NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

Malam itu, langit gelap tanpa bintang. Bima berdiri di depan cermin, mengikat dasi dengan cepat. Matanya sesekali melirik ke arah jam dinding. Sudah hampir pukul sembilan, dan dia harus segera pergi. Bastian, sahabat sekaligus asisten kantornya, sudah menunggu di kafe dekat apartemennya. Bima merasa perlu keluar malam ini. Dia tidak bisa tinggal di rumah, tidak setelah kejadian sore tadi.

Adel, anak angkatnya, telah membuatnya tidak nyaman. Sore itu, Adel tiba-tiba mendekatinya dengan tatapan yang membuat Bima merasa tidak enak. Dia mengajaknya untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak pernah terlintas dalam pikiran Bima. Bima mengira Adel mabuk, tapi setelah dipikir-pikir, dia tidak mencium bau alkohol sama sekali. Itu membuatnya semakin gelisah.

Ting!

Ting!

Suara notifikasi pesan, membuyarkan lamunannya.

Bastian: lo dimana sih? Lama banget cok! Gue udah nungguin setengah jam nih! Ngajak gue mah buru-buru! Giliran berangkat! Malah ngaret Cok Cok!

Bima: ye! Sabar dikit Napa! Ini lagi persiapan!

Sejak kejadian sore tadi antara Adel dan dirinya. Bima jadi lebih was-was, tak mau tinggal dirumah sementara. Takutnya ada hal-hal yang tak diinginkan. Ia mengajak Bastian bertemu saat sore tadi lewat aplikasi hijau. tujuan utamanya, menghindari adel yang semakin hari semakin ngeri menurutnya, selain itu ia juga ingin curhat tentang kejadian tadi sore pada Bastian.

"Gue Harus pergi, gak bisa disini terus!" gumam Bima pada dirinya sendiri. Dia mengambil jaket dan bergegas menuju pintu.

"Ayah, mau kemana?" suara Adel tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Bima menahan napas sejenak sebelum berbalik.

"Ayah mau ke rumah om bastian, del!" jawab Bima singkat, mencoba terdengar santai.

"Kenapa harus malam-malam? Kan besok kerja lagi ayah," Adel melangkah mendekat, wajahnya polos tapi matanya tajam.

Pria itu masih tak percaya dengan anaknya. Mengapa Adel bisa sesantai ini, seolah tidak mengalami kejadian apa-apa, sehabis sore tadi. Bima baru ingat, jika keagresifan Adel disebabkan oleh pengaruh alkohol.

"Ayah? Kenapa bengong? Kok pertanyaan Adel tadi gak dijawab?" Tanya Adel, bima terperanjat.

Bima berdehem menetralisir kecanggungannya. "Maaf del! Kamu tadi nanya apa?" Tanya bima lembut, namun keringat dingin mengucur dari pelipisnya.

"Ayah besok kan harus kerja!"

"Terus?"

"Ngapain berangkat malem-malem kerumah, gak usah main-main kerumah om Bastian dong yah! Nantinya susah dibangunin lagi!" Omel Adel berkacak pinggang.

"Ada urusan kantor, Adel. Bukan mau main-main" alasan bima mencoba tersenyum, tapi rasanya dipaksakan.

Adel mengangguk pelan, tapi matanya masih menatap Bima dengan intens. "Jangan pulang terlalu malam, ya, Ayah. " Kata Adel lembut.

"Siap! Tenang aja del!" Bima mengangguk cepat dan segera keluar dari rumah, tanpa bersalaman dengan adel. Begitu pintu tertutup, dia menarik napas lega. Udara malam yang dingin menyambutnya, dan dia bergegas menuju mobilnya.

***

Di kafe, Bastian sudah duduk di sudut dengan dua cangkir kopi di depannya. Dia melambai ketika melihat Bima masuk.

"Bro, lama banget lu!" Bastian menyeringai. "Gue kira lu batal."

"Biasalah, Macet dikit," Bima duduk di seberang Bastian, langsung menyeruput kopinya. "Thanks buat kopinya."

"Gak masalah. Eh, lu kenapa sih? Wajah lo kayak abis liat hantu," Bastian menatap Bima penuh selidik.

Bima menghela napas. "Gue butuh tempat buat ngehindar malam ini, bas." Jawab bima.

"Loh? Kenapa? Ada masalah di rumah? Lagi ribut sama Adel atau apa?" Bastian mengangkat sebelah alis.

"Adel," Bima menggeleng. "Dia mulai bikin gue ngerasa nggak nyaman."

Bastian tertawa kecil. "Anak angkat lu kan? Masa lu nggak bisa ngatasin dia? Eh, dia kan emang anak angkat lu! Ya, gue lupa!" Katanya menepuk jidat.

"Lu nggak ngerti, Bro. Dia... dia mulai ngelakuin hal-hal yang nggak seharusnya buat dilakuin, ini.. kayak aneh banget lah" Bima menatap kopinya, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

"Kayak apa? Jangan-jangan dia beneran naksir sama lu lagi, sesuai dugaan gue?" Bastian menyeringai lagi, tapi kali ini lebih serius.

Bima mengangguk pelan. "Sore tadi, dia... dia ngajak gue buat... ya lu ngerti lah."

Bastian terdiam sejenak, seakan masih tak menyangka dengan curhatan sahabatnya, ia menghela nafas, menatapnya lekat-lekat. "Wah, berat juga. Tapi kan lu bisa ngomong baik-baik sama dia. Kasih pengertian. Kasih tau! Maklumin masih labil!" Balas Bastian yang mendapat lemparan kacang dari bima.

"Maklumin otaklo! Dia dah dewasa oon!" Ketus bima, Bastian nyengir tanpa dosa.

"Gue udah coba, tapi dia kayak nggak denger. Dia selalu punya cara buat bikin gue ngerasa bersalah kalo nolak, misalnya, ada keinginan dia yang gak gue turutin. Ujung-ujungnya pasti nangis, ngambek dan musuhin gue bas. Alhasil, gue gak dapet jatah makanan, gak dicucin baju!" lanjut Bima, menghela napas lagi.

"Ya elah, lu harus tegas, bro. Jangan sampe dia ngelunjak. Lagian, dia masih muda, mungkin cuma bingung aja, kalo masalah gak dapet makan! Lo masih bisa beli diluar! Terus kalo baju Lo gak dicuciin sama dia! Sisa laundry bim. Lo jadi orang kenapa patriarki banget sama anak dah!" Bastian mencoba menenangkan. Bukannya menenangkan, justru ia memancing emosi bima.

"Lo kira gampang? Gue udah ngelakuin berbagai cara untuk makan diluar! Seandainya gak didapet jatah makanan! Tapi apa bas! Dia malah ngambek! Terus kalo baju gue dilaundry! Dia ngamuk-ngamuk sama orang yang ngelaundryin baju gue! Disamperin gila. Gue gak Setega itu jadi orang bas. Sering banget gue ngelarang dia buat ngelakuin pekerjaan rumah, tapi dianya ngeyel banget! Lo tau sendiri kan gue pernah rekrut art biar dia gak ngurus pekerjaan rumah?" Tanya bima curhat.

"Inget gue! Yang kata Lo dipecatin semua itu kan? Gara-gara dia buat masalah atau apa itu lah!" Kata Bastian, menyeruput kopinya yang mengepul.

"Lo punya saran gak? Atau apa gitu! Buat ngadepin dia! Jujur gue lama-lama kewalahan bas! Apalagi kejadian sore tadi! Demi apapun gue kaget banget! Dia hampir ngajakin gue begituan! Gila gak Lo! Gue nggangep dia itu mabok! Soalnya gimana ya! Dia sampe nyatain cintanya sama gue!"

"Maksudnya cinta gimana bim?" Tanya Bastian mengerutkan keningnya.

Bima menarik napas panjang. "Dia bilang gini, aku cinta sama ayah! Kenapa ayah gak pernah peka sama perasaan aku sih! Gitu bas!" Kata bima.

Bastian hampir tersedak minumannya, ia geleng-geleng kepala. "Anjir Bim! Setahu gue kalo orang lagi mabok tuh! Omongannya jujur dah! Mungkin dia beneran suka sama lo! Harusnya peka dong! Kita juga kan pernah tuh mabok. Tau sendiri kalo kita mabok duaan diclub. Sering curhat jujur-jujuran, lebih terbuka! Nah itu juga yang dirasain Adel! Terus kalo masalah ngelakuin gituan. Gue yakin dia lagi nge-fly, btw Lo ewe gak?" Tanya Bastian, memicingkan matanya.

"Congor Lo!" Bastian melempar kotak tisu, Bastian menangkapnya.

"Tapi seriusan Bim! Kayaknya dia beneran suka sama Lo deh! Gue yakin banget sih! 100% ini mah. Sebelumnya baru 50 50." Ujar Bastian mode serius.

Bima tampak berpikir sejenak. Ia tertawa-tawa sambil geleng-geleng kepala, menggangap lucu.

"Lo kenapa tawa kocak!" Heran Bastian.

Bima menatap intens. "Mana ada anak suka sama ayahnya sendiri! Lo jangan kebanyakan nonton-nonton film bokep dah. Jadinya otak Lo dipenuhi sama genre-genre anak suka sama orang tua sendiri kan! Somplak Lo bas!" Jelas bima yang setahunya Bastian sering nonton bokep, kadang sering mengajaknya juga. Salah satu teman terbaiknya jika menyangkut link-link terbaru. Rekomendasi terbaik dari film begituan, semuanya dari Bastian.

"Eh, tol0l! Bisa aja anying! Gak ada yang gak mungkin didunia ini. Siapa tau kisah Lo kayak film begituan, anak cewek suka sama bokap sendiri. Apalagi Lo sama si Adel kan anak angkat! Nggak ada hubungan darah atau ikatan batin. Mana dirumah tinggal berduaan terus! Apa jangan-jangan Lo udah anu anuan!" Ujar Bastian, memicingkan mata sambil mempraktekkan gaya begituan dengan jarinya.

"Gak lah! Gue masih waras bangke!" Ketus bima menyeruput kopinya kembali.

Bastian menggaruk tengkuknya. "Semoga aja Adel cuman bohongan Bim! Gue tadi cuman bercanda! Gue serius Bim, gak bercanda" Sahutnya dan melanjutkan kalimat terakhir dalam hati.

"Gue harap begitu," Bima mengangguk. Tapi di dalam hatinya, dia tahu ini lebih dari sekadar kebingungan.

"Eh iya, misal Adel beneran suka sama Lo, apa yang bakal Lo lakuin? Suka balik atau gimana?" Tanya Bastian penasaran.

Bima menghela nafas. "Gue bakal......"

***

Sementara itu, di rumah, Adel duduk di kamarnya, memandang foto Bima yang dia simpan di meja. Dia tersenyum kecil, tapi matanya terlihat sedih.

"Kenapa Ayah selalu pergi?" bisiknya pada dirinya sendiri. "Aku cuma ingin dekat sama Ayah."

Dia mengambil ponselnya dan membuka galeri, melihat foto-foto Bima yang dia ambil diam-diam. Adel tahu perasaannya tidak normal, tapi dia tidak bisa menahan diri. Bima adalah satu-satunya orang yang selalu ada untuknya, dan dia tidak ingin kehilangan itu.

"Ayah pasti marah kalo tahu," gumam Adel. Tapi dia tidak peduli. Dia akan melakukan apapun untuk membuat Bima tetap dekat dengannya.

***

Kembali di kafe, Bima dan Bastian masih berbincang. Tapi percakapan mereka mulai bergeser ke topik yang lebih ringan.

"Eh, lu denger nggak, si Lesa  lagi deket sama bos baru, dari kantor mana gitu! Gue lupa!?" Bastian mencoba mengalihkan suasana.

"Ah, masa? Lesa kan biasanya nggak gampang deket sama orang, dia masih ngincer gue, bas! Jangan ngarang!" Bima tersenyum kecil.

"Nah, itu dia masalahnya bim. Tapi kayaknya si bos baru punya skill khusus yang gak Lo punya Bim! Kira-kira apa ya?" Bastian tertawa. Menggoda sahabatnya, ia sangat tahu bima dan Lesa sama-sama naksir. Hubungan keduanya hampir kejenjang serius, namun terhalang Adel.

Bima mengangguk, tapi pikirannya masih melayang ke Adel. Dia tahu dia tidak bisa terus menghindar. Suatu saat, dia harus menghadapi kenyataan ini.

"Gue harus ngomong sama Adel," Bima tiba-tiba berkata.

"Ya, bener juga. Tapi hati-hati, jangan sampe dia malah ngamuk," Bastian mengingatkan.

"Gue coba," Bima menghela napas. "Gue nggak mau hubungan kita rusak karena ini." Kata bima yang sudah resmi berpacaran dengan Lesa.

"Tapi Lesa beneran Deket sama bos lain? Dia kan barusan jadian sama gue tadi sore!" Lanjut bima, tak yakin dengan sahabatnya ini.

Bastian mengedikkan kedua bahunya. "Entahlah! Yang gue denger-denger sih gitu!" Ucapnya serius. Sebenarnya Bastian hanya berbohong saja. Sebesar mana tekad bima untuk mengejar Lesa.

"Gue harus bilang sama Adel! Ini gak bisa dibiarin! Ya kali cewek secantik Lesa, tiba-tiba Deket sama yang lain. Kurang apalagi gue!" Gerutu bima bangkit dari duduknya, rahangnya mengeras.

'kurang yakin Bim!' sahut Bastian dalam hati.

"Semoga aja dia ngerti," Bastian menepuk punggung Bima. "Kalo butuh bantuan, lu tahu harus nelpon siapa."

Bima tersenyum kecil. "Iya, iya. Thanks, bro."

***

Malam semakin larut, dan Bima akhirnya memutuskan untuk pulang. Dia tahu Adel mungkin masih menunggunya. Saat dia membuka pintu, dia melihat Adel duduk di sofa, memandangnya dengan tatapan yang sulit dibaca.

"Ayah pulang," Adel tersenyum kecil.

"Ya," Bima mengangguk. "Kamu belum tidur?" Tanyanya dingin.

"Aku nunggu Ayah," jawab Adel tersenyum manis. "Aku... aku mau minta maaf buat sore tadi." Adel menundukkan kepalanya.

Bima terkejut. Dia tidak menyangka Adel akan membicarakan hal itu. "Adel, kita perlu ngomong." Ucapnya mengalihkan.

Adel mengangguk pelan. "Aku tahu, Ayah. Aku... aku nggak tahu kenapa aku ngelakuin itu. Aku cuma... aku nggak mau Ayah pergi." Ucap Adel lirih,

Bima duduk di sebelah Adel, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Adel, kamu itu anak yang baik. Tapi apa yang kamu lakukan itu nggak benar. Kita ini ayah dan anak, dan harus tetap kayak gitu."

Adel menunduk, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Ayah. Tapi aku nggak bisa nahan perasaan aku. Aku nggak mau kehilangan Ayah."

"Kamu nggak akan kehilangan ayah, Adel. Tapi kita harus punya batasan. Jaga pergaulan! Tadi kamu habis mabok kan? Makanya kamu ngelakuin gituan sama ayah! Tenang ayah udah maafin kamu. Tapi inget jangan mabok lagi! Kamu anak cewe! Harus bisa jaga diri" tutur Bima mencoba meyakinkan.

Adel mengangguk pelan, mengiyakan saja jika dirinya mabok, sekuat apapun ia membantah. Akan kalah juga, tapi Bima bisa melihat betapa sedihnya dia. Dia tahu ini tidak akan mudah, tapi dia harus mencoba.

"Del kamu beneran mabok kan?" Tanya bima, teringat ucapan Bastian.

"Iya yah! Aku lagi pengaruh alkohol!" Ngarang Adel sendu, hatinya sesak sekali. Dengan bima yang meragukan perasaannya. Ini ketiga kalinya dia ditolak oleh bima.

'apa jangan-jangan..... Ah gak mungkin!' batin bima, menggelengkan kepalanya.

"Ayah kenapa geleng-geleng kepala?" Tanya Adel.

"Eh, gak papa!" Gugup bima, celingak-celinguk kekanan dan kekiri.

"Mungkin kita butuh waktu buat ngobrol lebih banyak," Bima menambahkan. "Tapi yang penting, kamu harus ngerti bahwa apa yang kamu lakukan itu nggak boleh terulang lagi. Apalagi masalah mabok tadi ya, inget ayah gak suka sama anak yang nakal dan gak tau batasan! Kalo Adel melakukan itu lagi! Ayah akan kasih hukuman" canda bima tegas.

Adel mengangguk lagi, tapi kali ini dia tidak berkata apa-apa. Bima tahu ini hanya awal dari percakapan yang lebih panjang, tapi setidaknya dia sudah mengambil langkah pertama.

"Mau tidur bareng gak yah?" Tanya Adel tiba-tiba, menyunggingkan senyum manisnya.

"Gak usah aneh-aneh! Kamu bukan bocah lagi! Kalo kamu ngelakuin hal kayak tadi sore gimana? Misal merkaos ayah gitu?" Tanya bima bercanda, tertawa.

"Ya nikmatin aja sih yah! Sama-sama enak gini!" Ucap Adel enteng, menyeringai.

Tawa bima lenyap. Ia tak nyangka Adel akan mengatakan hal seperti ini. Senyuman dan sorot mata Adel terlihat sangat berbeda malam ini. Buru-buru bima bangkit dan bergegas pergi masuk kedalam kamar, meninggalkan Adel yang tengah menatapnya dengan raut wajah sendu.

Bima menghela nafas lega, mengelus-elus dadanya. Matanya memejam, ritme jantungnya berdebar kencang. Entah kenapa ia semakin takut dengan Adel yang tambah berani malam ini.

"Sumpah dia kenapa sih! Ngeri banget gue!" Gumam bima mengunci pintunya rapat-rapat, sangking takutnya.

"Shit! Gue lupa ngomongin tentang Lesa sama dia, arghh! Bodo amat lah! Gue gak mau keluar. Takut dia ngamuk dan nerkam gue pake pistol!" Katanya meringis. Membahas tentang perempuan lain didepan Adel sama saja seperti menyerahkan nyawa kekandang harimau.

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!