Kehidupan dewasa hendak dijalani Klein, tapi karena suatu hal, dia malah meninggal dan dipindahkan ke dunia lain. Siapa yang memindahkan Klein? Lalu apa tujuannya?
*Update setiap hari, jam 07:00 Wib.
Jika suka dengan karyaku, mungkin bisa dilike? hehe ... ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HuaHuaHuaCry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Tempat yang Memiliki Rasi Bintang Berbeda
Mereka berempat duduk di dalam kereta kuda bersama keheningan.
Cere Bella yang terus menatapnya, membuat Klein salah tingkah, Chaleristha pun juga ikut melakukan hal itu.
"Eum, Elizabeth, kemana kita akan pergi?" Klein bertanya untuk memecahkan keheningan.
"Kita akan pergi ke Gunung Bara Api, menurut informasi dari mata-mata ayah, di sanalah tempat bandit berkumpul, 5 yang terbesar."
Klein tahu letak Gunung Bara Api, jaraknya 5 hari perjalanan menggunakan kereta kuda. "Apakah mereka tahu keluargamu akan ke sana?"
"Memangnya kenapa jika mereka tahu?"
"Bukannya akan melarikan diri?"
Elizabeth menggeleng, "Keluargaku sudah lama berperang dengan bandit. Jika ada informasi bahwa Keluarga Glant ke sana, mereka justru akan menyambut kita."
"Menyambut?"
"Ya, dengan sihir dan anak panah." Cere Bella tiba-tiba masuk ke dalam percakapan.
"O-Oh ... apakah kekuatan kita cukup?"
"Sungguh? Kau bertanya seperti itu?" Elizabeth dan Chaleristha memandang Klein dengan aneh.
Klein sendiri salah tingkah karena ucapannya. "A-Apa?"
Kali ini, Chaleristha membuka mulutnya. "Dirimu, berasal darimana?"
Suaranya begitu lembut, mengalahkan kelembutan wanita dimanapun.
Klein terbius oleh suara itu, sampai air liur menetes dari mulutnya.
"Au!" Cubitan Elizabeth membuat Klein meringis kesakitan.
Cere Bella tertawa kecil melihat kejadian itu. "Jika pria berkuda di depan sana tahu kelakuanmu ini, kau sudah jadi daging panggang."
"Ma-Maaf ...."
"Jawab pertanyaanku." Chaleristha menegaskan.
"Aku ... aku dari tempat yang sangat jauh."
"Di mana?" Chaleristha kembali bertanya.
"Di tempat dengan rasi bintang yang berbeda."
Aura dingin keluar dari tubuh Chaleristha, matanya tajam menatap Klein. "Kau dari neraka?!"
Cere Bella segera menenangkan Chaleristha. Dengan sengatan listrik kecil, dia membuat Chaleristha menarik aura dinginnya kembali.
"Apa maksudmu?" Elizabeth waspada dan mengarahkan tombaknya pada Chaleristha.
Sementara Klein panik dan duduk di paling pojok. "Tentu saja tidak nona, apa kau pernah melihat penghuni neraka menggunakan baju ini?"
Chaleristha masih menatap tajam Klein, "Huh!" Dia mendengus, lalu mengalihkan pandangannya.
"Eliz, turunkan tombakmu."
Elizabeth mematuhinya.
Perjalanan kembali hening, Klein berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membuka mulut jika tidak ada yang mengajaknya bicara.
Elizabeth nampak ingin bicara, dia mencubit pelan lengan Klein.
"Ada apa nona?"
"Jika sudah sampai pos peristirahatan, aku ingin diajari teknik langkahmu, apakah boleh?"
Klein butuh waktu sebentar untuk tahu maksud Elizabeth. "Maksudmu footworkku dalam tinju?"
"Apakah itu namanya?"
"Bukan, di tempat kami, gerak kaki dalam olahraga disebut footwork. Bahkan, saat kau bertarung, setiap kaki yang kau gerakkan adalah footwork."
"Begitu ya? Tapi langkah kakimu berbeda. Gesit dan cepat, benar-benar tipeku untuk bertarung ...."
Klein menggeleng, "Elizabeth, kau tidak akan bisa menggunakan langkah cepat, jika tombak berat itu masih kau genggam."
Elizabeth nampak sedih, dan Cere Bella tersinggung. "Keluarga Glant adalah ahlinya langkah cepat, jangan sombong! Ajari adikku, atau kau akan mati!"
Lagi-lagi Klein dibuat ketakutan oleh para wanita itu. "Ah, ma-maksudku, akan kuajari dasar-dasarnya dulu, baru kau pertimbangkan."
"Benarkah?" Tanya Elizabeth dengan tatapan memohon.
"Tentu saja nona ...." Tatapan tajam Cere Bella membuat Klein tertunduk takut.
Klein sebenarnya ingin meminta Elizabeth untuk diajari Lightning Step, tapi dia ragu untuk bicara.
"Aku bisa membayarmu dengan apa?" Elizabeth paham sekali dengan gerak-gerik Klein.
Klein senang sekali mendengar itu, "Kau benar-benar malaikat!"
"Apa sih?" Elizabeth tertawa kecil dengan pipi yang memerah.
Setelah melihat hawa dingin dari Chaleristha, Klein sudah mantap untuk menjadikan Elizabeth istrinya.
"Aku akan membicarakan itu nanti ...."
....
Tidak terasa malam sudah datang, Rombongan Keluarga Glant berhenti di tengah hutan.
Constantinius memerintahkan untuk penjaganya memotong semua pohon dalam radius 1 kilometer.
Untuk dijadikan tempat persinggahan bagi para pengikutnya.
Bukan Keluarga Glant saja yang ikut perburuan, warga biasa pun diperbolehkan ikut, dan mencari peruntungan bisa berjodoh dengan anak angkat keluarga Glant, ataupun sekedar menikahi pelayan.
Klein membangun tenda bersama lelaki lainnya, karena disuruh pindah oleh Constantinius.
Kakak ipar Klein nampak masih sentimen dengannya. "Akhirnya selesai ...."
Setelah membangun tenda, Klein berkenalan dengan teman se-tendanya.
"Apakah kau penduduk asli kota Glant?" Klein bertanya dengan pria berambut panjang, yang rambutnya dikuncir ekor kuda.
"Ah, sebenarnya aku lahir di kota lain. Tapi saat ayahku bekerja di kota Glant, aku ikut dengannya, dan berakhir menjadi salah warganya."
"Haha, apa aku boleh tahu namamu?"
"Nama saya Blast, dan kau?"
"Aku Klein, salam kenal Blast." Klein senang karena bisa berteman dengan sebayanya.
Elizabeth yang datang menemui Klein ke tenda, membuat orang-orang di sana terkesima dengan kecantikannya.
Bukan dengan zirah besi, Elizabeth datang menggunakan baju kain, yang membuat sisi feminimnya keluar.
Kulit putih yang disinari cahaya bulan, membuat sosoknya benar-benar seperti malaikat.
"Klein, kau ingat dengan janjimu kan?"
Klein mengangguk, "Tunjukan aku tempatnya nona."
"Kau tidak perlu memanggilku nona, panggil saja Liz." Walaupun wajahnya datar, Elizabeth tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya.
Dengan senyuman kudanya, Klein menjawab, "Baiklah Liz."
"Siallllll!!!" Jeritan hati para lelaki di sana.
Blast menatap keduanya pergi yang perlahan semakin menjauh.
....
"Nona, bukannya ini terlalu jauh?" Klein menghitung jarak yang ditempuhnya, lebih dari 2 kilometer.
"Sudah kubilang, panggil aku Liz."
"Ah, iya Liz, bukannya ini terlalu jauh?"
"Aku tidak ingin diganggu oleh kakak-kakakku."
Mereka berhenti di tempat yang cukup kosong dan luas. Elizabeth tidak membawa tombaknya, karena hanya melatih langkah kaki.
"Ayo, ajari aku."
Klein menatap Liz untuk waktu yang cukup lama. Masa depan bersama gadis itu terlintas begitu saja di kepalanya.
"Hei!" Elizabeth marah sekaligus malu saat Klein menatapnya begitu dalam.
"Haha, maaf Liz, kau benar-benar indah, aku jadi terhipnotis."
"Sudahlah, cepat ajari aku."
Klein memperagakan posisi tinju. Dia bergerak maju, mundur, lalu ke kiri dan ke kanan.
Elizabeth yang melihat itu, sangat terkesan karena pergerakan Klein begitu alami, seperti veteran.
"Perhatikan langkah kakiku, Liz, itu adalah dasarnya."
"Baiklah," Elizabeth mencoba meniru Klein.
"Liz, trunkan tanganmu."
"Hm? Kenapa?" Elizabeth kebingungan.
"Tangan itu adalah senjataku dalam bertarung. Kau juga harus menyesuaikannya dengan senjatamu."
"Bayangkan kau sedang menggenggam tombak." Lanjut Klein.
"Oh ...." Dengan sedikit arahan dari Klein, Elizabeth berhasil memposisikan dirinya sedang menggenggam tombak.
Satu langkah, dua langkah, Elizabeth meniru pergerakan Klein. "Susah ...."
"Kau harus membiasakan itu, Liz."
Melihat Elizabeth yang kesusahan, menjadi kesenangan tersendiri bagi Klein. "Imut ...."
"Romantis sekali ya?"
Klein dan Elizabeth langsung waspada, mereka segera merapat.
"Siapa kau?" Klein berhasil menemukan di mana arah suara itu berada.
Sosok berjubah hitam, dengan sorot mata yang tajam. "Tidak kusangka, aku bisa membunuh putri bungsu semudah ini. Oh tuhan, terimalah pengorbanan dariku!"
Sosok itu melesat dengan cepat. Tangannya mengeluarkan api panas, yang diarahkan pada Elizabeth.
Klein menggendong Elizabeth, dan menghindari serangan sosok itu.
"Klein! Hati-hati, dia bandit!"
"Kaukah itu?" Wajah Klein nampak menggelap.
Sementara, sosok berjubah hitam terkejut dengan pergerakan cepat Klein.
"Haha, aku sudah menyangkanya, orang asing yang dekat dengan putri bungsu? Pasti bukan orang biasa."
"Analisa."
[Nama: Blast Horth]
[Power: 250]
[Endurance: 100]
[Agility: 300]
____________________