Hana seorang kariawan biasa yang harus menerima perjodohan dengan anak atasannya yang bernama Rico. Hana pun menyanggupi meski tak ada cinta antara mereka berdua. Ia rela berkorban asalkan atasannya bisa sembuh dan mau di operasi.
Namun, harapan tak selalu sesuai kenyataan. Sang atasan meninggal dunia di saat pernikahannya yang belum genap 24 jam.
Karena merasa tak ada lagi alasan untuk bertahan, akhirnya Rico memutuskan secara sepihak untuk bercerai.
Hana merasa terluka dan di campakkan. Namun, ia juga tak bisa memaksa untuk mencoba menjalani pernikahan mereka. Putusan perceraian keluar. Hana harus menjadi janda perawan.
Tiga bulan setelah perceraian, nasib buruk menimpa Hana hingga membuatnya hamil dan pergi sejauh mungkin.
Mampukah Rico menemukan Hana dan bertanggung jawab. Atau hanya penyesalan yang menghantuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluna sweet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
Setelah pembicaraan serius tadi, keduanya sama-sama hening dengan pikiran maaing-masing. Sesekali Hana melambaikan tangannya membalas lambaian Aksa atau Ryan.
"Besok aku akan kembali ke Jakarta!"
Hana menoleh ke arahnya "Baiklah, jangan lupa juga pamit dengan Aksa." pinta Hana.
"Aku pasti akan sangat merindukannya." lirih Rico.
Tak mungkin ia berlama-lama di sini karena pekerjaan yang sudah banyak tertunda. Seharusnya beberapa hari yang lalu ia akan berangkat ke Jepang.
Kali ini Ryan bergantian dengN Rico yang menemani Aksa bermain. Saat Ryan duduk, Hana memberikan botol minuman yang hampir setengah tandas ia minum.
"Kita akan kemana lagi?" tanya Ryan seraya menyerahkan botol minuman tadi.
"Aku ikut saja. Besok Rico akan kembali ke Jakarta!" ujar Hana.
"Hmmm mungkin dia banyak kerjaan makanya nggak bisa terlalu lama disini." jeda beberapa detik.
"Besok aku akan bicara pada Aksa akan hubungan kita. Semoga dia merestui hibungan kita."
"Kamu pasti bisa. Aku yakin ia pasti akan senang kamu menjadi papanya." ucap Hana meyakinkan.
Ryan meantap Hana kemudian tersenyum. Di genggamnya tangan Hana dan menciumnya.
"Terima kasih." lirih Hana.
~
~
~
Sabtu pagi, Ryan membawa Aksa jalan-jalan dengan maksud berbicara antar lelaki. Ryan memutuskan membawa Aksa ke taman komplek yang tak terlalu jauh dari kediaman mereka.
Mereka duduk istirahat setelah berlari beberala kali mengelilingi bundaran. Memesan es kriem dan beberapa cemilan juga. Ryan sengaja memilih duduk agak pojokan agar memudahkannya berbicara tanpa takut ada yang mendengarnya.
'ekhem'
Ryan mencoba mengahalau rasa groginya.
"Aksa!" serunya.
"Iya, uncle."
"Uncle, meminta ijin dengan mu!"
Aksa akhirnya memfokuskan dirinya setelah mendengar ucapan Ryan tadi.
"Uncle, mau kemana?"
Ryan mengulas senyum "Ijin bukan untuk pergi. Tapi untuk menikahi mommy mu. Maksud uncle, uncle sayang mommy dan juga Aksa. Jadi uncle memutuskan akan hidup dan tinggal bersama dengan kalian."
Aksa nampak berpikir untuk mencerna kata per kata Ryan tadi.
"Apa uncle akan jadi papa Aksa?"
"Iya, sayang. Apa boleh?" tanya Ryan lagi.
"Beneran, uncle!" tanya Aksa lagi memastikan.
"Iya, sayang." ujar Ryan meyakinkan Aksa.
"Aku mau, aku mau. Tapi bagaimana dengan daddy?"
"Daddy Rico akan tetap jadi daddy kamu. Itu tak akan berubah meski uncle akan menjadi papa mu."
"Aku mau, papa!" ujar Aksa senang.
Seketika hati Ryan merasa lega mendengar jawaban Aksa. Tadinya ia merasa takut dan juga gugup. Takut Aksa akan menolaknya dengan adanya Rico. Dan syukurnya Aksa menyetujui rencananya.
Setelah puas jalan-jalan, keduanya memutuskan pulang karena mataharu sudah mulai menyengat kulit panasnya.
Di ambang pintu, Hana sudah menunggu kedatangan mereka.
"Sekarang Aksa mandi dulu gih, baru kita makan." titah Hana setelah masuk kedalam rumah. Aksa pun mematuhinya dan segera berlalu ke kamarnya.
"Bagaimana?" tanya Hana
Seulas senyum merekah di bibir Ryan menandakan pembicaraan mereka berdua berjalan dengan baik.
"Benarkah?"
"Iya, sayang. Aksa menyetujui kita." tutur Ryan bahagia. "Aku tidak sabar mempersunting kamu, sayang." ujar Ryan merangkul pinggang Hana membawanya duduk di sofa.
"Syukurlah, aku juga bahagia."
"Jadi kapan kita menikah!" ujar Ryan tak sabar.
"Aku mengikuti saja. Semuanya terserah kamu."
"Hmm bagaimana bulan depan. Mau aku sih besok juga ok. Tapi aku mau memberikan pesta untuk pernikahan kita. Jadi harus di persiapkan dengN matang semuanya." Ryan menyelipkan rambut Hana dan memandangnya dengan hangat.
"Aku ikut saja. Sederhana pun tak apa."
"Tidak boleh. Aku ingin memberikan pernikahan yang istimewa dan spesial untuk mu."
Hana terharu dan berlinang air matanya "Terima kasih." tutur Hana yang juga merasa bahagian sekaligus beruntung bertemu dengan sosok Ryan yang menyayangi dan tak menyerah untuk meyakinkan dirinya.
Bersambung