Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Angin malam berhembus dingin di desa terpencil yang tersembunyi di balik pegunungan. Rumah sederhana dari kayu itu menjadi tempat perlindungan bagi Rafael, Liana, dan Luca setelah pelarian panjang mereka dari cengkeraman Adrian. Mereka tahu, bahaya masih mengintai, tetapi untuk saat ini, mereka bisa menarik napas sejenak.
Di dalam rumah, lelaki tua yang telah menampung mereka menatap Rafael dengan penuh selidik. Ia duduk di kursi reyot di depan perapian, matanya yang tajam menelisik sosok Rafael seakan mencari kebenaran di balik kehadiran mereka.
"Anak muda," ucap lelaki tua itu, suaranya parau tetapi penuh wibawa. "Kalian datang dengan wajah penuh luka dan ketakutan, membawa bahaya ke desa ini. Aku ingin tahu, siapa kalian sebenarnya? Apa misi yang kalian emban hingga harus bersembunyi sejauh ini?"
Rafael menatap lelaki tua itu dengan tatapan penuh pertimbangan. Ia tahu, menceritakan semuanya bisa berisiko, tetapi lelaki tua ini telah menyelamatkan mereka. Setidaknya, ia berhak tahu kebenarannya.
Rafael menarik napas panjang, lalu mulai berbicara. "Namaku Rafael, dan ini Liana serta Luca. Kami bukan orang biasa yang sekadar tersesat dan mencari perlindungan. Kami adalah buronan dari seorang pria yang haus akan kekuasaan dan tak segan membunuh demi mempertahankan tahtanya. Namanya Adrian."
Lelaki tua itu mengernyit. "Adrian? Aku pernah mendengar nama itu. Seorang pria kejam yang merajalela di kota-kota besar. Tapi bagaimana kalian bisa berurusan dengannya?"
Rafael menatap Liana sejenak, lalu kembali menatap lelaki tua itu. "Adrian telah menghancurkan hidup banyak orang. Dia adalah dalang dari berbagai kejahatan—pembunuhan, korupsi, perdagangan manusia, dan kejahatan lainnya. Ayah Liana adalah salah satu orang yang berusaha menghentikannya. Sebelum meninggal, ayahnya meninggalkan petunjuk tentang kelemahan Adrian. Kami mengikutinya, mencari bukti-bukti yang akhirnya bisa menghancurkannya. Tapi itu juga membuat kami menjadi targetnya."
Lelaki tua itu mengangguk pelan. "Jadi, kalian membawa bukti yang bisa menjatuhkannya?"
Luca yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Ya. Kami berhasil menemukan catatan rahasia dan bukti kejahatan Adrian yang tersembunyi bertahun-tahun. Bukti itu sudah kami sebarkan ke publik dan pihak-pihak yang berwenang, tetapi Adrian masih belum menyerah. Dia akan terus mengejar kami sampai dia yakin semua ancamannya telah lenyap."
Lelaki tua itu terdiam sejenak, seakan menimbang kata-kata mereka. "Apa yang kalian rencanakan sekarang? Apakah kalian akan terus bersembunyi?"
Liana menggeleng, suaranya penuh keteguhan. "Tidak. Kami tidak akan terus lari. Kami akan menghadapi Adrian dan mengakhirinya. Ini bukan hanya tentang balas dendam, ini tentang keadilan. Kami tidak bisa membiarkan orang lain menderita seperti yang telah kami alami."
Lelaki tua itu tersenyum tipis, ada kilatan kagum di matanya. "Keberanian seperti itu jarang kutemui. Jika kalian memang berniat melawan Adrian, aku akan membantu semampuku."
Rafael mengangguk penuh rasa terima kasih. "Terima kasih paman, tapi kami tidak ingin paman terlibat ke dalam masalah kami. Kami tidak ingin paman terluka dan menjadi korban dari masalah yang sedang kamu hadapi. Dengan menampung kami untuk tetap tinggal disini, paman sudah membantu kami untuk bersembunyi dari musuh kami."
Lelaki tua itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Kalau begitu, kalian harus berhati-hati. Adrian bukan orang yang mudah dikalahkan. Aku yakin dia sekarang sedang mengerahkan pasukannya untuk mencari kalian."