Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
"Menikah?"
"Elo ngigau apa bercanda sen, kita gak perlu sejauh itu." Stella menggelengkan kepalanya.
"Stel, sore ini sebelum gue antar elo balik, mampir ke Rumah gue ya."
Stella hanya mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa maksud Arsen.
"Ayah sama Ibu semalam juga mencecar gue, mereka mau menjadikan anak teman ayah buat jadi sekretaris gue."
"Gue tahu itu semua cuma niat terselubung ayah dan ibu."
"Maksudnya?"
"Intinya mereka mau jodohin gue sama anak teman Ayah, tapi dengan cara halus, padahal gue gak butuh-butuh amat sekretaris Stel, cukup udah ada Ryan asisten gue." ucap Arsen lagi.
Stella mengerjapkan mata, ternyata mereka berdua sama-sama dijodohkan tapi dengan alasan berbeda.
Tak terasa mobil Arsen sudah memasuki parkiran Rumah Sakit tempat Stella menimba ilmu.
"Gimana Stel dengan ajakan gue?"
"Eehhmm... Gue perlu mikir, menikah kan bukan main-main sen." ucap Stella sambil menatap manik mata Arsen.
"Kalau ajakan gue buat ke Rumah, gimana?"
Stella tampak berpikir sebentar lalu mengangguk.
"Oke, karena elo dah menyelamatkan gue hari ini, jadi gantian gue bakal nolongin elo, jangan lupa jam setengah 1 siang, pesenin gue lunch." Stella kemudian membuka seatbeltnya.
"Dasar teman gak ada akhlak."Arsen menepuk dahi Stella.
"Nanti gue balik jam 4 sore,Bye."
Stella pun keluar dari mobil Arsen, berjalan menuju Unit Bedah Rumah Sakit.
Arsen pun berputar arah mengemudikan mobilnya meninggalkan Rumah Sakit menuju kantornya.
Sementara di salah satu gedung pencakar langit Damian baru saja menyelesaikan meetingnya.
Waktu sudah menunjukan jam makan siang, Damian menghubungi istrinya dengan panggilan video.
"Assalamualaikum hubby."
"Waalaikumsalam hun, sudah makan?"
"Makan siang belum by, tapi dari tadi aku ngemil." ucap Celine sambil mengarahkan kamera ponselnya kearah biskuit dan buah-buahan cemilannya.
"Kamu udah selesai meetingnya by?"
"Sudah hun, kamu lagi apa sih serius banget kayaknya."
"Aku lagi gambar sketsa desain-desain baju by, iseng aja siapa tahu ilmu aku kepakai." Celine pun menunjukan hasil karyanya ke Damian.
"Bagus banget hun aku gak akan membatasi keinginan dan kebahagiaan kamu, kalau baby udah lahir, kamu mau lanjut S2 fashion design kamu gak apa-apa."
"iya terima kasih Damian, yang dari dulu selalu baik sama aku."
"eh panggil suami apa?"
"Hahahaha" Celine pun tertawa melihat suaminya kalau mode ngambek.
"Aku pulang kerja, kamu ingin dibawain sesuatu gak?"
"Hhmm aku maunya kamu by." Celine bersuara manja.
"Kamu serius hun?"
"iya..serius ini baby kangen Daddynya, sekarang."
"Kalau aku pulang sekarang kamu kasih aku sesuatu ya hun." ucap Damian sambil menaikan satu sudut bibirnya.
"Iya...eh by aku mau ke toilet dulu ya, Assalamualaikum bye."
klik..
Celine langsung mematikan panggilan videonya.
Setelah selesai urusan hajatnya Celine kembali fokus ke kertas sketsa-sketsanya, sampai tiba-tiba ada yang memeluknya dengan posesif dari belakang dan menciumi tengkuknya.
Celine terlonjak kaget, siapa lagi pelakunya kalau bukan suaminya sendiri.
"Ya ampun by, bikin kaget aja, kamu kok udah pulang sih."
"Kamu gak suka suaminya udah pulang?" ucap Damian yang masih setia menciumi tengkuk istrinya.
"Bukan begitu by, kan ini masih jam kantor."
"Kan tadi istri aku bilang, baby kangen daddy nya, aku juga mau nagih janji kamu."
"Janji apa?"
"Tadi katanya mau ngasih sesuatu."
Sesuatu yang dimaksud Damian tentu Celine tahu.
Celine pun berbalik, menatap suaminya, mengelus rahang tegas Damian, kemudian mengecup benda kenyal diwajah Damian.
"Hun....." suara serak dan tatapan sayu Damian menandakan segala sesuatunya akan terjadi.
"Stel gue udah di parkiran Rumah sakit"
Begitu isi pesan yang diterima Stella dari sahabatnya Arsenio.
Stella pun langsung memasukan stetoskop ke dalam tas, kemudian menyambar jas dokternya dibawa dipergelangan tangannya.
"Ners aku pulang dulu ya." pamitnya kepada ners Santi, yang kebetulan ada di nurse station unit cardio vaskuler.
"Iya dok hati-hati."
Stella menuju parkiran Rumah Sakit, dan melihat Arsen sedang bersandar di mobilnya.
"Si kanebo kering mulut cabe rawit setan, sebenernya gak jelek, tapi kenapa gak pernah punya pacar ya, apa jangan-jangan beneran dia gak doyan perempuan." batin Stella sambil berjalan kearah Arsen, Stella pun menggelengkan kepalanya kuat, menepis semua pikirannya.
"Hei boncel, kenapa loe lihatin gue sambil geleng-geleng kayak orang mabok di club malam."
"Punya pikiran jorok loe ya sama gue."
Stella pun membuang nafas kasar "Dasar emang cabe setan, ngomong asal aja." umpat Stella dalam hati.
"Hhmm nggak kok Sen, gue tiba-tiba pusing aja." jawabnya.
Mereka pun memasuki mobil.
Drrt..
Drrt..
Ponsel Arsen bergetar menampilkan nama sang ibu dilayar.
"Assalamualaikum ibu."
"Waalaikumsalam, Arsen ingat janji kamu semalam ya, kamu mau bawa calon menantu ibu, kalau kamu menghindar lagi senin depan ibu pastikan Raisha sudah jadi sekretaris kamu."
Arsen langsung menjauhkan telinganya dari layar ponsel.
Stella yang samar mendengar suara ibu Arsen hanya tersenyum tipis mengejek.
"Iya bu, ini Arsen lagi jemput calon menantu ibu, 1 jam an lagi kita sampai rumah." Arsen berbicara setenang mungkin.
What, Stella melotot kala Arsen mengatakan "menjemput calon menantu ibu."
"Yaudah ibu tunggu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Arsen menoleh menatap Stella, yang terkikik geli, karena melihat tingkah Arsen seperti ayam sayur, ketika berhadapan dengan ibunya.
"Kenapa loe nyengir, seneng loe lihat gue diomelin." sinis Arsen.
"Lucu aja ternyata elo kayak ayam sayur kalau sama ibu loe."
"Ya gue begitu doang sama wanita yang gue sayang, kalau sama cewek lain yang nggak."
Stella pun hanya menganggukan kepala tapi tak berhenti tersenyum.
"Yaudah ayo ikut ke rumah." ajak Arsen.
"Elo harusnya jangan ngasih harapan ke ibu loe, bilang ajak calon mantu, kasian lho udah tua dibohongi." ucap Stella.
"Ya makanya kalau elo kasian sama nyokap gue, mau jadi menantunya beneran."
Stella pun bergidik ngeri.
"Sen gue kan harus akting nih nanti di rumah loe, akting tuh butuh tenaga, gimana kalau kita makan dulu." ajak Stella
"hhmm mau makan apa loe?"
"Bakso Wonogiri di deket SMA kita dulu yuk Sen, kan satu arah sama rumah loe." tiba-tiba Stella ingin makan bakso rusuk pedas.
"Ayo, tapi nanti akting yang bener ya." ancam Arsen
"Iya ay.... Ayam sayur." ketawa Stella pun pecah.