Karena permasalahan keluarganya membuat Ciara terpaksa harus bekerja di kantor milik Hassel, seorang CEO Arogant yang memiliki penyakit aneh yaitu dia akan merasa kesakitan apabila bersentuhan kulit dengan perempuan.
Ciara tak sengaja melihat informasi lowongan pekerjaan di internet yang berisikan tentang Hassel yang sedang membutuhkan seorang asisten pribadi. Namun sayangnya di perusahaan yang Hassel pimpin tidak menerima karyawan perempuan di bidang manapun.
Demi bisa membantu keluarganya terpaksa Ciara harus menyamar menjadi seorang laki-laki agar Ia bisa bekerja di kantor Hassel.
____
"Pak, lepasin Pak kita sama-sama cowok gak pantes kaya gini." Ciara meronta-ronta minta dilepaskan namun, Hassel malah memeluknya semakin erat.
"Saya Hassel William Nagasa menyatakan bahwa diri saya seorang gay karena menyukai Taraka Aidri Rivano."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naacha_Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Tidak Jelas
Setelah seharian kerja akhirnya Hassel dapat beristirahat juga. Tanpa Tara disisinya Hassel benar-benar merasa kewalahan apalagi saat Ia meeting di luar dan bertemu dengan perempuan-perempuan yang ambis ingin menyentuhnya.
Hassel memegang dadanya yang terasa berdetak tak beraturan namun kali ini bukan karena sentuhan perempuan yang menyakitkan itu, detakan yang Ia rasakan kali ini rasanya bahagia.
Seulas senyuman terbit dari bibirnya.
"Kangen juga sama tuh orang. Udah enam hari gue gak ketemu dia." Gumam Hassel.
"Ah, aku tau kakak cinlok, kan sama Tara gara-gara tadi malem?"
Hassel menggeleng keras saat teringat ledekan Haven beberapa hari lalu kepadanya.
"Enggak! Gue normal. Gue gak suka! Gak! Gak suka! Walaupun prinsip gue gak nikah seumur hidup tapi bukan berarti gue gay." Hassel berusaha menyangkal perasaannya.
"Gue cuma butuh dia buat jadi tameng dari cewek-cewek itu." Hassel mengangguk dengan serius.
Dreet... Dreet...
Hassel buru-buru meraih handphonenya. Tanpa sadar Ia tersenyum cukup lebar saat mendapati nama Tara tertera di layar handphonenya.
Hassel berdekhem berusaha tetap cool sebelum akhirnya mengangkat telepon.
"Hallo Pak."
"Ada apa?" Tanya Hassel dengan suara sok cool.
"Yang ramah dikit kek Pak."
"Cepetan ngomong ada apa?!"
"Iya-iya. Mmm... Pak saya besok masuk kerja ya?"
"Terserah!"
"Yeeek Bapak. Yaudah besok saya kerja jadi gaji saya jangan di potong banyak-banyak ya Pak."
Hassel menggerakkan satu alisnya mendengar itu. Padahal Hassel sama sekali tidak ada niatan untuk memotong gaji Ciara. Walaupun memang peraturan kantor jika izin sakit 1 minggu lebih maka gaji akan dipotong 2%. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Ciara yang telah berjasa banyak untuk Hassel walaupun terkadang Hassel gengsi untuk mengakuinya.
"Iya." Balas Hassel singkat sebelum akhirnya mematikan panggilan telepon sepihak.
"Yessss." Hassel jingkrak-jingkrak tidak jelas.
Ia terdiam sejenak merasa ada yang aneh dengannya. "Apaan dah gue jadi seneng begini? Gak jelas banget!" Hassel menggeleng keras.
****
Ciara kembali memasuki ruangan rawat inap abangnya setelah dirinya selesai menelpon sang bos.
"Lahap banget makannya." Ciara tersenyum melihat abangnya sedang menikmati makanannya.
"Udah hampir 1 bulan Abang gak makan."
"Kan ada infus. Sama aja Abang makan."
"Mana kenyang."
Ciara mendudukkan dirinya di kursi dekat brankar sang Abang sambil memperhatikan abangnya makan.
"Cici seneng banget liat Abang bisa lahap makan lagi kaya gini. Bertahan lebih lama lagi ya Bang, Cici masih butuh Abang." Ciara menatap abangnya lirih.
"Kamu ngomong apa si. Orang Abang selalu disini kok." Dengan gemas Rivan menarik hidung mancung Ciara.
Ciara mencebikan bibirnya seraya menyenderkan kepalanya pada pundak sang Abang. "Cici kangen kumpul lengkap kaya dulu lagi. Cici pengen Ayah sama Bunda cepet pulang." Celotehnya.
"Yang sabar. Ayah sama Bunda kan pergi juga demi kita. Mereka sedang berusaha untuk mengembangkan usaha mereka untuk mencari uang yang banyak buat kita." Ciara mengangguk-angguk sambil terisak.
"Udah, jangan nangis. Ada Abang di sini." Rivan mencium pucuk kepala sang adik dengan lembut.
"Abang makannya udah hmm?" Ciara menegakkan kepalanya.
"Udah."
"Cici pinggirin dulu mejanya." Ciara pun meminggirkan meja khusus makan pasien dari depan Rivan.
Setelahnya Ciara pun kembali duduk dan memeluk pinggang sang abang sambil kepalanya berbaring di atas dada bidang laki-laki itu.
Rivan tersenyum geli melihat betapa manjanya adik bungsunya itu. Tangannya terarah untuk mengelus pucuk kepala sang adik. Rivan dapat mendengar deru nafas sang adik yang sudah mulai beraturan dengan dengkuran kecil.
"Sehat-sehat ya Ci. Abang sayang sama Cici."
gay gaeeeessssssss😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
semoga gk ada paparazi yg melihat kejadian sosor menyosor dan sesi tamparan td...bisa geger geden🙄😬🤧🤭
kutunggu up nya thor💜
otw nikaaahhh🤣