“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 Trust
Melvin bersikap seolah dirinya adalah kekasih Disra yang marah karena pacarnya makan malam dengan pria lain.
Disra hanya menatap jengkel pada Melvin yang sedang menyantap makan malamnya. Dia terpaksa menemani pria itu, karena tak ingin berdebat.
"Kau tidak mau makan?" tanya Melvin.
"Aku sudah bilang, aku sudah kenyang," jawab Disra.
"Makan lagi, tubuh mu kurus seperti tak diberi makan. Nanti dikira orang, aku tidak mensejahterakan karyawanku," jelas Melvin.
"Aku sudah makan banyak tadi," tolak Disra.
Melvin hanya bisa mengelus dada. Dia berpikir, Disra keras kepala karena menolak untuk makan. Namun, siapa yang sebenarnya keras kepala?
Disra benar-benar hanya menemani Melvin makan malam, dia hanya meminum air putih. Meskipun tak banyak interaksi. Namun, sudah membuat Melvin cukup senang.
Disra masuk ke dalam kamarnya setelah menemani Melvin makan malam. Dia harus tidur cukup untuk menyambut hari esok.
Tim Disra kembali menemui klien dan menjelaskan perubahan progam yang mereka buat. Mengusulkan dan bukan memaksa. Kliennya sangat senang karena diberi masukan dan pada akhirnya menerima dengan hangat.
Namun sayang, klien mereka tidak bersedia melaksanakan training pada hari yang sama karena bertepatan dengan ulang tahun perusahaan mereka.
Tim Disra pun diundang di acara malam ulang tahun perusahaan tersebut.
Bambang menyenggol bahu Juli. "Jul, gua pulang duluan boleh? Anak gua besok mau tanding, gua udah janji dari lama untuk nemenin dia tanding."
"Loe nggak ikut undangan klien?” tanya Juli.
“Nggak. Tapi gua ragu, dapat izin nggak ya? Soalnya, gua pikir kita bisa pulang kemarin, nggak tahunya malah ditahan,” keluh Bambang. "Takut nggak diijinkan, soalnya alasannya nggak urgent!"
“Ya udah, loe pulang aja. Biar gua jelasin ke Pak Peter. Lagian, training doang. Satu orang juga bisa, nanti kita buat modul dan video tutorial-nya juga. Ada Disra juga yang menemani,” celoteh Juli.
“Tapi gua tetap izin sama Pak Peter, nggak enak soalnya kalau pulang gitu aja. Mana Pak Bagas nggak keliahatan batang hidungnya lagi," dengus Bambang.
“Dia udah balik kemarin, cuma sebentar doank dia mah," sahut Juli.
“Lah, dia bahkan nggak lihat kita presentasi ke klien. Malah Pak Peter yang dateng. By the way, Pak Peter nemenin kita sampai selesai memberi training, gitu?” tanya Bambang.
“Mana gua tau,” jelas Juli.
“Temenin gua izin ya?” pinta Bambang.
Bambang dan Juli meminta izin pada Peter dan mengatakan alasan sejujurnya untuk menemani anaknya tanding taekwondo. Tak menyangka Peter begitu mudah menginzinkan Bambang kembali ke Indonesia.
Bambang langsung memesan penerbangan sore itu juga. Tidak ada yang mengantarnya ke bandara. Disra, Melvin dan Juli bersiap untuk menghadri pesta ulang tahun perusahaan klien.
Ulang tahun yang diadakan di sebuah hotel besar. Panggung megah terpampang, meskipun termasuk perusahaan menengah. Namun, menurut Disra sudah merupakan perusahaan besar.
Sambutan dari para petinggi yang berdialog dengan menggunakan bahasa Thai, membuat Disra hanya menahan kantuk. Dirinya tak mengerti apa yang diucapkan. Beruntung, terkadang beberapa petinggi ada yang mengunakan bahasa inggris. Setidaknya, Disra lebih mengerti. Meskipun, dirinya tak begitu fasih. Namun, dia masih memahami jika orang berbicara dalam bahasa inggris.
Melvin terkadang berbincang dengan salah satu petinggi dari perusahaan tersebut. Acara terus berlangsung. Pegumuman penghargaan karyawan terbaik diumumkan, berbagai reward didapat oleh para karyawan terbaik.
Setelah pengumuman best employment, beberapa artis menyanyikan lagu untuk menghibur para karyawan. Hingga malam semakin dingin, puncak acara pun telah usai.
Melvin, Disra dan Juli berada dalam satu mobil menuju hotel. Ponsel Juli berdering, dia meminta izin pada Melvin untuk mengangkat teleponnya.
“Hallo?” ujar Juli.
“Mas, si dede sakit. Aku lagi di IGD, nunggu hasil tes darah untuk masuk ke NICU,” terang istri Juli dari seberang telepon.
“Kok bisa, emang kenapa?” tanya Juli panik.
Juli mendengar dengan seksama cerita istrinya. Istri juli baru melahirkan tiga minggu dan kini anak mereka tersedak asi hingga membuat bayi mereka di larikan ke rumah sakit. Istrinya bercerita sembari menangis.
Mereka tidak memiliki sanak saudara, karena Juli dan istrinya adalah anak rantau. Hingga, istri Juli mengurus segala sesuatu sendiri. Juli ingin segera pulang, tak tega dengan istrinya yang sebenarnya pun belum pulih pasca melahirkan cesar.
“Pak Peter, bagaimana ini? Anak saya masuk rumah sakit,” jelas Juli panik.
“Kenapa?” tanya Melvin tenang. Disra ikut panik dan penasaran melihat Juli yang tampak kacau.
“Tadi istri saya bilang, bayi kami tersedak asi saat menyusui. Anak saya seperti kesulitan bernapas, wajahnya membiru. Jadi, dibawa istri saya ke rumah sakit dan diharuskan dirawat. Sekarang lagi di IGD nunggu hasil tes bilirubin. Kemarin, bayi saya sempat kuning. Namun, tidak perlu sampai mendapat blue light therapy. Di rumah sakit tersebut blue light tak tersedia karena banyaknya bayi yang dirawat dengan mengharuskan mendapat perawatan blue light. Kalau hasil tes bilirubin bayi saya normal, anak saya bisa langsung masuk ke NICU tanpa blue light tersebut. Tapi, kalau hasil tes bilirubin tinggi. Maka, anak saya akan di over ke rumah sakit lain yang masih tersedia blue light therapy,” papar Juli.
Juli menjelaskan tanpa melebih-lebihkan cerita. Ya, anak pada bayi baru lahir, kadar bilirubin normal seharusnya di bawah 5 mg/dL. Namun, tidak sedikit bayi baru lahir yang memiliki kadar bilirubin melebihi kadar tersebut. Untuk sebagian kasus ringan pada bayi baru lahir, tidak dibutuhkan terapi khusus atau tindakan medis.
Bayi Juli memiliki kadar bilirubin sampai 12 mg/dL namun masih dianggap normal. Bayi tidak perlu diberi apa-apa, cukup dijemur pada pagi hari serta banyak diberi air susu ibu (ASI). Meskipun demikian, bayi tetap harus dipantau.
Karena itu, dokter sebelum memutuskan bayi Juli di rawat di NICU, dia harus melakukan tes bilirubin agar tepat penangan. Jika bayi Juli memiliki jumlah bilirubin yang tinggi maka memerlukan blue light therapy.
“Kalau begitu, pulanglah. Temani anak dan istrimu,” jawab Melvin tanpa pikir panjang.
Juli hanya menatap haru pada Melvin. “Bolehkan? Besok ada jadwal training ke klien,” ujar Juli.
Dia tak ingin lepas tanggung jawab. Terlebih lagi Bambang sudah terlebih dulu izin pulang, mungkin saat ini, temannya itu sudah di dalam pesawat.
“Jika terjadi sesuatu buruk padamu atau keluargamu. Aku hanya akan bisa mengucapkan bela sungkawa dan hanya bisa mengirim karangan bunga, atau mungkin memberikan tunjangan. Namun, apa itu sebanding atas apa yang kau rasakan jika hal buruk terjadi? Perusahaan akan tetap bisa berjalan tanpa dirimu. Namun, belum tentu dengan istrimu jika terjadi sesuatu buruk pada dirimu atau anakmu. Apakah dia masih bisa hidup normal? Begitupula sebaliknya,” jelas Melvin.
“Lalu, siapa yang akan mentraining user di perusahaan klien?” tanya Juli.
“Ada aku dan Disra di sini. Pulanglah, istrimu membutuhkanmu,” ucap Melvin lembut.
“Terima kasih, Pak,” ucap Juli tulus.
Disra hanya menoleh menatap Melvin. Dari semua sikap aneh pria itu padanya. Saat ini, dia melihat sosok pemimpin yang sangat bijak. Dia memperbolehkan karyawannya izin untuk masalah keluarga.
Jalanan begitu macet menggunakan mobil. Juli melihat ke kanan dan ke kiri. Hanya motor yang bisa berjalan dengan lebih cepat. Dia minta izin pada Melvin untuk keluar dari mobil dan memilih menggunakan jasa angkutan motor untuk kembali ke hotel. Namun, sayang tak ada ojek. Dia memberhentikan seorang pengendara motor. Meminta bantuan pada pengendara motor untuk mengantarnya ke hotel, tentu dengan memberi imbalan.
Hanya tinggal Melvin dan Disra di dalam mobil. “Besok, apakah aku yang mengisi training?” tanya Disra.
“Tentu,” jawab Melvin.
Disra menunduk, dia ingin menolak karena bahasa inggrisnya yang kurang fasih. “Sebenarnya … aku ragu bisa melaksanakan tugas,” ujar Disra malu. Ya, malu karena dia tak bisa diandalkan.
“Kenapa? Apa kau tidak tahu menjalankan programnya?”
“Bukan, tapi karena … bahasa inggrisku yang kurang fasih. Jadi, aku takut tak bisa menjelaskan pada klien,” ucap Disra jujur.
“Oh, kalau begitu, belajarlah dan untuk besok aku yang akan mengisi training,” jelas Melvin.
Disra mendongak menatap Melvin. Rumor yang beredar ternyata benar. Perusahaan tempatnya bekerja, selain memberikan kesejahteraan. Kemanusiaan begitu dijunjung tinggi. Tidak heran, semua karyawan sangat nyaman bekerja di perusahaan Melvin dan para karyawanpun bekerja sungguh-sungguh demi perusahaan.
“Aku akan berusaha menjadi karyawan yang berdedikasi dan memiliki loyalitas tinggi,” jelas Disra.
“Tidak perlu loyalitas tinggi. Cukup kerjakan pekerjaanmu dengan baik. Cukup cintai pekerjaanmu,” jelas Melvin.
Ya, dia bisa mendirikan perusahaan karena kecintaannya pada dunia IT. Saat dia mencintai pekerjaannya. Maka, segala sesuatu akan terasa mudah.
“Apa alasanmu memberi izin pada para karyawanmu dengan mudah? Bahkan kau tak mempermasalahkan karyawan yang bekerja di rumah?” tanya Disra penasaran.
“Trust, itu yang terpenting. Memberi kepercayaan pada karyawan. Maka, karyawan pun akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Aku tidak pernah mempermasalahkan karyawan mau bekerja di mana pun selama pekerjaannya selesai dengan baik. Dan alasan yang tak kalah penting, aku tidak ingin para karyawanku kehilangan masa-masa kebersamaan dengan keluarganya, kehilangan masa-masa kebersamaan dengan anaknya,” jelas Melvin sendu.
Dia mengingat keluarganya sendiri. Maka dari itu, dia tak akan menghalagi para karyawannya untuk dekat dengan keluarga. Tentu, selama tak mengganggu pekerjaan.
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/