Kisah Cinta Devanno dan Paula tidak berjalan mulus. Sang mama tidak setuju Devanno menikahi Paula yang bekerja sebagai waiters di sebuah diskotik. Sang mama berusaha memisahkan Devanno dan Paula. Ia mengirim Devanno ke luar negri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 25
Paula terdiam sesaat. Lalu menghela nafas kembali dan mengumpulkan kekuatan untuk menjawab pertanyaan David.
"Mas, aku mau menikah denganmu," ucapnya kemudian.
David menahan nafas. Akhirnya!
David benar-benar merasa senang dapat membantu Paula dengan pernikahan yang di tawarkannya itu.
Tapi ia juga merasa cemas menghadapi reaksi mamanya nanti. Cemas bukan karena memikirkan dirinya sendiri, tapi cemas yang di rasakannya untuk Paula.
Entah pikiran negatif apa yang akan muncul di kepala sang mama, kalau nanti mamanya mengetahui rencananya itu.
Belum lagi menghadapi pendapat papanya. Dan terutama menghadapi reaksi Devano.
Jangan-jangan adiknya itu akan menganggapnya telah menikungnya.
Gadis yang telah di tinggalkan oleh Devano entah dengan alasan apapun yang tak di ketahui itu, tiba-tiba menikah dengan kakak kandungnya.
Seolah ada penentangan pada David terhadap adiknya itu. Karena bisa saja Devano menganggapnya sengaja ingin menamparnya untuk memberinya pelajaran.
Tapi, itu semuanya hanya dugaan David saja. Apa yang akan terjadi esok atau lusa siapa yang tahu? kalau memang apa yang telah di pikirkannya itu terjadi, biarlah terjadi.
Sekarang ini yang terpenting baginya adalah segera membantu Paula. Sebab bayi dalam kandungannya akan terus membesar dan itu tidak bisa di hentikan. Itu artinya mereka sedang berpacu dengan waktu.
"Aku lega mendengar keputusanmu itu Paula! karena hanya pernikahan kita lah yang bisa menyelamatkanmu. Janin dalam kandunganmu itu akan terus tumbuh tak bisa di hentikan. Jadi menikah denganku adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini," kata David kemudian.
"Iya mas, aku juga berpendapat sama denganmu."
"Paula, kalau begitu aku akan mengatakan rencanaku ini pada kedua orang tuaku. Apapun reaksi mereka, akan ku hadapi dengan kepala dingin. Karena itu, aku juga mengharapkan hal yang sama denganmu. Jadi, jika orang tuaku mengatakan apa saja tentangmu, tolong jangan kamu masukkan dalam hati. Untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapi saat ini kita butuh pengorbanan. Setuju?"
"Karena aku menyadari dosa ku, aku harus setuju mas. Aku yang berbuat aku harus bertanggung jawab," sahut Paula.
"Sudahlah Paula, sekarang ini yang perlu adalah menyiapkan segala sesuatunya. Terutama persiapan mental kita semua. Dan soal bagaimana nanti pestanya itu bisa....,"
..."Asal kamu tahu ya mas, aku nggak mau ada pesta meriah di pernikahan kita nanti," Paula memotong ucapan David....
..."Kenapa?" tanya David."...
..."Aku nggak mau mengagetkan banyak orang mas. Apalagi pernikahan ini buru-buru, bayangkan saja pengantin pria yang berbeda, bukan pria yang selama ini jalan bersamaku. Itu akan menjadi gunjingan orang mas."...
..."Aku mengerti Paula. Aku setuju pernikahan kita akan di lakukan sesederhana mungkin," David paham akan situasi yang di hadapi Paula saat ini....
...Baik Paula maupun David sudah membayangkan hal yang paling buruk ketika mereka menghadapi reaksi kedua belah pihak keluarga....
Keduanya sama-sama menyadari, bahwa ketidak wajaran dari rencana pernikahan yang terburu-buru itu akan menimbulkan masalah di keluarga mereka.
Mereka mengakhiri panggilan telepon ini. Dan kembali ke dunia nyata yang harus mereka hadapi.
Terutama dari pihak keluarga David. Tapi, ketika bayangan-bayangan itu sudah menjelma menjadi kenyataan, memang terasa sangat berat untuk di hadapi.
Kalau saja David dan Paula tidak memiliki kekuatan mental, pasti semua rencana itu sudah hancur berantakan.
Dalam hal ini, David yang biasanya agak lemah daya juangnya, kali ini patut di beri acungan jempol setinggi-tingginya. Badai yang terjadi di rumahnya ia hadapi dengan tegar. Ia mengungkapkan recananya untuk menikahi Paula pada keluarganya.
"David!! kamu itu bodoh sekali! kemana saja otakmu? apa kamu nggak tahu kalau gadis itu cewek matre yang hanya menginginkan hartamu?" sembur nyonya Gayatri dengan kemarahan yang luar biasa saat David mengungkapkan keinginannya saat itu.
"Enggak ma, aku nggak berpikir seperti itu karena kenyataannya memang Paula bukan gadis yang seperti mama katakan," jawab David dengan tegas.
"Kamu sama aja dengan Devano! buta karena terpikat oleh kecantikan gadis itu!" nyonya Gayatri menggebrak meja, lalu melempar vas bunga mahal yang ada di atas meja itu hingga hancur berkeping-keping.
"Semua yang mama tuduhkan pada Paula itu nggak benar mah, Paula gadis baik-baik," David terus membantah sang mama.
"Sejak awal, mama udah melihat ketamakannya. Tapi mama kira, dia nggak akan berani bertindak terlalu jauh. Ternyata mama salah. Ketamakannya udah sangat merasuk dalam hati dan jiwanya, sampai-sampai gadis itu nggak tahu malu lagi. Gagal memikat Devano malah ganti menjerat kakaknya yang bodoh!" omel nyonya Gayatri.
"Pendapat mama yang demikian itu adalah salah besar. Paula nggak memikatku, apalagi menjeratku. Akulah yang menginginkan dia menjadi istriku ma," David menentang perkataan mamanya dengan berani.
"Wah, pasti dia kegirangan sekali waktu mendengar lamaranmu itu. Karena memang itulah yang di inginkannya. Mencari suami yang kaya-raya entah siapapun orangnya. Dan betapa beruntungnya dia, karena siapapun orang kaya yang di inginkannya menjadi suaminya itu ternyata seorang pria muda yang tampan," sambil berkata begitu, nyonya Gayatri melamparkan gelas kaca yang berisi air itu hingga pecah dan hancur.
Bersambung...
Semoga Paula bisa melewati masalah ini. Hrus bgt di support keluarga sih....
tidak semua waitress club malam itu berstatus wanita gampangan....keren....
Poor girl. Semoga Paula ttap bisa mmpertahankan bayinya. Tapi aku takut ngebayangin gimana reaksi ibunya Paula...
Ingat ya kamu habis ngapain sama Paula !! Jgn habis manis, sepah dibuang 😤😤