Dikejar Budak Cinta

"What!" Raisa menatap balik ke arah Neli, sedangkan senyum lebar kini terukir di bibir gadis itu.

"Biasa aja syok nya, selain ganteng dan berkarisma. Pak Arya itu sebenernya baik hati dan sikap dinginnya itu- ah! Hati gue meleleh banget liatnya asli!" Neli menjerit histeris, tanpa sadar orang yang sedang dia puji-puji itu saat ini tengah mendengarkannya.

"Ehem! Kalian berdua keluar!" Pinta Pak Arya tegas, Neli mendadak berubah syok mendengar penuturan si Guru killer itu.

"Keluar ke mana Pak? Bentar lagi saya juga lulus dari sekolah dan keluar sendiri dari sekolah ini. Bapak gak sabar buat jadiin aku istri ya? Makanya nyuruh aku keluar kelas?" Neli cengengesan, toh saat ini Neli tak membawa buku matematika, sedikit mengusili Pak Arya kayanya seru.

"Neli?" Pak Arya menegur kembali, sedangkan Raisa sudah tepuk jidat saja dengan sikap gadis itu, untung saja dia tidak berada di Divisi Tekno saat, bila saja dia ada di Divisi itu bisa saja dia di hajar oleh atasannya di sana.

"Kenapa Bapak ganteng? Ko terus manggil nama si cantik ini, udah kecanduan ya? nama lengkap ku Queeneli binti Yuhou, jangan panggil-panggil sekarang Pak, nanti aja pas di depan Papa nyebutnya, biar langsung sah." Neli kembali terkikik geli, sedangkan Pak Arya yang memang tahu bila tengil Neli hanya menggelengkan kepala.

"Cie!" Sorak teman sekelasnya pada Neli, bahkan beberapa murid kini mulai berghibah.

"Gak usah bilang cie sekarang dong, nanti gue sebar undangan buat kalian. Bantuin bilang Sah ya?" Neli tertawa dan melihat ekspresi wajah Pak Arya tang masih datar membuat Neli salah tingkah sendiri.

"Sudah?" Tanya Pak Arya lagi, masih dengan tampang datar yang membuat semua murid kebingungan.

"Belum Pak, kan beluk lulus." Neli terkekeh dari tempat duduknya, sedangkan Pak Arya lekas mengeluarkan banyak kertas.

"Neli dan Raisa ke luar sekarang." Ulang lagi Pak Arya, Raisa menahan geram pada sahabat Bosnya itu, sedangkan Neli masih cengengesan sambil ke luar dari kelas.

"Dasar Guru sableng! dia keturunan Wiro apa ya?" Gerutu Raisa akibat kesal, Neli tersenyum dan menatap Pak Arya dari jendela.

"Dia keturunan Kamandanu kali, dia itu Arya Kamandanu ganteng banget asli!" Neli berteriak histeris.

Kenapa dulu Neli tidak sadar bila pria itu begitu tampan? Bahkan sekarang Neli yakin bila dia bisa melupakan si pria tampan yang memberikan jaket kepadanya.

Pak Arya yang merasa terus di tatap dari balik jendela lantas membuka pintu. Raisa nampak tengah bermain Game sedangkan Neli malah terus menatapnya tanpa henti.

"Kok ke luar Pak? Udah gak tahan rindu pada Neli cantik ya?" Tanya Neli lagi, dia merasa bila kakinya kini sudah kesemutan.

"Jam pelajaran sudah selesai," Jawab Pak Arya, Neli menggaruk tengkuknya saat bel sekolah berbunyi tanda istirahat.

"Heheh, gak kerasa liatin Bapak udah dua jam aja." Neli nyengir dan berusaha melangkah masuk ke dalam kelas.

"Sssst!" Neli meringis saat kakinya terasa sangat letih, Pak Arya yang masih di sana lantas berbalik.

"Kenapa?" Mata Pak Arya nampak menyiratkan kekhawatiran yang luar biasa, Neli menggelengkan kepalanya.

"Cuma kesemutan aja Pak, selamat istirahat." Neli dengan langkah tertatih yang di ikuti Raisa kembali ke kelasnya, sedangkan Pak Arya saat ini mulai merasa cemas.

Jam pelajaran Pak Arya sudah selesai, tapi bukan berarti Pak Arya akan tenang dari gangguan Neli. Sebelum pulang sekolah, Neli menyempatkan menunggu Pak Arya di parkiran.

"Kenapa belum pulang?" Tanya Pak Arya saat melihat sosok gadis yang tengah mengunyah permen karet.

"Nunggu Bapak, besok hari sabtu nih, Bapak ada waktu buat main gak Pak?" Tanya Neli.

"Tidak ada," Jawab Pak Arya dingin, Neli menghentikan langkah Pak Arya dan berdiri di hadapannya.

"Baiklah, kalo minggu depannya gimana Pak?" Neli kembali bertanya, Pak Arya kembali menatap Neli.

"Saya memiliki banyak pekerjaan, jangan buang-buang waktu saya di sini." Pak Arya memasuki mobilnya, sedangkan Neli yang tengil hanya tersenyum dan melambaikan tangan meninggalkan Pak Arya dengan sepedanya.

"Astagfirullah, bila terus seperti ini aku akan dalam masalah." Pak Arya menghela nafas panjang, mau bagaimanapun dia adalah seorang Gus yang harus melihat akibat yang dia lakukan.

Neli akhirnya pergi menuju rumahnya, tidak seperti biasanya. Neli yang biasanya membuat banyak ulah itu kini lebih pendiam. Bahkan selama libur akhir pekan, Neli tidak melakukan apapun dan malah sibuk di kamarnya.

"Kak?" Putri datang melihat Neli di kamarnya, Neli yang tengah asyik bermain game hanya melirik sebentar.

"Kakak kenapa? Udah dua hari kakak gak ikut makan bareng, Kakak juga lebih suka sendirian. Kakak gak papa?" Putri yang merasa khawatir dengan sang Kakak akhirnya memberanikan diri bertanya.

"Gak papa, santuy aja." Neli tak memandang lagi ke arah Putri dan justru asyik dengan game miliknya.

"Oke deh, aku balik ke kamar dulu. Kak, kalo ada apa-apa jangan lupa cerita ya?" Putri akhirnya kembali ke kamarnya, sedangkan Neli tak menjawab apapun.

Sedangkan Putri sendiri saat ini sebenarnya sedang cemas, dia merasakan dadanya terus berdebar hebat saat mengingat Kayam. Meski kedua orang tuanya belum tentu melarang mereka, tapi pertunangannya sudah di tentukan dan dia tidak bisa gegabah.

Putri sendiri tahu mengenai sosok pujaan hati Neli selama ini, karena Neli juga sosok yang terbuka terhadapnya. Dia memang nampak nakal dan keras kepala, namun di sisi lain. Neli juga orang yang sangat baik dan perhatian, itulah yang membuat persaudaraan mereka tak pernah retak sampai saat ini.

.

.

.

Di sisi lain, Kayam yang seharusnya memiliki waktu libur justru harus kerja dengan status barunya saat ini. Dia menjadi kepala pimpinan di sebuah rumah sakit bernama Zahra.

"Padahal gue kangen banget sama Putri, kenapa harus ada kerjaan sial*an ini si!" Rancau Kayam dari ruangannya, dia tidak bertemu Putri selama tiga hari. Namun itu seperti tiga tahun baginya.

Hari senin akan segera tiba, Kayam juga akan bersiap begitupun dengan Neli. Bersiap dengan rencana mereka masing-masing.

Neli yang bersiap meluluhkan Pak Arya, dan Kayam yang bersiap akan membuat Putri menjadi miliknya.

"Semangat!" Ucap Neli dan Kayam, tentu saja di tempat yang berbeda. Dua mahluk yang sudah menjadi budak cinta itu akan mengejar keinginan mereka.

Hingga kehadiran pagi yang di tunggu dua mahluk itu tiba, di tempat yang berbeda Neli dan Kayam bersiap dengan perlengkapan mereka.

Kayam bahkan memasak terlebih dahulu dan membuat bekal, kemampuan Kayam yang memang tak bisa di ragukan lagi dalam hal memasak bergelut dengan perkakas dapur dengan sangat lihai.

Sedangkan di sisi lain Neli juga sudah meluncur dari kamarnya menuju ke ruang bawah, Putri nampak masih belum mengenakan seragam dan berada di taman.

Yang merasa punya akun ini mohon hubungi Nuah ya? Pulsa 10k menanti mu. Jawabannya benar dan Nuah akan kirimkan.