Ig : @emmashu90
Gara-gara salah masuk kamar, Zalfa terpaksa harus bertemu pria asing yang membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Kejadian dadakan itu membuatnya batal nikah dan kemudian salah nikah. haduuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29.
“Nikahi Zalfa,” tegas Ismail.
“Apa kau sudah tanyakan itu kepada Zalfa?”
“Aku tidak perlu pendapatnya soal ini. Aku walinya dan dia pasti menurutiku.”
“Bukankah dia sudah akan menikah?”
“Pernikahannya batal karena kau. Ini saatnya kau bertanggung jawab jika kau memang laki-laki.”
“Apa hukum pernikahan pria di luar agama Islam dengan wanita muslim? Bukankah Zalfa justru melakukan dosa besar jika menikah denganku? Kau bahkan sudah tahu kalau pernikahanku dengan Zalfa benar-benar terjadi, maka hasilnya adalah tidak sah. Setiap hubungan antara aku dan dia setelah menikah hanyalah zina. Lalu kenapa kau memaksaku menikahinya?”
Ismail tertegun mendengar pertanyaan Arkhan. Karena ternyata pria itu memahami banyak hukum dalam ajaran Islam.
“Kalau begitu, masuklah ke agama Islam, demi Zalfa.”
Sudut bibir Arkhan tertarik sedikit. Seperti sedang menertawakan sesuatu yang dianggap lucu. “Apa kau pikir kepercayaanku akan mudah kau goyahkan?”
“Arkhan, aku mohon, andai saja tumbuh janin dalam rahim adikku, apakah kau akan tega membiarkannya lahir tanpa ayah? Dia darah dagingmu.”
“Itu belum tentu terjadi.”
“Dan kalau benar terjadi?”
Arkhan diam saja, hanya menatap mata Ismail dengan sorot yang sulit diartikan.
“Sebelum benih itu berganti menjadi daging, menikahlah dnegannya, minimal tiga bulan sampai jelas apakah Zalfa mengandung atau tidak. Karena akan percuma saat kau menikahinya disaat bayi dalam kandungan Zalfa sudah tumbuh dan berkembang.”
“Lalu jika Zalfa benar-benar hamil? Ketentuan itu akan berubah bukan?”
“Sembilan bulan. Ya, aku minta waktu sembilan bulan untukmu menjadi suaminya.”
“Dan untuk semua ini, kau pertaruhkan keyakinanku supaya berpindah? Kenapa bukan adikmu saja yang pindah keyakinan agar aku dan dia satu keyakinan?”
“Bagi kami itu tidak mungkin. Zalfa akan tetap teguh pada pendiriannya dan tidaka kan mungkin menjadi murtad.”
“Berarti aku dan Zalfa memiliki prinsip yang sama. Sama-sama teguh pendirian.” Arkhan melenggang pergi setelah mengucapkan kata-kata itu. Membiarkan Ismail terpaku di tempatnya menahan rasa frustasi.
Ismail mengepalkan tangannya, merasa tidak berguna sebagai kakak laki-laki karena tidak bisa melindungi adiknya. Ia tidak tahu jika Atifa mendatangi kantornya dan tak mendapati dirinya saat mengantar sarapan.
***
Zalfa menunduk mengingat kejadian yang baru saja berlalu. Soleh yang duduk di sisi ranjang, menenangkan Zalfa dengan berbagai kata-kata bernuansa religi. Dan Tini hanya menjadi penonton diantara mereka.
Sejurus pandangan menoleh ke pintu ketika Atifa masuk ke kamar. Sekonyong-konyong Atifa langsung menghambur dan memeluk Zalfa. Kemudian tangisnya pecah.
“Faisal, Zalfa. Kapal itu tenggelam,” ujar Atifa ditengah tangisnya.
Zalfa yang sudah berhenti menangis jadi tak kuasa menahan kesedihan. Ia ikut menangis dan membalas pelukan Atifa kuat-kuat. Ia merasa sedikit plong saat menangis dalam pelukan Kakak Iparnya itu. Meski cerewet, tapi Atifa sudah seperti orang tuanya sendiri.
Tak lama Ismail muncul. Pria itu sekilas mengedarkan pandangan pada tangis yang mengharu-biru. Ia sudah tahu apa yang terjadi stelah beberapa saat yang lalu ia melihat berita tentang Faisal di sosial media yang ia pantau dari ponsel. Ismail mendekati Soleh. “Sudah lama di sini?” tanyanya lirih karena tak mau mengganggu Zalfa dan Atifa yang sedang larut dalam kesedihan.
“Udah, Mas. Tadi Zalfa pingsan. Aku membawanya ke sini,” jelas Soleh.
“Makasih, ya.”
“Sama-sama, Mas. Tetangga itu kan saudara paling deket. Udah kewajibanku membantu.”
TBC
dia sdah tanggung jawab dg kesalah fahaman dan banyak berkorban ...ikuti nasehat Ismsil kakakmu