NovelToon NovelToon
Rainy Couple SEASON TWO

Rainy Couple SEASON TWO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: IG @nuellubis

"Ivy nggak sengaja ketemu sama kamu dan Nabilah. Kamu--sabtu kemarin itu--ketemuan kan sama Nabilah di Rainbow Caffee?!"

Sempet ada jeda sebentar, yang akhirnya Matias berbicara juga. "I-iya, t-tapi a-aku ng-nggak ka-kayak yang kamu pikirin. Aku sama Nabilah pun nggak ada hubungan apa-apa. Murni ketemuan sebagai temen. Aku cuman cinta sama kamu, Ke."

Ternyata Kezia masih mau memaafkan Matias. Berlanjutlah kisah cinta mereka. Hanya saja, jalan di hadapan mereka berdua semakin terjal.

Berikutnya, tidak hanya tentang Matias dan Kezia. Ada juga kisah Martin Winter dan Vanessa Rondonuwu. Pun, kisah-kisah lainnya. Kisah yang sama manisnya.

Terima kasih banyak yang sudah menyimak season one RAINY COUPLE di tahun 2020 silam. Kali pertama aku menulis novel di platform.

NOVEL INI PERNAH MELEDAK DI NOVELTOON DI TAHUN 2020 SILAM!

Season 1 Rainy Couple
(https://noveltoon.mobi/id/share/102447)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terpikirkan untuk Bekerja di Restoran Menado

Sepulang ibadah Kenaikan Yesus, Martin disuruh Thalia untuk pergi restoran Menado itu lagi. Thalia, suaminya Thalia beserta kedua anak kembarnya, Kezia, dan Melisa langsung pulang. Tinggal Martin yang diturunkan di depan restoran Menado tersebut.

Martin segera mengambil uang yang diberikan oleh Jason, suaminya Thalia. Sebesar Rp 200.000.

"Itu uang buat kamu," ucap Jason dari dalam mobil. "Buat ongkos pulang. Sama pesanan kita. Jangan lupa."

"Beres, Kak Jason," ujar Martin yang sudah berada di luar mobil.

"Tahu, kan, pesanannya?" tanya Thalia galak.

"Ayam woku sama sayur rica rodo, kan?" tanya Martin untuk memastikan.

"Bener."

"Kita balik ke rumah dulu, Martin."

Martin hanya mengangguk.

Sementara itu Kijang Innova Zenix milik suaminya Thalia, yaitu Jason, langsung melenggang pergi meninggalkan Martin yang mulai berjalan menuju restoran Menado tersebut.

Sudah beberapa langkah. Martin tak langsung masuk. Ia pandangi halaman muka restoran Menado tersebut. Nama restoran itu adalah Tombeng Restaurant. Tombeng merupakan nama marga atau fam dari si empunya restoran yang merupakan sahabat dari mendiang ayahnya Kezia: Yulius Tombeng.

"Apa torang melamar kerja di sini saja?" tanya Martin menghela napas.

Martin mendadakteringatk obrolan dengan Kezia dan pacarnya, Vanessa. Martin cukup minder dengan pacarnya yang bekerja di Elf Designator yang sebuah firma desain interior. Gajinya lebih besar dari gajinya yang hitungan ratusan ribu. Itu juga dibayarkan oleh Jason dan Thalia dengan alasan uang mingguan Martin.

Ia masih berdiri di depan Tombeng Restaurant, memandangi bangunan bernuansa putih-krem dengan ornamen kayu dan ukiran khas Minahasa. Lampu gantung rotan menyala hangat dari dalam, dan bau woku menyeruak keluar lewat pintu yang sesekali terbuka. Uap masakan campur aroma rica-rica menggoda perut kosong Martin.

Uang Rp 200.000 masih ia genggam erat di saku celana jins belelnya. Martin menghela napas lagi. Ia menoleh ke kanan, menatap deretan ruko yang perlahan ramai di hari libur ini. Suara kendaraan dari kejauhan, dan anak-anak kecil yang bermain petasan sisa Lebaran Kristiani di trotoar, menciptakan kekacauan kecil yang menenangkan.

“Hm,” gumam Martin, “kalau bisa kerja di sini, tiap hari bisa makan ayam woku gratis, kan?”

Ia tertawa kecil sendiri.

Langkahnya ringan saat masuk ke restoran itu. Tak lama, ia disambut oleh seorang wanita paruh baya berkacamata, memakai apron merah dengan nama "Carissa Tombeng" tertempel di dadanya. Kali ini yang melayani bukan Rio. Martin, Rio, dan beberapa pengunjung dan karyawan kadang memanggilnya Ibu Nona.

"Eh, ngana, Martin. Mau makan di tempat atau pesan bawa pulang?" tanya ibu itu dengan logat Menado yang kental.

Martin langsung nyengir. “Ibu Nona masih ingat saya?”

Ibu Nona memicingkan mata. “Aduh... Martin, e?”

“Iya, itu saya, Tante. Sepupunya Kezia Celine."

Ibu Nona langsung membuka tangan lebar dan menepuk-nepuk pundak Martin dengan hangat. “Aduh e! So besar skali ngana! Tuhan berkati, Tante lama so nda baku dapa!”

“Iya, Tante. Ini saya disuruh ambil pesanan.”

“O, yang pesanan ayam woku dua sama sayur rica rodo?”

“Iya, itu.”

Sambil menunggu pesanan disiapkan, Martin duduk di bangku rotan dekat jendela, menatap ke luar. Restoran ini cukup ramai. Orang-orang duduk tertawa, memotret makanan, dan berbicara dalam bahasa campur-campur: Indonesia, Menado, bahkan Inggris. Ia terdiam. Dalam hatinya berkecamuk.

Vanessa.

Ia kembali memikirkan gadis itu.

Wanita yang kini jadi bagian penting dalam hidupnya, yang sabar mendengar keluh kesahnya, yang juga kadang mengomel kalau Martin terlalu malas cari kerja. Wanita yang mencintainya, tapi juga punya ekspektasi. Dan Martin tahu, ia belum cukup tangguh untuk memberikan apa yang seharusnya ia beri dalam hubungan itu.

“Ngana termenung saja, Martin?” tanya Ibu Nona yang datang membawa dua bungkus besar makanan dalam kantong kertas berlogo Tombeng Restaurant.

“Biasa, tante. Masih memikirkan masa depan,” jawab Martin sambil berdiri dan menyambut kantong itu. "Tak mungkin begini terus. Hidup menumpang di rumah kakak sepupu."

“Kenapa nda ngelamar kerja di sini saja?” tanya Ibu Nona tiba-tiba. “Butuh anak muda buat bantu di dapur. Atau jadi kurir buat pesanan online.”

Martin tertegun. “Serius, Tante?”

“Mumpung ngana masih muda. Saya bisa kasih honor awal dua juta sebulan, nanti naik kalau rajin.”

Ia hampir tidak bisa menutupi senyum kecil di bibirnya. Angka itu memang belum besar, tapi itu awal. Itu jauh lebih baik dari uang mingguan Jason dan Thalia yang membuat harga dirinya menurun drastis.

“Tante, saya bakal pikirkan serius tawaran itu.”

“Ibu Nona tunggu jawaban kamu. Eh, bilang sama Kezia datang sini juga. Ibu Nona rindu dia.”

Martin tertawa, pamit, dan berjalan keluar restoran. Kertas bungkusan makanan terasa ringan di tangannya, seolah hidup memberinya sedikit harapan sore ini.

*****

Dalam perjalanan pulang, Martin naik taksi online dari depan Tombeng Restaurant. Dalam perjalanan itu ia duduk diam, menatap ponselnya yang baru saja menerima pesan dari Vanessa:

“Ketemu lagi kapan? Aku rindu.”

Martin hanya mengetik:

"Hari Minggu aku kosong. Bisa ketemu habis gereja?”

Balasan datang cepat:

“Ditunggu.”

Martin tersenyum miris.

*****

Sesampainya di rumah keluarga Kaunang—rumah dua lantai bergaya klasik dengan halaman yang penuh pot tanaman gantung, Martin langsung masuk lewat pintu samping.

Ia disambut oleh Melisa yang sedang menyapu.

“Eh, cepat sekali balik, Martin,” sapanya ramah.

“Restoran Tombeng cepat melayaninya.”

“Ayam woku wangi skali ini.”

Martin hanya terkekeh. Ia meletakkan bungkusan makanan ke dapur. Tak lama, Thalia muncul dari tangga sambil menggendong anak bungsunya.

“Mana uang kembaliannya?” tanya Thalia tanpa basa-basi.

Martin menyodorkan uang Rp 20.000 ke tangan Thalia.

“Cuma segini kembaliannya?” gumam Thalia sinis.

“Aku pakai, kan, buat naik taksi online, Kakak Thalia,"

"Yah, sudah, kembaliannya buat ngana."

Martin diam. Ia tahu tidak akan pernah cukup benar di mata kakak sepupunya yang satu itu.

*****

Malamnya, Martin duduk di kamar kecilnya di loteng, membuka laptop tua warisan ayahnya. Ia mulai mengetik surat lamaran kerja.

"Kepada Yth. Ibu Carissa Tombeng

di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Martin Winter, ingin mengajukan lamaran pekerjaan di Tombeng Restaurant sebagai staf dapur atau kurir pengantar makanan."

Ia berhenti sejenak, lalu tersenyum.

Kali ini, ia serius. Ia ingin punya pijakan. Ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa memberi, bukan sekadar menerima. Ia ingin Vanessa bangga. Ia ingin hidupnya punya arah.

Di luar, suara anak-anak di gang kecil dekat rumah masih bermain petasan. Langit Jakarta yang mendung tak menghalangi Martin melihat cahaya baru—yang datang dari dalam dirinya sendiri.

Dan semuanya dimulai dari sore yang sederhana, dari sebuah restoran Menado yang penuh kenangan dan bau woku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!