Luka Hati

Semalaman Ario duduk di teras rumah ibu Ratna dan hujan juga turun dengan derasnya yang membuat Ario kebasahan terkena tempias air hujan yang turun malam itu.

Ario juga mulai bersin - bersin dan mulai menggigil menahan dinginnya malam. Mbok Siti yang menemani ibu Ratna dirumah itu memberi tahukan bahwa Ario masih belum juga pulang pada ibu Ratna.

Ibu Ratna yang mengetahui itu hanya tersenyum sinis dan melihat dari balik jendela, Ario yang kedinginan dan mulai bersin - bersin.

Jauh di lubuk hati ibu Ratna sebenarnya kagum dengan kegigihan Ario tapi rasa bencinya terhadap Ario sangat membara dan tidak bisa dia hilangkan mengingat kesalahan Ario pada Kanaya putri nya.

" Ibu apa tidak sebaiknya pemuda yang di luar itu disuruh masuk saja? Kasihan Bu dia sudah basah kuyup dan dia akan demam tinggi jika dibiarkan di luar karena menggigil kedinginan." kata mbok Siti yang mencoba menjelaskan pada majikannya namun ibu Ratna sang majikan tidak juga mau bersimpati untuk Ario.

" Saya tidak suruh dia di situ , saya suruh dia pergi kalau dia sampai sakit saya tidak perduli karena itu salah dia sendiri. Jadi, saya tidak perlu bertanggung jawab atas dirinya." ibu Ratna kembali tidur.

Sementara mbok Siti tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena dia bukan tuan rumah dan hanya bisa menuruti perintah majikannya. Sebenarnya mbok Siti tidak tega melihat Ario yang kedinginan diluar.

Mbok Siti pergi ke belakang dan mengambil kan handuk dan juga selimut untuk Ario " Mas ini."

" Terimakasih Bu." jawab Ario tersenyum dan mengambil handuk dan selimut yang ditawarkan oleh mbok Siti.

" Jangan panggil saya Ibu... panggil saja saya mbok Siti." mbok Siti tersenyum pada Ario.

" Ohh baik terimakasih mbok Siti.. Perkenalkan nama saya Ario." Ario memperkenalkan diri nya pada mbok Siti dengan ramah seraya mengulurkan tangannya dan mbok Siti membalas uluran tangan Ario.

" Ya sudah ya mas saya masuk dulu takut ibu Ratna bangun dan malah memarahi saya." mbok Siti pergi dari teras rumah minimalis itu dan langsung ke kamar nya untuk tidur.

Semalaman sudah berlalu dan azan subuh berkumandang dan Ario juga sudah terbangun.

Sewaktu Ario kebingungan akan mengambil air wudhu, mbok Siti keluar untuk menyapu teras.

" Assalamualaikum mbok Siti." sapa Ario pada asisten rumah tangga itu.

" Waalaikumsalam mas Ario." jawab mbok Siti ramah.

" Mbok saya mau sholat subuh... Saya mau ambil air wudhu." Ario tersenyum pada mbok Siti.

" Aduh bagaimana ya mas saya takut nanti ibu Ratna marah kalau mas masuk ke dalam." mbok Siti bingung harus bagaimana dia takut ketahuan oleh ibu Ratna tapi dilain sisi dia takut oleh Allah karena tidak mempermudah langkah hambanya untuk beribadah kepada Allah.

" Saya hanya sebentar kok mbok setelah saya ambil air wudhu saya langsung keluar mbok." Ario menjelaskan bahwa Ario tidak akan membuat mbok Siti terkena amarah ibu Ratna.

" Ok kalau begitu setelah mas ambil air wudhu mas sholat nya di teras saja ya mas!" mbok Siti mengingatkan Ario dan Ario mengangguk.

" Iya mbok pasti mbok tidak perlu kuatir."

" Mari mas ikut saya biar saya tunjukkan ambil air wudhu nya dimana." mbok Siti berjalan ke dalam rumah dan di ikuti oleh Ario.

Setelah mengambil air wudhu Ario segera kembali ke teras dan melaksanakan sholat subuh. Tanpa Ario sadar ibu Ratna memperhatikan Ario dari balik jendela dan ibu Ratna yang melihat itu menjadi luluh dan dia percaya apa yang dikatakan Ario semalam bahwasanya kejadian itu diluar kendali Ario. Karena melihat sosok Ario yang sholeh tidak mungkin dia berbuat itu dengan sengaja tanpa alasan yang kuat.

Setelah selesai sholat Ario kembali duduk di kursi yang ada di teras rumah itu.

Jam sudah menunjukkan jam tujuh pagi dan saatnya ibu Ratna sarapan pagi dan tentu saja di temani oleh mbok Siti.

" Siti kamu panggil anak muda itu untuk ikut sarapan pagi dengan kita." titah ibu Ratna pada asisten rumah tangga yang sudah dia anggap seperti keluarga itu.

" Beneran Bu?" mbok Siti seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh ibu Ratna.

" Iya benar lah masa iya saya main - main... Ya sudah cepat panggil sebelum saya berubah pikiran." ancam ibu Ratna dan mbok Siti yang mendengar itu langsung pergi ke teras dan memanggil Ario.

" Mas di suruh ibu ke dalam sarapan." kata mbok Siti.

" Mbok tidak bohong?" Ario seakan ragu kalau apa yang dia dengar itu salah.

" Iya mas saya tidak bohong mas ... Ayok sebelum ibu marah." kata mbok Siti lagi.

" Baik mbok." Ario mengikuti mbok Siti ke ruang makan dan disana sudah ada sosok ibu Ratna yang sedang menikmati sarapan pagi nya.

" Assalamualaikum ibu." sapa Ario pada ibu Ratna yang masih terlihat acuh pada Ario.

" Waalaikumsalam silahkan duduk dan nikmati sarapan ala kadarnya ini, karena makanan ini tidak semewah makanan yang ada dirumah kamu. Ini hanya makanan kampung." kata ibu Ratna dengan nada datar tanpa emosi.

" Saya juga suka makanan seperti ini kok Bu , saya malah lebih senang masak kan nasional dari pada makanan luar negeri." kata Ario sambil tersenyum namun ibu Ratna tidak bergeming dan terus menikmati sarapannya.

Sebelum Ario juga mulai menikmati sarapannya Ario berdoa dan lagi - lagi ibu Ratna semakin tertegun pada sosok Ario yang sangat baik dan sholeh.

" Ibu sarapan saya sudah habis saya minta izin dulu." kata Ario sambil tersenyum.

" Jangan panggil saya ibu ... Panggil saya dengan sebutan Mama." pinta ibu Ratna pada Ario.

" Maksud nya?" kata Ario tidak mengerti.

" Saya mau menjadi mama mertua kamu." kata ibu Ratna pada Ario.

" Jadi maksud nya ibu memberikan saya restu untuk menikah dengan Kanaya?" Ario tidak percaya kalau akhirnya ibu Ratna merestui hubungan antara Ario dan Kanaya.

" Iya ... Atau kamu mau saya tarik lagi kata - kata saya?" ancam ibu Ratna.

" Tidak Ibu ehh maksudnya Mama saya tidak mau Mama menarik kata - kata Mama." Ario memeluk tubuh ibu Ratna.

" Iya tapi ada syaratnya Ario."

" Syarat? Syarat apa Ma?" Ario gusar takut syarat yang diinginkan oleh ibu Ratna itu berat.

" Kamu harus menikah dengan Kanaya minggu depan dan jika tidak maka saya akan menarik kembali restu saya." kembali ibu Ratna mengancam Ario.

" Baik Ma, hari ini aku akan kembali kerumah dan akan memberi tahukan pada orang tua aku ke ibu untuk minta Kanaya secara resmi dan kita buat pesta besar."

" Mama tidak mau pakai acara lamaran Mama mau kamu bawa ke rumah Mama orang tua kamu dan menikah dengan Kanaya, karena niat yang baik tidak perlu ditunda - tunda. Setelah kamu resmi menjadi suami Kanaya baru terserah kamu mau buat pesta besar atau apa pun itu." ibu Ratna mengatakan itu karena ibu Ratna tidak mau kalau nanti Ario berubah pikiran.

" Baik Ma kalau begitu saya permisi dulu assalamualaikum." Ario bersalaman dan mencium punggung tangan ibu Ratna.

" Waalaikumsalam." jawab ibu Ratna dengan tulus dan senyum bahagia.