Bagaimana rasanya ketika semua orang yang kau cintai mengkhianatimu dan memilih untuk mengorbankan dirimu untuk orang lain? Itulah yang dialami oleh Viviane
Camellia Eilidh, putri pertama dari kekaisaran Eilidh yang dituduh oleh tuduhan palsu dengan mencoba membunuh kaisar dengan memberinya Racun. Sebagai hukumannya, ia dihukum mati dan dijadikan tumbal untuk ritual persembahan pada Dewa Sonne atau Dewa Matahari. Saat ditengah keputusasaan yang melanda dirinya, ia mengucapkan kata-kata yang penuh akan kemarahan.
"JIKA DEWA MATAHARI MEMANG ADA, MAKA AKU AKAN MEMBUKTIKAN PADA KALIAN SEMUA BAHWA BUKAN AKU YANG SEHARUSNYA BERADA DI SINI, MELAINKAN PUTRI EMIRA YANG KALIAN CINTAI ITU DAN AKU PASTI MEMBALASKAN KETIDAKADILAN PADA KALIAN SEMUA!!!"
Kata-kata itulah yang terakhir diucapkan oleh Viviane sampai saat ia membuka matanya dan menyadari bahwa ia kembali ke masa lalu lebih tepatnya saat ia berumur lima tahun, "Dengan kesempatan kedua ini, aku akan membalas kalian semua!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putry Randolph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29-PERTANDINGAN BERBURU PART I
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, yaitu pertandingan berburu. Aku di bangunkan oleh Diana pagi-pagi sekali untuk menyiapkan diriku. Hmm.... Padahal kan berdandan itu tidak perlu berjam-jam bukan? Tapi Diana bersikeras ingin membuatku tampil menawan di depan semua orang karena ini adalah acara pertama yang ku ikuti dan juga hari pertama kali aku bisa keluar dari istana.
Selama berjam-jam Diana yang di bantu oleh para pelayan pun membantuku bersiap-siap. Kali ini aku tidak memakai gaun mainkan setelan berwarna biru navy dengan ornamen khas para kesatria berwarna emas dan juga jubah yang senada dengan setelan yang ku pakai, sepatuku sendiri adalah sepatu bot panjang berhak pendek berwarna putih. Rambutku sendiri di ikat pony tail simple dengan ikat rambut pita biru navy yang cukup panjang.
Dalam pertandingan berburu ini, anggota perempuan keluarga Kekaisaran memang di wajibkan memakai setelan ini. Aku sendiri tidak terlalu mengerti dengan alasannya kenapa, tetapi saat aku menanyakannya kepada Guru Agnes beliau menjawab hal ini di lakukan untuk menghormati para pria di kalangan bangsawan yang mengikuti pertandingan berburu ini. Hal ini memang sudah di sejak dahulu kala.
Aku juga sebenarnya tidak merasa keberatan sama sekali karena aku juga menyukai tampilan yang seperti ini. Rasanya sangat nyaman di bandingkan dengan memakai setelan gaun yang memiliki banyak aksesoris sana-sini dan memang cukup berat. Di kehidupan sebelumnya aku pun menikmati setiap aku memakai setelan ini saat pertandingan berburu ini, apalagi aku sekarang merasa terbiasa memakai setelan ini karena setiap aku latihan berpedang, aku juga memakai setelan seperti ini namun tentunya lebih simpel tanpa ornamen-ornamen penghias ini ya.
Belum lagi selain terasa simpel namun tetap elegan, setelan ini membuatku bisa bergerak lebih bebas lagi. Makanya aku menyukai setelan seperti ini. Namun yang membuatku keberatan tentunya persiapan yang begitu lama ini, padahal kan aku hanya memakai pakaian yang simpel seperti ini, tapi persiapan yang di lakukan hampir sama dengan memakai set gaun yang glamor nan mewah yang biasa ku pakai saat pesta.
Sebelum masuk acara aku sudah merasa lelah....
"VIVI!!!!"
Aku langsung menoleh dan melihat Pangeran Blaze yang sedang berlari kecil menghampiriku dengan senyuman lebarnya. Ia juga memakai setelan yang sama denganku namun berwarna putih dengan ornamen emas dan sepatu berwarna hitam.
"Ayo kita pergi bersama!" Ajak Pangeran Blaze dengan penuh semangat seperti biasanya.
Aku pun mengangguk dan dengan cepat Pangeran Blaze menggenggam tanganku. Kami berjalan beriringan sampai di depan Istana Utama atau Istana Sonne.
Kami berdua melihat sudah ada Ibu, Kaisar, Putra Mahkota Castor, Pangeran Helios, beberapa prajurit dan juga beberapa pelayan sudah berkumpul di sana. Terlihat juga ada tiga kereta kuda tanpa atap yang akan mengantarkan kami semua alias anggota keluarga Kekaisaran ke hutan Nature yang merupakan tempat di adakannya pertandingan berburu ini.
Mataku menemukan sosok wanita simpanan Kaisar alias Kayla yang berdiri di dekat Kaisar dan bertingkat layaknya pelayan pada umumnya. Namun rasanya jarak di antara dirinya dan Kaisar terlihat lebih dekat lagi. Astaga... Dia sepertinya mulai berani padahal di sana ada Ibu yang berdiri di samping Kaisar. Apa mungkin dia berpikir aman karena dia merupakan pelayan pribadi Kaisar?
Tiba-tiba aku merasakan genggaman tangan dari Pangeran Blaze mengerat dan membuatku merasa terkejut lalu langsung mendongakkan kepalaku untuk menatap wajah Pangeran Blaze. Aku tertegun dengan ekspresi yang ia tampakkan saat ini, rahangnya mengeras dan wajahnya pun terlihat menahan amarah sambil menatap lurus ke depan. Padahal Pangeran Blaze sendiri adalah orang yang jarang marah.
Apa yang membuatnya begitu marah seperti itu?
Tanpa sadar aku pun menggerakkan tanganku lalu mengeratkan genggamanku pada tangannya, Pangeran Blaze tampak tersentak kaget dan tersadar lalu menatap ke arahku.
"Kakak baik-baik saja?" Tanyaku dengan pelan.
Pangeran Blaze pun tampak begitu gelagapan, "A-- aku baik-baik saja kok, Vivi! Cuman agak tegang saja dengan pertandingan berburu ini. Jangan khawatir ya, ahahaha"
Pangeran Blaze pun tertawa canggung. Apa memang karena tegang karena pertandingan berburu ini? Padahal setiap ia latihan berpedang, ia selalu tampak percaya diri. Apa Pangeran Blaze berbohong dengan alasan yang seperti itu?
Oh! Vivi dan Blaze juga sudah datang?"
Aku dan Pangeran Blaze pun serentak menatap ke arah Putra Mahkota yang berjalan ke arah kami berdua di ikuti oleh Ibu, Kaisar dan Pangeran Helios yang berjalan di belakangnya.Baik Kaisar, Putra Mahkota Castor dan juga Pangeran Helios memakai setelan yang sama dengan dengan Pangeran Blaze (meski punya Kaisar memilliki ornamen yang lebih banyak) sementara Ibu juga memakai setelan yang sama persis denganku, namun rambutnya tampak ia biarkan terurai begitu saja.
"Ehem! Vivi duduk di kereta bersamaku saja, sementara Blaze bersama Helios" Kata Putra Mahkota Castor dengan tiba-tiba yang langsung saja di protes keras oleh Pangeran Blaze.
"Kak Castor curang! Aku yang akan bersama Vivi! Kan aku yang menjemputnya!' Protes Pangeran Blaze sambil menatap kesal ke arah Putra Mahkota Castor.
"Jangan tamak Blaze, aku sudah lama tidak bersama Vivi karena sibuk dengan pelajaran dan tugas-tugasku belum lagi sekarang Vivi juga sibuk dengan seluruh pelajarannya sekarang. Sementara kau sering bertemu dengan Vivi saat berlatih pedang bersama Duke Allison!' Kata Putra Mahkota Castor dengan tegas. Namun aku bisa mendengar ada nada kesal di suaranya.
"Tapi kan--"
"Sudahlah Blaze, kamu mengalah sama Kakakmu dulu ya" Putus Ibu pada akhirnya.
Wajah Pangeran Blaze pun tampak langsung cemberut, ia pun melepaskan genggamannya dari tanganku dengan lembut lalu dengan kesal ia melangkah ke arah kereta kuda ketika alias yang paling terakhir dan langsung melompat ke kereta itu lalu duduk sambil bersidekap dengan wajah yang masih cemberut.
"Astaga anak itu..." Desah Kaisar sambil memegang kepalanya dengan tangan kanannya lalu menggeleng-gelengkan nya dengan pelan.
Sementara itu Ibu terlihat terkekeh kecil dan Pangeran Helios yang menghela nafas.
"Dasar bocah..." Gumam Pangeran Helios.
"Loh, Kak Helios juga kan masih kecil, masih sebelas tahun kan?" Celetukku tiba-tiba dan membuat dia langsung membeku dan berdiri kaku.
Putra Mahkota tampak menahan tawanya habis-habisan sementara Ibu pun akhirnya melepas tawanya.
"Astaga... Vivi, kamu benar sayang..." Kata Ibu di sela tawanya.
Wajah Pangeran Helios pun tampak memerah, "Su--sudahlah! Aku duluan naik!"
Dengan langkah cepat ia pun menghampiri Pangeran Blaze di kereta kuda ke tiga dan duduk di sebelahnya.
Tiba-tiba saja aku merasa tubuhku di angkat dan aku pun menyadari Putra Mahkota lah yang melakukannya dan menggendongku dengan lembut.
"Sekarang giliran kita yang naik" Kata Putra Mahkota Castor dengan senyuman lembutnya.
Aku pun mengangguk pelan lalu Putra Mahkota Castor pun berjalan pelan menuju ke kereta kuda kedua dan dengan lihainya ia melompat tinggi dan mendarat mulus di atas kereta kuda yang berada di urutan kedua ini. Lalu kami berdua pun duduk bersebelahan dan menatap ke arah Ibu dan juga Kaisar yang sudah berjalan menuju kereta kuda mereka yang berada di posisi urutan pertama. Dengan lembut Kaisar mengulurkan tangannya untuk membantu Ibu menaiki kereta kuda dan Ibu menerima uluran tangan itu.
Mataku pun memicing ketika samar-samar aku melihat tanda-tanda merah yang cukup banyak ada di leher Ibu saat rambutnya sedikit tersingkap saat naik kereta kuda.
Apa itu...? Apa Ibu terluka? Kenapa banyak tanda merah di lehernya?