NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29. CTMDKK

“Apa itu?”

“Dari video bu.” Sahut penjual ketoprak.

“Oh, begitu. Anak wadon saya juga sering praktek lewat video tapi kue nya enggak seenak ini.”

“Beda tangan beda hasil bu.” Sahut lagi penjual kentang.

“Iya juga ya. tergantung orang nya juga emang berbakat atau engga ha ha.”

Mereka tertawa bersama. Aku dan Salma hanya bisa menggelengkan kepala saja. Setelah pukul 12 siang, Aku dan Salma pun beberes semua nya.

“Mba, teman ku katanya mau aku nunggu di depan minimarket aja mba. Gimana ya?”

“Ya udah engga papa. Kan sekalian mba beli dus, sama sekalian beli box plastik buat taruh kue nya lagi.”

“Oh gitu, ya udah nanti kalau teman ku belum sampai dan mba sudah kelar belanja nya kita tunggu sebentar engga papa kan?”

“Iya engga papa kok.”

Kami pun pamit pada penjual yang masih di pasar lalu setelah itu kami mulai berjalan keluar pasar menuju ke minimarket lagi.

“Mba belanja dulu ya. Kamu mau jajan apa?” tanya ku.

“Es krim aja mba 2 satu makan di sini satu lagi buat camilan nanti malam he he.”

“Jangan 2 kan ada ibu bapak juga.”

“Oh iya, Salma kira ibu dan bapak engga boleh makan es krim.”

Aku menggelengkan kepala ku lalu masuk kedalam minimarket. Ku ambil semua perlengkapan dan kebutuhan rumah lainnya.

“Semua nya jadi 291 ribu bu.”

“Iya mba, ini uang nya.”

“Baik, Ini bu kembalian nya.”

Aku pun keluar dan nampak seorang laki—laki seumuran Salma sedang berbincang dengannya. Salma menoleh kearah ku.

“Mba, sudah semua nya?” Tanya dia.

“Iya sudah nih.”

“Taruh sini mba. Oh ya ini kenalkan Ilham teman Sma Yeni mba. Ilham, kenalkan ini mba Yeni kakak ku.”

“Salam kenal mba, saya Ilham”

“Iya salam kenal ilham.” Aku menerima jabatan tangan nya itu.

“Oh iya mba Yeni. Hasil cetak nya sudah ku kasih ke Salma ya.”

“Oh ya?”

“Iya mba, ini coba lihat.” Salma memperlihatkan stiker yang sudah di cetak itu padaku.

“Wah bagus sekali.” Aku memegang stiker yang terdapat gambar ku itu.

“Iya kan mba? Cetakan nya bagus, rapi juga. Bahannya yang pilih juga Ilham loh mba.”

“Benarkah? Wah makasih ya Ilham. Intinya nya besok cetak dus dan banner nya sama kamu saja engga papa?” ucap ku pada Ilham.

“Terima kasih mba. Saya malah terima kasih sekali mba cetak di percetakan saya.”

“Sama-sama. Lain kali antar ke rumah ya. Karena Salma kan engga selalu di rumah.” Ucap ku lagi.

“Siap mba.”

Setelah cukup lama mengobrol, aku dan Salma pun lanjut berjalan menuju ke rumah kami. Setiba nya kami di rumah, kami sedikit terkejut dengan adanya banner yang membentang di tengah batas rumah bu Eem dan rumah kami.

“Wah, bu Eem gercep sekali ya mba.” Ucap Salma.

“Iya. Tapi bagus juga ya. Bismillah semoga ini awal dari kesuksesan.” Respon ku.

“Aamin mba. Semangat y amba. Ayo masuk mba. Oh ya mba, nanti aku foto ya kue nya. Kita coba Open PO gimana mba? Hari jumat kan Salma ke kampus lagi. nanti Salma bawa dan cod di kisaran kampus.”

“Kamu engga keberatan bawa begituan Sal?”

“Engga mba. Nanti Salma beli tas laundry yang besar dan kecil biar muat kalau ada banyak yang order.”

“Iya sudah kalau gitu,”

Setelah kami masuk, Kami lihat bapak sedang membungkus sayuran sementara Ibu sedang bermain dengan Reza di depan tv.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Eh kalian pulang gasik?”

“Iya pak bu.”

“Alhamdulillah pak, Sayuran nya tinggal sedikit. Terus kue-kue nya juga tinggal beberapa biji nih.” Ucap Salma memperlihatkan dagangan tadi.

“Wah, alhamdulillah. Laris.. “ Ucap bapak dan ibu bergantian.

Aku duduk di ruang tamu sebentar sembari meneguk air dalam botol yang tadi aku beli.

“Tadi ada ibu-ibu yang cari kamu loh nduk.” Ucap Ibu.

“Ada apa bu? Apa ada gossip lain?”

“Ya ada gossip lain. Itu Bu Eem promosikan kue-kue yang kamu buat ke ibu-ibu lain. Jadi Ibu-ibu lainnya ya rame-rame ke sini. Pada penasaran, apalagi bu Mita sama bu Ijah. Mereka tadi ke sini lagi loh di kira di rumah juga masih ada kue nya.” Jelas ibu.

“Alhamdulillah, perlahan ke sebar juga ya mba. The power of emak-emak, kalau sudah 1 ngomong semua nya pasti tau.” Ucap Salma.

“Syukur lah. Itu berarti kamu fokus saja jualan kue ya nduk.”

“Bapak sudah sembuh?” tanyaku.

“Sudah nduk. Bapak sudah segeran ini. Engga sabar jualan lagi. Bapak malah pegel kalau engga jualan.”

“Ya sudah pak, tapi vitamin dan obat nya di bawa ya pak dan jangan lupa di habiskan.”

“Iya nduk.”

“Tapi mba, tetap nitip jualan di pasar juga engga? Nanti Salma bantu ikut bapak juga ya tidak papa mba.”

“Iya sekalian karena di pasar kan pasti banyak orang yang cari kaya tadi.”

“Wah, tadi rame banget dong di pasar?” Ucap bapak.

“Iya pak alhamdulillah.”

Selanjutnya, ku mandi dan sempatkan bermain dengan Reza. Aku persiapkan lebih dulu bahan-bahan nya. Pertama ku siapkan bahan kue brownies khusus box, bahan cookies, bahan kue pastel, dan bahan lainnya. Setelah semua siap, aku lebih dulu bersih-bersih lalu barulah pada jam 4 sore ku mulai membuat kue nya di bantu oleh Adik dan ibuku.

Kurang lebih satu jam kemudian kue yang akan di foto oleh adikku pun selesai ku buat. Adikku mulai sibuk menata alas foto dan hiasan nya di depan tv. Sembari sesekali melirik adikku, aku buat kue lainnya dan setelah semua siap, aku berikan pada ibu untuk di panggang atau di kukus.

“Nduk, kamu mau buka lapak depan rumah atau di mana besok?” tanya bapak padaku.

“Oh iya pak Yeni lupa minta tolong sama bapak. Emm, Rencana nya Yeni jualan nya pakai meja yang ada di dapur yang agak tinggi itu apa boleh pak? Nanti di kasih taplak putih punya Yeni. Kalau boleh, apa bapak bisa angkat kan meja nya ke depan pohon mangga depan rumah kita?”

“Boleh dong nduk. Ya sudah besok sebelum berangkat pasar bapak angkat ya meja nya.”

“Iya pak. Terima kasih pak.”

“Kamu ini kaya sama siapa saja pakai terimakasih segala.”

Aku tersenyum lalu lanjut lagi membuat adonan kue lain.

(Malam hari nya)

Aku dan Ibu sedang sibuk di dapur menunggu kue yang baru kami letkan ke pemanggang. Tiba-tiba saja, Kami mendengar suara bu Eem yang mengucapkan salam dan kini sedang berbicara dengan bapak di depan.

“Nduk, bu. Ini ada bu Eem sama anaknya.” Ucap bapak mengantar mereka ke dapur.

“Eh bu, eh ada bu Eem. Mau beli lagi bu?” tanya Ibu aku tersenyum pada nya.

“Iya ini nganter Bintang katanya mau beli lagi. Masa dia kemari engga berani. Eh mana itu anak? Bintang..” Jawab Bu Eem pada Ibu lalu mencari-cari anak kedua nya.

“Ya maa? Sebentar..” Ku mendengar suara Bintang dari dapur.

Bersambung ..

1
Listya ning
Haii salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!