Menceritakan Fera seorang wanita yang keras kepala, yang selalu membuat orang tuanya seperti naik darah. Ada saja yang wanita itu lakukan. Hingga pada suatu hari papanya menjodohkan dia dengan pria muda yaitu rekan bisnis papanya tapi Fera menolak. Lalu bagaimana kisah selanjutnya tentang keseharian dan kehidupan Fera ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria qomara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perjalanan yang indah
keesokan paginya Fera sudah bersiap-siap untuk pergi berlibur bersama Reza dan juga Milani.
"Kalian hati-hati di jalan ya," ucap pak Hamdani menasehati Milani, Fera dan juga Reza.
"Iya Om tenang saja gak usah khawatir," ucap Milani.
"Mil kalian jangan sampai pisah ya, tante gak mau terjadi apa-apa," ucap bu Hamdani.
"Iya tante tenang saja," ucap Milani.
"Yaudah kita berangkat yuk keburu siang nih," ucap Fera.
"Iya, Reza tante titip Fera ya," ucap bu Hamdani pada Reza.
"Memang anak kecil kali nitip-nitip," ucap Fera dalam hatinya. Tanpa Reza pun ia bisa menjaga dirinya baik-baik.
"Iya tante," ucap Reza dengan tersenyum
Mereka pun pergi setelah berpamitan, terlihat pak Hamdani begitu bahagia sekali melihat Reza dan Fera akan saling mengenal dia berharap dengan cara ini Fera setuju dengan perjodohan.
"Aku bahagia deh bisa meluangkan waktu bersama lagi," ucap Milani dengan bahagia namun tidak dengan Fera karena ada Reza di sana, dia hanya mendengarkan ocehan-ocehan Milani.
"Tapi benaran gak sih kita mau ke puncak," ucap Fera.
"Enggak juga sih tapi kita akan menikmati liburan kita selama satu bulan ini," ucap Milani.
"Apa jadi kamu berbohong ke Papa, kamu tau kan Mil kalau sampai Papa tau soal kita berbohong kita semua akan dapat hukuman," ucap Fera.
"Tidak akan Fera, percaya sama aku," ucap Milani.
"Sudahlah gak usah panik begitu aku gak mungkin ngajak kamu ke tempat yang berbahaya, sebenarnya ini rencana aku sama Milani agar kamu gak bisa traveling dan gak jenuh di rumah," ucap Reza.
"Aku sudah bilang sama kamu ya Za, jangan cari perhatian terus," ucap Fera.
"Fer, Reza ini peduli sama kamu, dia gak mau sampai kamu kenapa-napa memikirkan segala pekerjaan, makanya dia ngajak kita liburan agar kamu bisa istirahat sejenak dari pekerjaan," ucap Milani.
"Yaudah terserah kamu aja aku ikut," ucap Fera.
Fera kemudian diam, dia memandangi Reza yang fokus menyetir mobilnya.
Hidupnya mungkin sedikit berbeda dengan yang lain sejak kecil tapi dia selalu di pertemukan dengan orang baik walaupun hanya sekali dia salah dalam memilih teman.Tapi ini adalah perjalanan hidup yang harus ia hadapi sebesar apapun ujiannya.
"Reza kita berhenti dulu ya di depan," ucap Milani.
"Kamu mau kemana Mil?" Tanya Fera.
"Aku mau beli makanan takutnya gak ada pedagang makanan nanti kalau kita sampainya malam," Jawab Milani lalu keluar dari mobil.
"Fer kamu mau tanya sama kamu soal perjodohan ini setidaknya sebelum keluarga ku tau jawaban kamu, aku ingin lebih tau apa yang akan kamu jawab," ucap Reza secara tiba-tiba.
"Untuk sekarang aku gak bisa jawab, aku gak mau bahas itu," ucap Fera.
Tak lama Milani pun kembali, sejak awal perjalanan memang tidak ada pembicaraan antara Reza dan Fera.
Sebenarnya Milani sengaja berlama-lama agar Fera dan Reza bisa bicara berdua tapi ternyata mereka sejak tadi hanya mereka hanya diam.
"Fer kamu kenapa sih diam saja?" Tanya Milani karena bingung sekali dengan sikap Fera yang tidak biasanya.
Fera tak menjawab dia sedang fokus dengan pikirannya sendiri.
"Sudahlah Mil biarkan saja mungkin dia masih lelah," sahut Reza.
Sebagai saudara mungkin hanya bisa menegur sikap Fera yang tak seharusnya bersikap cuek dengan Reza.
Terdengar indah memang perjalanan ini karena Fera tidak lagi harus berurusan dengan pekerjaannya, sedikit banyak cerita dalam hidupnya tapi yang selalu menghampiri hanyalah cerita yang penuh tekanan dalam hidupnya.
Dia pun sampai tak pernah mengenal cinta dan apa artinya sebuah cinta, bahkan dia tak pernah dekat dengan teman laki-lakinya walaupun banyak yang mendekati ia selalu menghindar.
Sampai kabar perjodohan itu terdengar di telinga seperti terasa aneh saja karena ia pun tak mau mengenal seorang pria dalam hidupnya.
Mengingat kisah dari sahabat kecilnya yang harus masuk ke rumah sakit gara-gara laki-laki, ia pun serasa trauma dan takut walaupun bukan dirinya yang mengalami.
Sementara Reza juga bahagia bisa satu mobil dengan Fera karena jujur saja hatinya memang sudah tertarik dengan sosok Fera.
"Za apa masih lama?" Tanya Milani.
"Sedikit lagi sudah mau sampai kok," jawab Reza.
"Ini bukan ke puncak seperti yang di janjikan ya, soalnya jalurnya beda," ucap Fera.
"Iya Fer kita mau ke suatu tempat tapi kalau ke puncak nanti saja setelah pulang dari sana," ucap Milani.
"Tapi Mil_"
"Fer kita sudah dapat izin gak usah cemas," ucap Milani.
Fera menghela nafas kasar, ini pasti Reza yang merencakan semuanya.
"Apa sih yang kamu rencanakan, Lagian kalau kita pergi jauh apa kamu gak kasihan sama Papa kamu yang di rawat di rumah sakit," ucap Fera pada Reza.
"Papa sudah pulang semalam dan aku sudah dapat izin," ucap Reza.
"Oh begitu ya syukurlah kalau Papa kamu sudah pulang," ucap Fera.
Reza tersenyum dengan penuh bahagia karena Fera menanyakan kabar kedua orang tuanya.
Reza menatap wajah Fera dari kaca namun Fera menyadari kalau dirinya di perhatikan.
"Kamu bisa gak sih fokus aja ke jalan gak usah lihat kaca," ucap Fera dengan ketus.
"Ya kan siapa tau kamu butuh bantuan," ucap Reza.
"Kamu gak usah ngeledekin terus memangnya siapa yang butuh bantuan kamu, ini aja aku pergi sama kamu terpaksa. Lagian caper terus sama Papa," ucap Fera dengan kesal.
Baru hitungan jam saja Fera di buat kesal oleh Reza apalagi selama satu bulan liburan bersama.
"Habisnya dari tadi muka kamu di tekuk mulu," ucap Reza seraya tertawa kecil.
"Kamu kira ini lucu apa," ucap Fera.
"Sudah Reza, Fera ini itu di perjalanan gak usah ribut apalagi kamu sedang menyetir Reza," ucap Milani saat berdebatan Fera dan Reza semakin menjadi-jadi saja.
"Kamu tau kan siapa duluan yang mulai lagian Papa ngapain harus jodohin aku sama laki-laki kayak dia," ucap Fera.
"Ya sudah kamu sabar gak usah di ladenin," bisik Milani, Fera mendengus kesal ada saja tingkah Reza yang membuatnya kesal, bahkan dia kerap kali berpikir apa papanya tidak salah menjodohkan dia dengan pria yang benar-benar menyebalkan.
Milani hanya tersenyum melihat wajah Fera yang sangat kesal dengan tingkah Reza, sedangkan Reza dia bersikap biasa saja setelah membuat Fera kesal.
Hingga mobil yang di kendarai Reza berjalan pelan.
"Apa sudah sampai?" Tanya Milani.
"Lima belas menit lagi Mil," jawab Reza.
"Gak usah banyak tanya lah Mil, entar kalau sampai juga berhenti sendiri," ucap Fera.
Reza dan Milani pun memilih untuk diam agar Fera tidak tambah marah.
ditampung dulu Thor. . semangat