NovelToon NovelToon
Hasrat Seorang Gangster

Hasrat Seorang Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Persaingan Mafia
Popularitas:328.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: linda huang

Darson Rodriquez seorang gangster yang menculik Gracia Vanessa, dan dijadikan sebagai pemuas ranjang selama tiga hari. Gracia yang dijual ibu tirinya harus menerima penderitaan yang tiada akhir.

Bagaimana Gracia bisa terlepas dari genggaman Darson yang berniat menjadikan dirinya sebagai simpanan? bukan tanpa sebab bos gangster tersebut sengaja gadis itu berada di sisinya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29

Gracia yang berada di kamar, telah menyadari apa yang dilakukan Darson saat ini.

Iya, pria itu sedang bersenang-senang dengan wanita lain yang adalah pacarnya. Air mata mengalir di pipinya, tetapi ia menolak untuk menangis lebih lama lagi.

"Darson, aku sangat bodoh karena terjebak. Aku tidak mau terus seperti ini. Hanya menyiksa diri sendiri," ucap Gracia dengan suara serak. "Aku hanya sebagai pelayanmu di atas ranjang. Sementara dia adalah wanita yang selama ini menempati hatimu."

Gracia memabukkan dirinya dengan minuman keras yang ada di mini pub milik suaminya itu. Dia merasakan panas alkohol membakar tenggorokannya, memberikan rasa lega sesaat dari rasa sakit di hatinya.

"Setelah menghabiskan minuman ini, aku akan membuang jauh-jauh perasaanku padamu!" ucap Gracia dengan tegas, menghabiskan minuman di gelasnya dengan sekali teguk.

Di luar kamar, Zanella mengintai dari pintu, tersenyum puas melihat kesedihan yang meliputi istri kedua suaminya.

"Gracia Vanessa, rasakan saja apa yang aku rasakan saat ini. Andaikan ada yang menghiburmu malam ini. Bukankah akan lebih menyenangkan melihat apa yang akan dilakukan Darson," gumam Zanella.

***

Alice yang mulai melepaskan kancing kemeja Darson, tidak sabar ingin menikmati malam yang indah. Sentuhan tangannya terasa panas dan menggebu, seakan dia tak bisa menahan diri lebih lama lagi.

Mereka saling berpelukan di atas ranjang. Alice melepaskan pakaiannya, memperlihatkan dadanya yang menonjol dan kenyal. Darson semakin menggila, matanya berkilat-kilat dengan hasrat yang membara. Dia memainkan dadanya dengan lembut, meremasnya seakan tidak ingin melepaskan.

Darson yang sekalian memuncak hasratnya sangat ingin segera menyalurkan keinginannya pada wanita yang berada di bawahnya. Tangannya menjelajah, menyusuri tubuh Alice dengan penuh gairah. Namun, tiba-tiba Darson berhenti sejenak dan menatap wanita itu dengan bingung.

"Darson, malam ini milik kita berdua," ucap Alice dengan suara serak dan menggoda.

"Kenapa aku tidak bisa melakukannya dengan Alice? Padahal dia adalah wanita yang aku cintai," gumam Darson dalam hati, perasaan bersalah menyelimutinya.

Alice merangkul leher Darson, mencium bibirnya dengan dalam, mencoba menghapus keraguan yang tampak di wajah pria itu. Darson merasakan gairahnya kembali membara, tangannya meraba paha Alice dan berusaha menyentuh bagian intim wanita itu. Namun, sesuatu di dalam dirinya menghentikannya.

Ia tiba-tiba menghentikan sentuhannya dan bangkit dari tubuh Alice, wajahnya dipenuhi dengan kebingungan dan rasa bersalah.

"Darson, kenapa?" tanya Alice dengan kecewa, matanya memandang pria itu dengan penuh harap.

"Aku tidak bisa melakukannya," jawab Darson dengan suara yang nyaris tak terdengar, mengancing kemejanya dengan cepat.

"Bukankah kamu mencintaiku? Kenapa tidak bisa?" tanya Alice, berusaha menggoda pria itu lebih lanjut. Ia memasukkan tangannya ke dalam celana Darson, mencoba menyalakan kembali gairah yang mulai pudar.

Namun, tangannya langsung ditahan oleh Darson. "Alice, aku butuh waktu!" ujar Darson tegas, kemudian beranjak dari sana dan mengabaikan Alice, meninggalkan wanita itu dalam kebingungan dan kekecewaan.

Darson kemudian mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi, raut wajahnya murung dan pikirannya berkecamuk. Lampu-lampu kota berkelebat di sekitarnya, tapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Perasaannya kacau dan bingung, seolah terjebak dalam badai emosional yang tak kunjung reda.

Bayangan Gracia, sang istri, selalu muncul dalam ingatannya di saat ia bersama Alice, pacarnya. Setiap kali ia mencoba mencurahkan cintanya pada Alice, wajah Gracia selalu muncul, mengganggu pikirannya.

"Tidak mungkin! Seharusnya yang muncul dalam ingatanku adalah Alice, bukan Gracia. Tapi kenapa aku tidak tertarik dengannya, dan malah selalu tertarik pada Gracia," ucap Darson dengan frustrasi, tangannya menggenggam kemudi dengan erat.

Sementara itu, Gracia yang beranjak dari mini pub ingin berjalan di lorong, namun langkahnya dihentikan oleh seorang pria yang tak lain adalah pria bayaran yang biasa dipanggil Zanella.

"Nona, sepertinya suasana hatimu sedang buruk," kata pria itu dengan senyum yang licik.

Gracia, yang sedikit pusing karena alkohol, menatap pria itu dengan pandangan bingung. "Siapa namamu?" tanyanya, suaranya terdengar lemah namun penuh rasa ingin tahu.

"Perkenalkan, namaku Mike," jawab pria itu dengan nada ramah, tetapi matanya mengandung niat tersembunyi.

"Sebelumnya aku tidak pernah melihatmu, ada apa mencariku?" tanya Gracia, mencoba menstabilkan dirinya sambil memegang dinding untuk keseimbangan.

"Sepertinya dirimu sedang kesepian. Bagaimana kalau aku menemanimu?" Mike menawarkan dengan nada menggoda, sambil memeluk pinggang Gracia dengan erat.

Gracia menatap pria itu dengan senyum yang mabuk, "Kamu tampan sekali dan seksi. Bahkan suamiku juga bukan tandinganmu. Aku rasa malam ini akan menjadi malam yang tak terlupakan," ujarnya sambil tersenyum nakal.

Mike mendekatkan bibirnya ke telinga Gracia dan berbisik, "Mari kita pergi ke kamar belakang, di sana tidak ada orang."

Gracia membalas dengan nada menggoda, "Saran yang bagus, aku suka." Dia meniup lembut telinga pria itu, membuat Mike tersenyum puas. "Tapi aku tidak mau di kamar belakang. Bagaimana kalau di kamar ujung sana!" ajak Gracia sambil menunjuk ke arah kamar yang digunakan Zanella.

Mike menoleh ke arah kamar itu, matanya berbinar dengan antisipasi. Mereka kemudian berjalan menuju kamar tersebut, Mike masih memeluk pinggang Gracia yang berjalan dengan terhuyung-huyung akibat minuman yang banyak.

Di sepanjang perjalanan, Gracia mencoba menahan diri agar tidak terjatuh, sementara Mike tampak semakin tak sabar.

Setiba di kamar itu, Gracia membuka pintu dan terlihat gelap gulita di dalam sana. Dengan senyum licik, Gracia mendorong pria itu ke dalam, lalu berkata dengan nada menggoda, "Tunggu aku, aku ingin mandi dulu. Agar kita bisa main sampai pagi. Jangan lupa, lepaskan dulu pakaianmu. Agar aku tidak perlu menunggu lagi setelah kembali," ucapnya sambil menutup pintu itu dengan lembut.

Gracia tersenyum puas setelah berhasil mengelabui pria itu. "Zanella, aku bukannya tidak tahu ini adalah jebakanmu," gumam Gracia pada dirinya sendiri, merasa puas dengan kecerdikannya.

Dia kemudian berjalan pergi dengan langkah mantap, meninggalkan Mike terjebak dalam kegelapan kamar.

Darson kemudian tiba di rumahnya, wajahnya masih dipenuhi dengan rasa frustasi dan kemarahan. Saat melangkah masuk, Zanella langsung menghampirinya dengan ekspresi pura-pura cemas.

"Darson, sudah pulang. Untung saja kau cepat pulang. Gracia dia...," ucap Zanella dengan nada yang seolah-olah penuh kepedulian.

Darson menatap Zanella dengan tajam, instingnya merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "Ada apa dengan dia?" tanyanya dengan suara tegang.

Zanella berpura-pura menghela napas, seakan-akan berita yang akan disampaikan sangat berat baginya. "Gracia karena marah padamu, dia bersenang-senang dengan seorang pria di kamar atas," jawab Zanella, matanya berkilat dengan kepuasan tersembunyi.

Darson yang kesal langsung menuju ke lantai atas, amarahnya meluap-luap. Setiap langkahnya terdengar berat dan penuh dengan emosi yang berkecamuk. Dia membuka pintu semua kamar dengan keras, brak! Setiap pintu yang dibukanya seakan menjadi pelampiasan kemarahannya.

Zanella tersenyum puas di bawah, melihat reaksi Darson yang mungkin akan menghancurkan Gracia.

"Gracia Vanessa, keluar!" teriak Darson dengan suara menggelegar, membuka kamarnya dan tidak terlihat siapapun di dalam sana. Ia kemudian menuju ke kamar ujung lorong yang adalah kamar Zanella, langkahnya semakin cepat dan emosinya semakin tidak terkendali.

"Klek!" Darson membuka pintu tersebut dan menyalakan lampu. Seketika, matanya membelalak lebar. Di atas kasur, terlihat seorang pria yang telanjang bulat, tampak kaget dan panik melihat Darson. Pria itu, yang adalah Mike, berusaha menutupi tubuhnya dengan seprai, wajahnya memucat.

Darson tertegun sejenak, otaknya mencoba mencerna apa yang dilihatnya. Kemarahan, kebingungan, dan rasa dikhianati bercampur aduk dalam dirinya. "Siapa kamu?" teriak Darson dengan suara yang penuh dengan kemarahan." Di mana Gracia?" tanya Darson seakan sedang meledak emosinya.

Zanella yang ikut ke lantai atas, terbelalak kaget mengetahui pria itu berada di kamarnya. Wajahnya memucat seketika, tidak menyangka skenarionya akan berbalik menyerang dirinya.

Darson yang marah besar, tidak bisa lagi menahan emosinya. Dengan satu gerakan cepat, ia melayangkan tinju ke wajah Mike. "Bruk!" suara benturan itu memenuhi ruangan, Mike terjerembab jatuh ke lantai, meringis kesakitan sambil memegangi wajahnya yang memar.

"Apa yang kau lakukan dengan Gracia? Di mana dia?" tanya Darson dengan suara menggelegar, emosinya meledak-ledak. Dia menatap Mike dengan mata penuh amarah, seolah ingin menghancurkannya di tempat.

Mike yang ketakutan hanya bisa menggelengkan kepala, tidak mampu menjawab karena rasa sakit yang luar biasa.

Namun, sebelum Darson bisa melayangkan tinju lagi, terdengar suara tepukan tangan dari pintu. "Ha ha ha... seorang suami yang tidak setia, bisa emosi melihat seorang pria besar dan seksi berada di rumah, Lucu sekali!" suara Gracia terdengar di seluruh ruangan, ia muncul sambil bertepuk tangan, senyum puas terpancar di wajahnya.

Darson dan Zanella menoleh ke arah Gracia. Zanella merasa ngeri melihat ekspresi Gracia yang penuh kemenangan, sementara Darson tampak bingung dan marah sekaligus.

"Apakah kau tahu, Pria ini sangat hebat sekali, dia bisa memuaskan Zanella dan aku," kata Gracia dengan sengaja.

Tanpa disadari, Darson merasa cemburu dengan apa yang dikatakan oleh Gracia. Ia mengepal kedua tangannya dan menatap tajam pada istrinya itu.

1
Bu Kus
max sungguh sayang banget sama papa Nic gak rela kalo papa Nic nya di salah kan .semakin seru aja lanjut thro makasih
Isnanun
😭😭😭😭😭😭 yg kuat ya Max
Al Vian
lanjut thor
Nabil abshor
luar biasa,,,, recomend bgt buat di baca,,,,, sedih dpt,nangisnya drotos mili,bahagianya ada,ini novel pol epic pkknya,,,,, 😘😘😘
Lisa Halik
mak8n seru thor
Aditya HP/bunda lia
Senangnyaaaaaaa ..... mati kau darsono ...
nurzia aeni
seru thor lanjut,,,biar darson menyerah hdp.dlm penyesalan dan tekanan dr kata2 ankny
indah Febriani
jadi ikutan 😭😭
yuning
mewek 😭😭😭😭
wiemay
nyesek
Bu Kus
bikin nyesek aja e semoga kelak max jadi laki laki yang kuat dan bisa bertanggung jawap
nurzia aeni
nah ini yg sy suka thor kesaksian max,,biar gk bertele2 alurnya,,biar darson menyesal dan dpt penyakit kelamin yg bahaya,,mati jg gk apa2 sxan buat darson
Anisah Nisah
semoga saja nanti Gracia sama Nic laki" yg bisa menghargai perempuan
Al Vian
lanjut thor
Aisyah Nuha
jdi ikutan 😭😭😭😭
Lisa Halik
thorrrr
Anisah Nisah
divinisi suami yg ga boleh d pertahankan suami kaya gitu mending buang ajalah kasian juga sama Gracia tertekan terus
Anisah Nisah
aq tau yg sering melakukan hb dengan alice itu pasti bukan Darson melainkan anak buahnya makanya setiap mau melakukan hb d minta untuk mematikan lampunya
Isnanun
ayo Max keluarkan isi hati mu berkata dengan jujur Max
Anisah Nisah
aduh..
gimna y nasib Gracia ini pasti rencana zanella semoga aja darson ga percaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!