Anak kecil ber usia 5 tahun itu asik merasakan sejuk dan dinginnya air pegunungan yang merendam tubuhnya, mereka adalah Regan dan Regi anak kembar laki - laki dari pasangan Putra Mahardika dan Rosintiani.
Setiap akhir pekan Putra akan mengajak keluarganya ini untuk berlibur seperti weekend kali ini ia mengajak anak dan istrinya itu ke sebuah Air Terjun di mana Air Terjun itu menyajikan sebuah pemandangan yang begitu indah.
Canda tawa pun selalu menghiasi wajah mereka, Regan kecil tampak begitu menikmati bermain air bersama kakaknya sedangkan Putra dan Rosi mengawasi dari Gazebo yang tak jauh dari sana....
langsung aja masuk keceritanya...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mars Is Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 29
"Kamu setiap hari jalan kaki Regan?" Tanya Saka yang tetap fokus menyetir.
"Iya, Om. Saya seneng jalan sekalian olahrga biar sehat om."
"Kamu gak capek?"
"Kalau kita senang melakukannya, sejauh apapun gak akan kerasa capek kok tante. Kan tinggal pesen ojek aja kalau capek."
Jawaban Regan pun membuat semua tertawa, begitu pula dengan Regan.
"Kamu ini, ada-ada aja." Jawab mamanya Namira.
Mobil pun berhenti di depan gerbang sekolah Teknomedia, Regan pun keluar dari dalam mobil. ia terus mengucapkan terima kasih kepada orang tua Namira karna sudah mengantarkannya.
"Om, Tante, Namira makasih banyak atas tumpangannya. Ya."
"Sama-sama, sering-sering aja bareng ya. Biar kami bisa lebih kenal dekat dengan kamu." Balas Saka, laki-laki itu begitu hangat Namira beruntung sekali.
"Em.. iya om, hati-hati ya."
Mobil pun kembali melaju menuju SMA Cendrawasih 45 yang terletak di ujung jalan dekat sekolah Regan, Regan pun melangkahkan kakinya memasuki area parkiran ia berjalan santai.
Regan menaruh tas nya di atas meja, ia menarik kursi kemudian duduk sambil bersandari ditembok. Kelas belum begitu ramai dan Dev pun belum terlihat.
Ia membayangkan saat-saat ia bersama keluarga Namira tadi, keluarga itu begitu terlihat harmonis. Regan merasa nyaman bersama mereka.
"Seandainya mereka orang tua gue.. Hmm." Gumam Regan, tak lama Dev pun datang dan segera duduk di sebelahnya.
"Tumben nyampe duluan? Naik ojek?" Tanya Dev, biasanya Regan datang belakangan dan Dev lebih dulu. Tapi hari ini Regan sudah berada di tempat duduknya.
"Naik ojek pake apa? Tabungan gue udah menipis."
"Lah terus berangkat bareng Regi?"
"Enggak, males."
"Terus?"
"Diantar keluarganya Namira."
"Namira? Cewek yang lu tolongin waktu itu bukan sih?" Tanya Dev sambil mengingat-ingat kembali, Regan pun membenarkan ucapan Dev. Ia bercerita bagaimana keluarga Namira memperlakukannya.
"Iya, dia. Keluarganya baik banget gue ketemu mereka di jalan, awalnya gue gak mau bareng takut ngerepotin eh si Namira malah maksa ya gue gak enak nolak juga."
"Wah enak dong, terus orang tuanya gimana?"
"Baik sama seperti Namira, mereka sayang banget sama Namira dan begitu juga sebaliknya. Keluarga yang harmonis."
Dev tau maksud ucapan Regan yang terakhir, ia tak ingin sahabatnya ini terlalu memikirkan masalah keluarganya. Ia mengajak Regan untuk sarapan didepan gerbang sekolah, di mana di sana juga banyak penjual makanan yang menjajakan dagangannya.
"Udah, temenin gue makan yok!"
"Males ah, bosen makan mulu."
"Heh, pea. Kalo lu gak makan terus mau apaan? Udah buruan kita ke depan."
"Beli apaan?"
"Serah elu mau beli apaan bebas."
"Oke otw!"
Regan segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendahului Dev, Dev yang melihat tingkah Regan pun hanya menggelengkan kepalanya sejujurnya Regan adalah anak yang baik. Regan hanya perlu didengarkan, ia tak butuh harta atau pun hal lain yang ia butuhkan hanya kasih sayang dan pengertian tulus dari keluarganya.
****
Dev dan Regan memilih membeli sebuah ketoprak lengkap dengan sebutir telur, Dev dan Regan langsung menyantap sarapannya itu. Sedetik kemudian Regan berbicara ia memberitahukan tentang keinginannya untuk bekerja paruh waktu.
"Gue mau cari kerja."
"Jangan bercanda, sekolah yang bener."
"Gue serius."
"Lu mau cari kerja kemana?"
"Kemana aja yang mau nerima gue, gue malas kalau harus minta ke orang rumah. Gue pengen hidup mandiri dan gue bakalan buktiin sama mereka gue gak nyusahin mereka."
"Hemm.. kalau memang itu kemauan lu ya udah, gue dukung nanti gue bantu cariin."
"Thanks! Emang cuma lu doang yang ngertiin gue."
Regan merasa beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Dev, baik Dev dan kedua orang tuanya mereka sama-sama sangat mengerti Regan.
"Yaiyalah, Dev gitu lho.."
"Baru dipuji gitu aja udah sombong."
"Hahha.. nyenengin hati."
****
Bel pelajaran telah usai, Regi tengah duduk disebuah halte bus yang tak begitu jauh dari gerbang sekolah. Biasanya Putra akan menjemputnya di sana.
"Regan!" Panggil seseorang wanita, Regi pun menoleh ke segala arah namun tak menemukan sosok Regan. Lalu wanita itu berbicara pada siapa? Tak lama wanita itu pun berjalan menghampiri Regi dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya.
"Regan, kamu belum pulang?" Tanya wanita itu, dan Regi pun sekarang mengerti. Gadis itu mengira Regi adalah Regan kembarannya.
"Maaf, aku Regi bukan Regan. Kalau Regan adik aku dan aku kakaknya."
Gadis itu pun terdiam, ia juga nampak sedikit terkejut Regi bisa melihat raut wajahnya yang berubah.
"Oh Regan punya kembaran? Maaf deh aku pikir kamu Regan."
"Iya, kami memang kembar. Emang susah dibedain sih. Santai aja lagi."
"Emm.. Regan kemana ya? Apa dia udah pulang?"
"Kayaknya belum, biasanya dia pulang jalan kaki."
"Hemm.. yaudah makasih ya."
Gadis itu pun langsung meninggalkan Regi, sepertinya ia belum pernah melihatnya disekolah ini.
"Siapa ya cewek itu? Tumben Regan dicariin sama cewek." Gumam Regi, tak lama suara klakson mobil pun terdengar. Mobil milik Putra berhenti tepat di hadapan Regi.
Tiiinnn... "Regi, ayo masuk." Titah Putra dari dalam mobilnya, Regi pun langsung menurut dan masuk kedalam mobil.
"Eh, iya pah."
Putra pun melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah, ia benar-benar melupakan anaknya yang sebenarnya masih berada di sekolah.
****
Di dalam mobil Namira hanya termenung, membuat Saka pun bertanya-tanya.
"Mira, kenapa?"
"Em.. kenapa apanya pah?"
"Kamu. diam terus, Ada apa?"
"Hemm.. gak ada apa-apa kok pah, cuma capek aja." Kilah Namira, sejujurnya ia memikirkan Regan. Benarkah yang tadi ia lihat itu adalah kembarannya? Atau memang Regan berbohong?"
"Yaudah, kamu sabar ya? Sebentar lagi kita sampai rumah kok." Ujar Saka, Namira pun hanya mengangguk tatapannya terus memandang ke arah depan. Entah kenapa saat ini pikirannya dipenuhi oleh nama Regan.
"Iya pah." Jawabnya sambil membuang pandangannya ke arah jendela, gadis itu sepertinya mulai tertarik dengan Regan.
"Kenapa jadi mikirin dia ya?" Batinnya, pikiran Namira di penuhi nama Regan saat ini. Hingga suara Saka mengagetkannya.
"Mira, kita sudah sampai."
Namun gadis itu tak menjawab panggilan dari Saka.
"Namira? Mira?" Panggil Saka lagi sambil mencolek lengan anaknya itu.
"Eh, Iya pah?"
"Kita udah sampai di rumah, ayo turun kamu kayaknya bener-bener kelelahan."
"Emm.. iya pa ayo turun."
Mereka berdua pun turun dari mobil dan melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, Dari dalam nampak Reni menyambut hangat kedatangan suami dan putrinya ini.
"Eh papa dan Mira sudah pulang, ayo makan dulu mama sudah siapkan."
"Iya mah, Namira ganti baju dulu ya."
"Iya nak."
Namira pun berjalan menaiki anak tangga untuk bisa sampai di kamar tidurnya itu.
next...