante Feronica. sebagai anak yang berpikiran normal, Mahen tidak mau papahnya di butakan oleh harta.
lanjut....