Cinta Yang Tak Terlupakan

Zidan memaparkan semuanya tentang pertunangannya dengan Vini ketika dirinya Wira pada sang Istri. Anna menyimaknya dengan baik tanpa di sela sedikitpun walaupun ada yang cukup menganggu dirinya namun ia harus menunggu Zidan menyelesaikan ceritanya.

"Jadi, kita pernah bertemu dengan Vini itu saat kita berkunjung ke salah satu pasar raya yang ada di Canada? Dan wanita itu berhasil mengambil tas yang semula ingin aku beli," tanya Anna penuh selidik.

"Iya sayang. Aku tidak mau kalian berdua sampai berantem di mall itu gara-gara aku," ucap Zidan.

"Jadi, ketika kamu melihat aku berada di atas tebing itu kamu sedang bersama dengannya?"

"Iya sayang. Entah mengapa hatiku terpanggil untuk mengetahui siapa gadis yang berdiri di atas tebing itu. Aku hanya mengikuti naluri ku. Aku merasa kamu adalah bagian yang hilang dariku.

Firasat ku yang menuntun langkahku untuk segera menemuimu. Walaupun aku sangat kecewa saat aku tidak menemukan di villa milikmu," tutur Zidan seraya menarik tubuh istrinya dalam pelukannya.

"Apakah kamu akan melepaskannya begitu saja karena ingatanmu telah kembali, Zidan?"

"Aku tidak punya tanggungjawab apapun pada Vini karena aku sudah memilikimu. Apakah kamu tidak bisa berpikir jernih saat aku bersamanya, aku nekat mencarimu?"

"Iya sayang. Aku tahu kalau kamu merasakan bahwa aku adalah istrimu yang terpisah darimu karena kecelakaan itu. Walaupun tidak bisa dijelaskan secara nalar tapi tubuhmu yang menginginkan agar kamu segera menemuiku dan Allah akhirnya mempertemukan kita dengan cara yang tidak disangka-sangka," imbuh Anna mengusap dada bidang suaminya yang masih telanjang dada karena mereka baru menyelesaikan ritual bulan madu.

Sementara itu di kediaman tuan Aditya, tuan Husni tidak bisa terima begitu saja alasan tuan Aditya untuk memutuskan pertunangannya Vini dan Wira.

"Kami mohon maaf tuan Husni atas masalah ini. Pria yang kalian anggap Wira hanya kulit wajahnya saja namun dia bukan putra kandungnya kami. Saat ini Wira sudah kembali menjadi Zidan karena ingatannya sudah pulih dan dia sudah bersama dengan istrinya lagi. Semoga Vini mendapatkan pria yang lebih baik daripada Zidan," ucap tuan Aditya.

"Jangan menggampangkan suatu masalah demi kebahagiaan orang lain, tuan Aditya. Pertemukan semuanya antara pria yang bernama Zidan itu, istrinya dan kedua orangtuanya yang asli. Dengan begitu kami merasa kalian tidak sedang menipu kami," ucap tuan Husni dengan tegas.

"Sebaiknya kita pulang papa..! Mala sudah muak dengan kelurga ini. Putuskan saja kerjasama rumah sakit kita dengan rumah sakit milik mereka.

Apakah mereka bisa bertahan jika rumah sakit yang hampir bangkrut itu sehebat sekarang ini kalau kita tidak ikut membantu rumah sakit itu," sinis nyonya Lea seraya melangkah keluar dari kediaman tuan Aditya sambil mencebikkan bibirnya sinis menatap wajah nyonya Kayla.

Tuan Husni juga menggumam gusar walaupun tuan Aditya terus menerus memohon maaf pada suami istri itu atas kebohongan mereka yang menjodohkan putra orang lain dengan putri kandungnya tuan Husni.

Tuan Aditya dan nyonya Kayla hanya mengelus dada karena tidak tahu harus berbuat apa saat ini dikala keadaan semakin rumit.

Jika saja tuan Husni dan nyonya Lea mengetahui bagaimana kekayaan Zidan yang mungkin saja bisa membantu memulihkan keuangan rumah sakit milik tuan Aditya, mungkin mereka tidak akan pernah menyepelekan tuan Aditya saat ini karena kesulitan ekonominya saat ini.

...----------------...

Keesokan harinya, Anna tiba-tiba saja ingin mengikuti suaminya ke rumah sakit di mana Zidan masih mengurus rumah sakit itu sebagai Wira. Ia menyerahkan meetingnya pagi itu pada sekertaris ChaCha dengan dalih sedang sakit.

"Aku akan menggantikan pekerjaan Agam untuk sementara waktu selama sepekan ini, bagaimana kalau Agam disuruh cuti saja," tawar Anna ketika sudah berada di rumah sakit.

"Boleh. Kebetulan Agam sudah lama tidak ambil cuti. Dia pasti sangat senang mendengar tawaranmu nanti," ucap Wira sambil menggandeng tangan istrinya yang menjadi pusat perhatian para dokter dan perawat yang juga mengenal siapa Anna.

"Kenapa dokter Wira makin kelihatan mesra dengan pasiennya? Apakah mereka punya hubungan khusus?" tanya salah satu dokter perempuan.

"Biarkan saja...! Lagipula dokter Wira masih bujang dan setahu saya pasien yang bernama Hanna itu sudah menjanda cukup lama." Gosip mulai cepat menyebar di rumah sakit itu.

Agam yang sudah mengenal Anna cukup kaget dengan kedatangan Anna di rumah sakit itu.

"Selamat pagi nona Anna!" sapa asisten Agam santun.

"Pagi Agam. Apa kabarmu!" balas Anna seraya mengulurkan tangannya menjabat tangannya asisten Agam.

"Baik. Apakah nona Anna mau cek-up kesehatan?" tanya Agam basa-basi.

"Bukan. Aku ke sini ingin menggantikan pekerjaanmu sekaligus menemani suamiku agar tidak didatangi wanita-wanita jahat di masa lalunya," sarkas Anna sambil melirik Zidan yang sibuk melihat ponselnya.

"Maksud nona Anna kalau akan dipecat dari rumah sakit ini?" wajah Agam berubah sendu membuat Zidan dan Anna mengulum senyum mereka menahan tawa.

"Mana mungkin suamiku tega melakukan itu, Agam. Kamu tetap sangat dibutuhkan di rumah sakit ini, Agam karena tidak selamanya suamiku mengurus rumah sakit ini karena ia sendiri harus menjalani bisnisnya yang sudah lama ia tinggalkan," ucap Anna membuat Agam kembali lega.

"Alhamdulillah. Kirain saya di pecat," ucap Agam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aku hanya butuh waktu sepekan saja di sini Agam. Setelah situasi aman aku akan kembali ke perusahaanku. Mulai besok kamu boleh mengambil cuti untuk bersenang-senang.

Kami akan memberikan kamu bonus liburan ke mana saja kamu akan berlibur. Domestik atau mau ke luar negeri," ucap Zidan makin membuat Agam merasa mendapatkan durian runtuh.

"Masya Allah. Mimpi apa aku semalam bisa mendapatkan hari keberuntungan sebesar ini," ucap Agam seakan sedang bermimpi hingga ia mencubit pipinya sendiri.

"Auhhhghh sakit...!" pekik Agam membuat Anna dan Zidan terkekeh.

Setelah mengobrol beberapa hal penting, Agam diminta Zidan untuk menemui kliennya di salah satu hotel mewah di Jakarta. Dan Anna menduduki tempat Adam untuk sementara waktu.

Beberapa jam berlalu begitu cepat hingga muncullah sosok Vini yang memang sedang ditunggu Anna karena ingin memberikan peringatan kepada gadis itu secara tegas.

Karena Anna sudah pernah melihat wajah cantik Vini membuatnya cukup mudah untuk menyingkirkan saingannya itu.

"Akhirnya si ulat bulu muncul juga. Aku datang ke sini sangat tepat di momen yang tepat," batin Anna pura-pura sibuk dengan urusannya saat melihat kedatangan Vini yang bergaya sok dewasa dengan tas mewahnya yang disukai Anna.

"Selamat pagi nona...!" cegat Anna yang meja kerjanya di depan ruang kerjanya Zidan.

"Siang...!" acuh Vini hendak memutar gagang pintu ruang kerjanya Zidan.

"Tunggu sebentar...! Tolong jangan lancang masuk ke sini seakan rumah sakit ini milikmu," sarkas Anna.

"Tentu saja sebentar lagi akan menjadi milikku karena aku adalah calon istrinya Wira, CEO rumah sakit ini. Siapa kamu sebenarnya? Apakah kamu baru bekerja di sini. Oh baiklah...! Perkenalkan aku adalah calon istrinya Wira. Tolong jaga sikapmu atau kau akan aku pecat...!" ancam Vini dengan gertakan kecilnya agar Anna ketakutan di pecat.

"Begitukah? Rupanya ini wanita yang saat ini sedang mengejar suamiku padahal suamiku sudah menolaknya secara halus?" sarkas Anna sambil bersedekap.

"Apaaa...? Jadi kamu istrinya Wira?" sentak Vini.

"Bukan Wira tapi Zidan. Casing nya memang Wira tapi tubuhnya adalah suamiku berarti secara otomatis dialah suamiku yang sah yang sengaja dijodohkan denganmu karena ingatannya padaku saat itu hilang," tegas Anna menatap horor wajah Vini.

Deggggg....