NovelToon NovelToon
Terpaut 20 Tahun

Terpaut 20 Tahun

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Beda Usia / Teen Angst / Persahabatan / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: ria aisyah

Cinta akan menemukan pemiliknya. Sebuah ketidaksengajaan, keterpaksaan, dan perjodohan, bisa menjadi jalan untuk menyatukan dua hati yang berbeda.

Seorang gadis SMA bernama Aira, terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang duda bernama Affan yang merupakan ayah sahabatnya, Faya.

Mengapa pernikahan itu bisa terjadi?

Akankah pasangan beda usia itu bisa saling mencintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ria aisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Mabuk

Affan menatap lembut Aira lalu menyentuh pipinya dengan tangan kanannya.

"Tentu saja boleh. Tapi tidak untuk besok. Kamu masih datang bulan, mungkin minggu depan kita baru bisa ke sana," jelas Affan.

"Terimakasih, Om." Aira melingkarkan tangannya di tubuh Affan.

"Sudah malam. Ayo kita tidur." Affan membalas pelukan Aira.

Malam itu, mereka merasa seperti seorang pasangan yang sesungguhnya. Tidak ada jarak di antara keduanya yang membuat mereka terpisah begitu jauh seperti beberapa hari yang telah berlalu.

Di kamar Faya,

Ponsel Faya berbunyi menandakan sebuah pesan baru masuk ke sana. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya dengan laptop barunya dan berbaring di tempat tidur. Bi Sumi sudah tertidur di ekstra bed yang ada di samping tempat tidurnya.

'Siapa malam-malam begini mengirim pesan?' Faya mengambil ponselnya yang sebelumnya telah disimpannya di atas nakas.

Saat melihat sebuah pesan dari nomor baru, dia merasa ragu untuk membukanya. Namun, rasa penasarannya membuatnya tidak bisa menahan diri. Faya menggerakkan jari telunjuknya untuk menyentuh layar ponselnya.

Setelah membaca pesan itu, Faya tersenyum. Rupanya itu adalah pesan dari Kris.

'Kenapa dia begitu mengkhawatirkan aku? Apa aku tadi terlihat begitu menyedihkan?' Faya tersenyum sendiri.

Setelah membalas pesan Kris dan mengucapkan terimakasih, Faya segera berpamitan untuk kembali tidur. Mereka sepakat untuk menyimpan kontak masing-masing.

Tidak ada salahnya menjalin persahabatan dengan siapapun, meskipun mereka memiliki keyakinan yang berbeda, pikir Faya. Mengingat hari sudah sangat malam, dia pun berusaha untuk memejamkan matanya. Obat yang dia minum sebelum tidur mulai bereaksi dan membuat rasa kantuknya bertambah.

Malam yang berbeda sedang dijalani oleh Amanda. Malam ini dia menghabiskan waktunya di bar bersama dengan Roland. Mereka bersenang-senang untuk merayakan pertemuan mereka.

Amanda yang sedang kalut akibat perasaannya yang tidak terbalas pada Affan, merasa terhibur dengan kehadiran Roland. Apalagi keduanya merupakan sahabat dekat di masa lalu dan sama-sama belum memiliki pasangan.

Meskipun begitu, dia memiliki alasan yang berbeda tentang penyebab kesendirian. Roland tidak sedang mengejar siapapun sehingga dia tidak patah hati seperti yang dialami oleh Amanda.

"Amanda, jangan minum terlalu banyak. Nanti kamu mabuk." Roland mengambil gelas dari tangan Amanda.

Amanda menarik tangannya ke belakang dan memutar tubuhnya memunggungi Roland. Dia menenggak minuman di gelasnya hingga habis lalu kembali melihat Roland.

"Aku mau lagi, Roland." Amanda memberikan gelas kosong itu pada Roland.

"Sudah. Sudah malam, kita harus pulang. Aku tidak mau kamu mabuk berat. Apa kata keluargamu nanti, Amanda." Roland memanggil pelayan lalu membayar tagihan mereka.

Amanda masih mencoba memberontak pada Roland, tetapi Rolan tetap membawanya pergi dari sana. Roland tidak tahu jika Amanda tinggal sendiri di rumahnya. Orang tuanya sudah meninggal dan Kedua kakak perempuannya tinggal di luar kota bersama suaminya.

Sepanjang jalan menuju ke mobil, Amanda terus mengoceh. Dia berbicara dengan suara yang tidak jelas. Roland membawanya dengan sabar.

"Aku tidak menyangka kamu akan semabuk ini, Amanda. Padahal kamu hanya minum beberapa sloki saja." Roland merasa lega akhirnya mereka sampai di dalam mobil.

Di akhir pekan, jalanan masih sangat ramai meskipun sore tadi hujan denga begitu deras. Para muda-mudi terlihat berseliweran mengenakan motor. Penjual kuliner di sepanjang perjalanan mereka pun terlihat ramai. Pemandangan yang selalu dirindukan oleh Roland saat tinggal di luar negeri.

Bibir Amanda masih saja bergerak-gerak tanpa suara. Entah apa yang dia gumamkan, matanya sudah terpejam dan terlihat sedang berhalusinasi. Dia tidak terbiasa minum alkohol sehingga dalam dosis sedikit saja sudah mabuk berat.

Perjalanan mereka tidak berlangsung lama karena tempat tinggal Amanda yang tidak terlalu jauh dari bar yang mereka kunjungi. Kurang dari setengah jam mobil yang membawa keduanya sudah terparkir di depan rumah Amanda.

Roland menekan bel di luar pagar. Seorang wanita paruh baya berlari-lari kecil menghampiri pintu pagar dan segera membukanya.

Amanda berjalan sempoyongan sambil dipapah oleh Roland masuk ke dalam rumahnya. Sesampai di dalam rumah, dia terlihat kebingungan karena tidak tahu di mana kamar Amanda. Roland menunggu ART Amanda yang berjalan menghampirinya.

"Bi, bisa tunjukkan di mana kamar Amanda?" tanya Roland.

Bi Asih, ART Amanda menatap Roland dengan sedikit berpikir. Setahunya, Amanda tidak memiliki seorang pacar. Dia juga baru melihat Roland hari ini saat dia menjemut majikannya.

Mengingat posisinya hanya seorang pembantu di rumah itu, Bi Asih tidak bisa berbuat apa-apa. Dia takut jika membuat kesalahan.

"Mari ikut saya, Tuan." Bi Asih berjalan mendahului Roland dan Amanda.

Mereka bertiga berjalan menaiki tangga dan pergi ke lantai dua di rumah itu. Di lantai atas ada tiga buah kamar yang berbeda. Kamar Amanda terletak di bagian paling ujung.

Bi Asih menunjukkan kamar Amanda. Selama dia bekerja di rumah itu, dia tidak pernah memasuki kamar pribadi milik majikannya tersebut. Amanda melarang dirinya dan Hani, ART lain untuk masuk ke kamarnya, hanya waktu-waktu tertentu saja mereka di minta untuk membersihkannya di akhir pekan.

"Terimakasih, Bi. Sillakan beristirahat lagi. Biar saya yang mengurus Amanda," ucap Roland sebelum membuka pintu kamarnya.

"Baik, Tuan. Saya permisi."

Setelah kepergian Bi Asih, Roland pun membuka pintu kamar Amanda. Nuansa biru muda membuat suasana kamar itu terlihat segar. Ada beberapa wallpaper yang melapisi dinding kamar itu.

Roland mengagumi desain kamar milik Amanda. Ada sebuah foto besar yang tergantung di sudut kamar menambah kesan artistik.

"Aku di mana? Sepertinya aku tidak asing dengan tempat ini? Hei ... Apakah kamu Affan? Tidak-tidak, Affan tidak mau menyentuhku meskipun aku jatuh tersungkur di depannya. Saat aku berpura-pura pingsan pun dia tidak mau menolongku." Amanda berbicara melantur.

Roland segera membawanya ke tempat tidurnya dan membantunya berbaring dengan benar. Dengan telaten dia melepaskan sepatu Amanda dan menyelimuti tubuhnya.

"Kasihan sekali kamu, Amanda. Seberantakan itu kah hatimu saat ini?" Amanda memegang tangan Roland dengan kuat tidak rela membiarkannya pergi.

Pegangan tangan Amanda semakin membuat Roland merasa iba padanya. Dia pun memilih untuk menjatuhkan tubuhnya dalam posisi di samping Amanda.

Matanya menangkap sebuah obyek yang menarik perhatiannya. Sebuah pigura tergeletak di atas meja dalam posisi tertelungkup.

Roland merasa penasaran dengan foto siapa yang ada di dalam pigura itu. Tubuhnya bergeser mendekati nakas dan menjangkau pigura itu dengan satu tangannya. Tangan kanannya masih dipegang dengan erat oleh Amanda.

Pigura itu berhasil diraihnya dan telah berpindah ke tangannya. Sebuah potret usang terpajang di dalamnya. Terlihat tiga orang sedang berpose dengan seragam SMA.

'Sedalam apakah perasaanmu pada Affan, Amanda. Pria brengsek itu sudah menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus mencintainya. Aku akan membuat perhitungan denganmu Affan!' Roland menatap pigura itu dengan geram lalu meletakkannya dengan kasar di atas meja.

****

Bersambung ....

1
Hera
👍🏻
Masliah Masliah
bodoh najis
Sri Mulyati Sugiarsih
ceritanya bagus bikin greget❤️
Wandi Fajar Ekoprasetyo
lah enak sekali minta istirahat d ruangan boss....kan ada ruangan lain Hana yg bisa d pake buat istirahat karyawan
💗 AR Althafunisa 💗
Ini kenapa pada jadi janda semua sih... Jangan sampe nambah deretan ikut bulu 😂 buat Bimo juga, udah punya bini 😬
💗 AR Althafunisa 💗
Ya ampun, ujian datang bertubi-tubi ketika Affan memutuskan menikah. Ulat bulu bertebaran di mana-mana, ampun deh jadi orang ganteng + kaya 😩
💗 AR Althafunisa 💗
Luar biasa
Wandi Fajar Ekoprasetyo
owh.....kampung mertua ini Klaten.....jd pengen pulkam hehhehe
guntur 1609
gmna nasibnyanktia ya
guntur 1609
kalian terlalu lembek. sehingga kelembutan kalian disalah artikan sama duo monyet
guntur 1609
dasar pelakor gak tahu diri
guntur 1609
dasar wong gemblung
guntur 1609
aura tek dung kau buat. karna ku gempur terus
guntur 1609
dia mau mgajakmu bulan madu tk nyuci kerisnya
guntur 1609
umur gak masalah yg penting si joni masih tetap on
guntur 1609
hahaha zoooonkk
guntur 1609
kau pusing karena gak pernah kau keluarkan tu susu kental manismu
guntur 1609
Affan dapat calon daun muda nih
Mei Mei
Luar biasa
Rina Herfina
cerita bagus ,TPI aku orang nya suka baca TPI tak suka komentar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!