Ilea Tirta Mahesa atau sering di sebut ilea ia terpaksa menerima perjodohan dengan lelaki pilihan papanya,dia di jodohkan oleh seorang CEO anak dari keluarga Addison. Perjodohan tersebut dilakukan karena keluarga Mahesa dan Addison ingin mempererat persaudaraan dan menjalin hubungan keluarga yang baik.
Liam James Addison anak pemilik perusahaan keluarga Addison adalah lelaki yang akan dijodohkan oleh ilea. Dia memiliki sifat yang dingin dan cuek terhadap wanita,seakan tidak memiliki ketertarikan sedikit pun terhadap wanita,namun Liam begitu karena ia pernah disakiti oleh seorang wanita di masa lalu .
pernikahan pun di lakukan karena kedua keluarga sudah menentukan hari yang baik untuk melaksanakan resepsi.Bagaimanakah nasib ilea kedepannya?..
HAPPY READING🙌🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aida Fahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan dalam kesempitan
Sudah terhitung tiga hari Ilea dan Liam tak berkomunikasi. Bahkan sekedar membalas pesan dari Liam saja Ilea tak mau. Sudah beribu pesan yang masuk dan semua itu tentang permintaan maaf, namun Ilea memilih tak perduli. Bahkan Liam sering datang untuk mengirim makanan tetapi Ilea enggan menerimanya.
Sebenarnya Ilea sudah memaafkan Liam namun susah melupakan kejadian itu. Ilea masih ingin menenangkan diri untuk sementara waktu. Saat ia membuka ponselnya terdengar suara notif pesan masuk bertubi-tubi yang berasal dari Liam.
Ting..
Ting...
Ting...
Namun Ilea tak perduli sama sekali, ia bahkan membuat ponselnya mode silent.
"Begitu lah laki-laki jika berbuat salah mudah meminta maaf, mudah juga mengulanginya huft." Gumam Ilea.
Karena dirasanya hari mulai siang ia mengemas semua perlengkapan nya untuk pergi ke kampus. Hari ini Ilea diantar oleh supir pribadinya. Namun siapa sangka ternyata Liam sudah menunggu di depan gerbang rumah.
Sang supir yang menyadari itu mengehentikan mobilnya seketika.
"Duhh kenapa berhenti sih pak, Saya udah terlambat ini." Ucap Ilea yang tengah fokus dengan ponselnya. Ia membuka grup chat untuk mengecek pemberitahuan karena sudah 2 hari Ilea tak masuk kuliah.
"Maaf non, tapi di depan ada den Liam." Sahut pak Adi, supir Ilea.
Ilea menoleh ke depan dan benar saja mobil sport berwarna hitam milik Liam sudah terparkir di depan gerbang.
"Jalan aja pak gak usah dipedulikan." Perintah Ilea .
"Tapi non kasihan den Liam sudah 1 jam dia menunggu non di sana." Ucap pak Adi.
"Bapak milih jalan atau gaji bapak saya potong?" Tanya Ilea dengan nada mengancam.
Karena merasa ketakutan akhirnya pak Adi melajukan mobilnya tanpa memperdulikan Liam yang sedari tadi menunggu di sana. Liam yang melihat itu tak memilih mengejar, ia diam seribu bahasa dan terus melihat kearah mobil Ilea yang menjauh darinya.
"Segitu marahnya kau denganku sayang, bahkan untuk menemui ku dan sekedar basa-basi untuk menanyakan kabar Aqila saja kau tak mau. Apa kau sudah tak perduli lagi dengan kami." Gumam Liam dengan nada lirih
Liam pun melajukan mobilnya menuju kantor dengan perasan kecewa. Ia terus saja memasang wajah murung saat berada di kantor. Bahkan semua urusan pekerjaan ia serahkan kepada Dion.
"Pagi pak." Begitulah sapaan yang terdengar tiap pagi saat Liam memasuki ruangan kantor.
Liam tak memperdulikan itu, ia terus berjalan menuju ruangannya. Bahkan di dalam ruangannya saja Liam terus murung memikirkan Ilea.
"Kau kenapa? Masih memikirkan Ilea?" Tanya Dion saat memasuki ruangan Liam.
"Bagaimana aku tak memikirkannya dia itu istriku dan sudah tiga hari kami tak ada komunikasi." Jawab Liam frustasi.
"Sudah coba datang kerumahnya?" Tanya Dion lagi.
"Aku sudah berulang kali kesana tapi tak ada jawaban sama sekali, bahkan pesan ku saja tak dibalas sampai sekarang." Sahut Liam.
"Orang tuamu sudah tahu masalah ini?" Cerocos Dion.
"Sudah, dan jujur saja mereka sangat marah denganku apalagi papaku." Tutur liam.
"Coba nanti malam kau dan orang tuamu datang kerumah Ilea. Kalian selesaikan baik-baik." Usul Dion.
"Benar juga apa yang kau katakan, aku akan mencobanya. Tumben otakmu cerdas." Sambung Liam dengan antusias.
"Jadi selama ini aku tak cerdas begitu?" Tanya Dion.
"Ya begitulah." Liam menjawab sambil menyunggingkan senyum kepada Dion.
Dion yang mendengar itu hanya memutar bola matanya jengah, ia memilih menyelesaikan pekerjaannya ketimbang meladeni Liam.
Sementara di kampus, Ilea berjalan sendirian menuju kelasnya. Masalah ini membuat dirinya tak fokus dan lebih banyak murung. Hingga tak jauh dari itu terdengar suara bariton lelaki yang memanggil nya .
"Ilea." Panggil lelaki tersebut.
Seketika Ilea menoleh kebelakang dan melihat Beni berlari kearahnya. Pria itu membawa sekantong makanan yang berada digenggaman nya.
"Sudah dua hari kakak tak melihatmu masuk kampus kau kemana saja, apa kau sedang sakit?" Tanya Beni saat sudah berada di samping Ilea. Ia mensejajarkan langkahnya dengan Ilea.
"Enggak kak, cuma ada masalah sedikit saja." Jawab Ilea.
"Masalah apa? Coba cerita dengan ku!" Ucap Beni.
"Pribadi kak, sulit diceritakan." Ujar Ilea singkat.
"Apa ada hubungannya dengan suamimu?" Tanya Beni penasaran.
"Hmm begitulah, oh iya kakak bawa apa itu?" Ilea berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ini aku belikan sarapan di kantin untukmu." Sahut Beni sambil menyodorkan kantong plastik berisi makanan tersebut.
"Wah benarkah untukku? Kakak baik banget deh." Ucap Ilea sembari menerima kantong plastik itu.
"Aku memang baik denganmu tapi kau tak menyadari itu." Cicit Beni.
"Aku menyadarinya kok, makanya aku menganggap kakak seperti kakakku sendiri." Jawab Ilea.
"Hanya sebatas kakak ya? kirain lebih dari itu." Sahut Beni dengan nada kecewa.
"Maksudnya apa kak?" Tanya Ilea tak paham dengan maksud Beni.
"Gapapa lupain aja." Ucap Beni sambil tersenyum.
"Hmm baiklah, soal semalam aku minta maaf ya kak." Tutur Ilea.
"Santai aja aku sudah melupakan soal itu kok." Sambung Beni .
Mereka berjalan menuju kelas Ilea sambil diiringi dengan canda tawa. Kesedihan Ilea seketika hilang saat mendengar candaan Beni. Mereka berpisah saat sampai di depan kelas Ilea.
"Kak aku masuk dulu ya, thanks makanannya." Ucap Ilea saat berada di depan kelas.
"Sama-sama, nanti pulang kuliah dijemput gak?" Tanya Beni.
"Kayanya aku dijemput sama supir kak."Sahut Ilea.
"Mau bareng gak sama aku?" Tawar Beni.
"Aku takut merepotkan kakak nanti, apalagi rumah kita beda arah." Ucap Ilea.
"Gapapa loh, kaya sama siapa aja. Yaudah pokoknya nanti aku tunggu di parkiran. Aku masuk kelas dulu ya." Tutur Beni, pria itu meninggalkan Ilea dan berjalan menuju kelasnya.
Ilea dan Beni sudah saling kenal sejak mereka duduk di bangku SMA, Beni adalah kakak tingkat Ilea. Pria itu juga sempat mengutarakan isi hatinya kepada Ilea, namun ditolak begitu saja karena Ilea tak memiliki perasaan dengannya. Hal tersebut tak membuat Beni menyerah, bahkan ia rela pindah kampus demi bisa dekat dengan Ilea.
Ia pun tak perduli kalau Ilea sudah punya suami sekarang.
Jam pulang pun tiba dan benar saja Beni sudah menunggu di parkiran. Ilea menuju parkiran bersama Megan, ia tak mengira bahwa Beni serius dengan ucapannya.
"Kau pulang dengan siapa lea?"Tanya Megan saat berjalan menuju parkiran.
"Ga tau nih kayanya dijemput deh." Sahut Ilea sambil melihat kiri kanan menunggu sang supir, jujur saja dirinya malas jika harus pulang dengan Beni.
"Kalau belum dijemput sama aku aja, biar aku anterin pulang." Tawar Megan.
"Boleh deh gan kalau gak ngerepotin." Sahut Ilea sembari tersenyum.
"Haha santai aja kali, kaya sama siapa aja." Balas Megan.
Mereka tiba di parkiran, tampak parkiran itu penuh dengan sekumpulan mahasiswa/i yang mengantri untuk mengambil kendaraan masing-masing bahkan Megan dan Ilea memilih menunggu dari pada harus berdesakan dengan siswa lainnya.
Saat sedang menunggu, tibalah Beni yang menghampiri mereka.
"Hai Ilea, jadikan pulang bareng?" Tanya Beni.
Ilea dan Megan serempak menoleh ke arah Beni. Megan menatap Ilea dengan tatapan heran ia mengetahui bahwa Beni menyukai temannya itu, karena Ilea sendiri yang cerita dengannya. Megan takut jika Beni memanfaatkan situasi di saat Ilea sedang ada Masalah dengan Liam.
"Hmm kayanya gak jadi deh kak, aku pulang sama Megan aja. Ada kerja kelompok soalnya, yakan gan?" Sahut Ilea sambil menyenggol lengan Megan untuk memberi kode.
"E-eh iya kak, Ilea pulang sama aku aja. Lagian kerja kelompoknya di rumahku jadi sekalian aja." Sambung Megan dengan suara terbata-bata.
"Kalian gak berbohong dengan kakak kan?" Tanya Beni dengan suara mengintrogasi.
"Enggak lah kak buat apa kami bohong." Ucap Ilea.
"Yasudah kalau begitu kami pulang dulu ya kak, sampai jumpa besok." Sambung Megan.
Mereka segera pergi meninggalkan Beni yang masih berdiri di sana. Ilea berusaha mengelakkan diri dari Beni, karena dirinya tak mau mengambil langkah yang bisa membuat masalahnya dengan Liam semakin runyam.
Beni menyadari bahwa Ilea sebenarnya sedang beralasan dengannya, namun ia tak ingin menunjukkan obsesi yang berlebihan kepada Ilea.
"Aku tahu kau berusaha menjauh dariku Ilea, tapi aku tak akan menyerah begitu saja. Aku akan membuat kau jatuh dalam pelukanku, tak ada seorang pun yang boleh memilikimu selain aku termasuk suamimu. Aku akan berusaha merebut cintamu dari lelaki itu." Ucap Beni dalam hati, ia tersenyum licik. Pria itu pergi dan melajukan motornya menuju kota metropolitan yang besar dan padat.
🌹🌹🐡🐡 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞
🌹🌹.....
aku udah baca sampai sini thor