Ig: Tantye 005
Juara Favorit pembaca Air mata Pernikahan 2
Menikah karena perjodohan membuat Harun membutuhkan waktu lama untuk mencintai istrinya-Haura. Di hari Aniversarry mereka yang pertama, pria itu berencana mengatakan cintanya pada Haura.
Namun, kebenaran tentang wanita itu membuat Harun mengurungkan niatnya. Alih-alih mengatakan cinta, Harun malah mengusir Istrinya dari rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29 ~ Tabir Pernikahan
Ezra, pria itu duduk di kursi kebesarannya di ikuti oleh Haura dan salah satu suster yang setia menemani di dalam ruangan tersebut. Karena Ezra tahu, Haura tidak mungkin nyaman jika berdua saja.
Pria itu menatap Haura yang menundukkan kepalanya sambil meneliti beberapa kertas yang ada di atas mejanya. Ezra menuliskan beberapa resep lalu memberikan pada suster agar membawa ke opetek milik Edelweis.
"Tolong ya," ucap Ezra.
"Baik Dokter." Suster itu segera pergi, terpaksa Haura dan Ezra harus berduan di dalam ruangan.
Sebenarnya Ezra bisa saja menyuruh Huara, tapi jika wanita itu yang pergi, otomatis harga obat akan Haura ketahui.
"Pekembangan janinnya sedikit terlambat dan kekurangan gizi, apa kau kekurang nafsu makan?"
Haura mengangguk. "Sejak beberapa hari yang lalu setiap ingin makan, rasanya aku mau muntah. Apa kamu bisa memberiku vitamin nafsu makan? Aku tidak ingin janinku kenapa-napa," pinta Haura.
Ezra tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, padahal hatinya sedang menangis melihat penderitaan Haura selama ini. Harusnya di saat hamil muda, peran suami dalam mendampingi istri sangatlah diperlukan, terlebih Haura mengalami Anemia.
Namun, Haura malah bekerja keras untuk menghidupi dirinya tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain.
"Datanglah dua minggu lagi untuk memeriksakan kandungan."
"Terimakasih sebelumnya, Ezra. Aku tidak tahu harus apa jika bukan kamu yang ...."
"Tidak perlu berterimakasih, sudah lewajibanku sebagai seorang dokter untuk memperhatikan pasiennya yang tengah membutuhkan." Pria itu bangkit dari duduknya lalu mengambil kotak sedang yang saling bertumpuk di sudut ruangan.
Dia memberikannya satu untuk Haura. "Hari ini aku membagikan susu dan beberapa makanan bergizi untuk ibu hamil, dan kamu salah satu pasienku." Tersenyum ramah meski ada sedikit kebohongan keluar dari mulutnya.
Ezra hari ini memang membangikan susu, cemilan untuk pasiennya, tapi itu semua dia lakukan hanya karena Haura. Ezra tahu, Haura tidak akan menerima jika mendapatkan perlakuan spesial sendiri, itulah mengapa dia memutuskan untuk berbagi pada yang lain.
"Sekali lagi terimakasih, Ezra. Aku pamit dulu." Haura bangkit dari duduknya setelah suster datang membawakan obat dan vitamin yang telah Ezra resepkan.
Menunduk sebentar sebelum meninggalkan ruangan dokter Obgyn. Wanita itu terus berjalan di lorong rumah sakit sambil membawa dus di pelukannya. Menunduk ketika melihat pria yang sangat dia kenali keluar dari lift.
Haura memutuskan tidak akan menyapa suaminya meski berpapasan seperti sekarang, berbeda dengan Harun yang menghentikan langkahnya.
Pria itu berbalik untuk menatap punggung Haura sebelum lift tertutup dengan sempurna. Ada rasa sakit di dada Harun ketika istrinya tidak lagi menyapa seperti biasa. Dia menghela nafas panjang, dan kembali melangkah menuju ruangan Ezra.
Dulu sedekat nadi, sekarang sejauh matahari.
Itulah yang dapat menggambarkan hubungan Harun dan Haura saat ini karena kejahatan seseorang.
Harun membuka pintu ruangan tanpa izin lalu diduk di kursi seberang meja.
"Kenapa kau datang? Mau dipukul lagi?" tanya Ezra dengan alis terangkat.
Harun memutar bola matanya malas, atensi pria itu tertuju pada dus cukup banyak di sudut ruangan.
"Bagi-bagi makanan? Tumben?"
"Aku orang baik dan pintar, tidak seperti seseorang. Lagian apa salahnya berbagi? Itu untuk semua pasienku yang sedang hamil."
Harun mengangguk-anggukan kepalanya dengan pikiran tertuju pada Haura yang membawa kotak sama persis. "Termasuk Haura?"
"Maybe."
"Haura hamil?" Membulatkan mata tidak percaya, sementara Ezra tampak acuh sambil bersandar pada kursi. Sudah saatnya pria itu memberitahukan tentang kandungan Haura agar pernikahan Harun dan Vivian tidak terjadi, juga Harun menyesal telah menyakiti hati wanita selembut Haura.
"Apa kau akan percaya kalau aku mengatakan dia hamil anakmu?" Melayangkan pertanyaan balik sambil bersedekap dada.
Harun terdiam, lidahnya terasa keluh untuk menjawab pertanyaan Ezra. Terlebih pembicaraanya beberapa hari yang lalu bersama Haura. Di mana wanita itu mengatakan selingkuh sebab dia tidak bisa membuatnya hamil.
Pria itu tertawa hambar. "Tentu saja itu bukan darah dagingku, dia selingkuh karena tidak kunjung hamil."
"Hamil simpatik?" Lagi, Ezra melayangkan pertanyaan dengan senyum arogannya. Ingin rasanya pria itu menghajar Harun hingga pingsan, agar otaknya segera berfungsi dengan normal.
Benar kata Readers bucin, Harun bukan hanya perlu mengobati pasien, tapi butuh dokter untuk memperbaiki sarafnya yang bermasalah.
favorit
👍❤