Diusianya yang relatif muda, Bunga. harus dihadapkan pada pernikahan dengan sang majikannya yang lumpuh, atas permintaan dari istri pertama nya Bella. yang lebih memilih sibuk dengan dirinya sendiri dan Dunia modeling yang selama ini dia gelutinya.
Arya CEO Tampan Itu hanya bisa pasrah, ketika diminta untuk menikahi Bunga. yang selama ini begitu tulus merawat dan memberikan kasih sayang pada putra satu-satunya Cecilio.
Seiring berjalannya waktu, akankah cinta tumbuh diantara mereka? setelah Arya sembuh. mampukah penyesalan Bella untuk kembali merebut cinta Arya yang dulunya begitu besar kini sudah hilang. tergantikan dengan sosok Bunga yang jauh lebih muda, cantik dan enerjik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Akur
"Readers tersayang....
Novel "Terpaksa menjadi istri kedua Majikan"
Novel ini sedang mengikuti perlombaan kategori Wanita, dengan tema berbagi cinta. jadi intinya cerita cinta Arya, Bella dan Bunga benar-benar harus berbagi, mohon dukungan nya ya, harap maklum jika nanti cerita ini, ada yang tersakiti dan menyakiti, dan ada juga yang akirnya sama-sama bahagia, ikui terusya perjalanan cinta Babang Arya ...
...***...
Bella mersa langkah kakinya semakin kaku ketika jarak nya dan posisi Arya sekarang sudah dekat. Arya langsung melirik kearah Bella yang baru datang. hatinya ikut sakit melihat tatapan sedih dimana wanita yang sangat dicintainya dulu.
"Mas Arya,"
Bella menghambur memeluk tubuh Arya, menangis sambil meluapkan kesedihan atas saktinya Cecilio, dan kerinduan nya pada laki-laki yang sangat dicintainya, suami tampan nya Arya..
"Mas, bagaimana kondisi anak Kita?" ucap Bella ketika sudah meregangkan pelukannya. dengan jarak yang begitu dekat dengan Arya, sementara Bunga memilih menjarak dari mereka dengan mundur beberapa langkah kebelakang.
"Bagaimana kondisi anak kita mas?" ulang Bella.
"Cecilio sekarang sedang menjalani operasi, semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya Bella. bagaimana dengan keadaan mu sekarang?"
"Seperti yang mas lihat."
Arya terenyuh, ditatap nya wajah cantik Bella yang terlihat agak kurus tidak seperti biasanya, mata panda. yang menandakan jika istri tuanya itu kurang tidur dan sering menangis.
Perlahan tangan Arya terangkat, merapikan anak rambut Bella, timbul rasa kasihan, penyesalan, sedih. semua tersa bercampur aduk. sedangkan Bella kembali menangis. dia merasa terharu dengan perhatian kecil dari Arya. Bella juga tidak sanggup kehilangan anaknya, cukup sudah dia kehilangan Arya, melihat kesedihan Bella. Arya tidak tahan lagi melihat air mata itu, dia menarik tubuh Bella kedalam pelukannya, tangan Arya mengelus lembut rambut panjang Bella sambil berusaha menenangkan nya.
"Sudah cukup Bella, jangan ada air mata lagi. hatiku ikut hancur melihat mu seperti ini." terdengar suara Arya yang lembut namun bergetar, menandakan jika saat ini Arya juga sedang berusaha menguatkan hatinya yang rapuh.
Bagaimanapun Bella wanita pertama yang dicintai nya, dia tau bagaimana kehidupan Bella yang sesungguhnya. meskipun banyak orang yang berusaha untuk menjatuhkan nya dengan fitnah dan berita miring tentang kehidupan nya sebagai model. namun Arya tahu Bella tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun selain dirinya.
Bunga menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dia berusaha menahan isakan tangis. dengan memaksakan mengukir senyum dibibir nya. rasa takut kehilangan Arya tiba-tiba menghantuinya.
"Kenapa, begitu sakit rasanya berbagi orang yang dicintai. hatiku benar-benar tidak rela melihat mas Arya memeluk wanita lain. meskipun itu istrinya juga, tidak Bunga. kamu harus terbisa dengan hal ini, kamu harus berusaha kuat dan sadar akan status mu yang sesungguhnya."
Arya mengusap air mata Bella perlahan, mengajak nya duduk di kursi ruang tunggu, sebelah tangan kiri Arya menarik tangan Bunga untuk mengikuti lagkah mereka. Arya duduk diantara dua istrinya, keduanya juga memilih untuk diam sambil berdoa untuk kesembuhan Cecilio saat ini terdengar hening.
"Sayang," Ucap Arya tiba-tiba bangkit dari duduknya, yang semula diapit dua istrinya yang sama-sama cantik.
"Ya, mas." Jawab Bella dan Bunga berbarengan. membuat keduanya saling pandang.
"Maaf mas, mas ngomong sama aku atau Bunga." ucap Bella merasa risih, karena dia tahu akhir-akhir ini perhatian Arya lebih banyak tertuju pada Bunga.
"Mas ngomong pada kalian berdua, mas mau ketoilet bentar. kalian tunggu di sini ya. Mas sangat berharap sekali jika kalian berdua bisa akur ." Arya mengusap rambut Bella, dan Bunga. hal itu menarik perhatian para pengunjung Rumah sakit lainya, namun Arya tidak ambil perduli.
"Ya, mas pergi lah."
Bunga dan Bella tanpa sadar, kembali menjawab berbarengan.
"Istri-istriku yang pintar." puji Arya tersenyum.
Arya pergi menuju toilet, setelah membersihkan wajah nya. Arya berwudhu dan segera sholat, ditempat khusus disediakan Rumah sakit ini, mengingat mereka tidak menyediakan musholla.
Beberapa Masalah yang menimpa dirinya, kedua istrinya dan sekarang anaknya Cecilio. membuat Arya sadar. mungkin ini juga teguran atas kesalahan dirinya sendiri, sehingga ikut menimpa perjalanan kehidupan rumahtangga nya.
Selesai sholat, Arya berdoa dengan khusyuk. suami yang mempunyai dua istri ini menetes kan air mata, dua meminta ampun atas kekhilafan nya, termasuk meminta agar kedua istrinya bisa untuk saling ikhlas dan akur, Arya sekarang menyadari perasaan nya. jika jauh di lubuk hatinya dia menyayangi kedua wanita itu.
"Ya Tuhan apakah aku orang yang egois, ampuni aku jika aku mulai serakah dan ingin memilih mereka berdua. ampuni aku ya Allah. meskipun aku semula begitu marah dan kecewa pada Bella. namun melihat dia begitu terpukul dan tersiksa dengan keadaan ini, aku juga sakit. aku tidak sanggup melihatnya begitu tertekan. namun aku juga tidak ingin kehilangan Bunga. dia penyemangat hidupku ku.
"Ya Allah, berikan juga kesembuhan pada anakku Cecilio. aku ikhlas seandainya aku bisa menggantikan rasa sakit putra ku. aku tidak sanggup melihatnya kesakitan diusia nya yang masih kecil." Arya khusuk berdoa.
Diruang tunggu, Bella dan Bunga larut dengan pikiran masing-masing, mereka masih saling diam. tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun dari bibir mereka.
"Bagaimana jika aku sapa mbak Bella, dia terlihat begitu terpukul. apa nanti dia marah jika aku tawari air mineral ini.?" Gumam Bunga yang masih memegang botol air mineral ditangan nya.
"M.. mbak Bella, ini minum dulu."
Bunga menyodorkan botol minuman mineral ketangan Bella yang masih tertunduk sedih, tangan Bunga gemetar memegang botol minuman tersebut, dia ketakutan bakal dimarahi Bella dan memaki-maki dirinya, sementara Arya belum juga kembali.
Perlahan Bella mengangkat kepalanya, dia menatap lekat bola mata Bunga, yang memancarkan rasa takut, Kawatir, cemas. namun Bella melihat ada ketulusan disana.
Perlahan tangan Bella terangkat, membuat Bunga mundur sambil memejamkan matanya. mengira Bella akan menampar wajahnya. namun diluar dugaan Bunga, Bella mengambil botol minuman yang masih dipegang Bunga dengan gemetaran.
"Terimakasih."
Hanya itu kata yang terucap dari Bella, pelan dan lirih. namun membuat bunga begitu bahagia. paling tidak Bella tidak marah-marah apalagi menamparnya. Bunga tersenyum senang, melihat Bella juga meminum air mineral yang diberikan nya barusan.
"Alhamdulillah, diluar dugaanku. mbak Bella sekarang terlihat sudah sangat tenang dan baik, semoga dia benar-benar mau menerima diriku. seperti kata-kata yang sering diucapkan nya Tempo hari.
Arya yang berjalan kearah kedua istrinya, tersenyum senang. ternyata masalah demi masalah yang mereka lalui terbayar, saat melihat Bunga dan Bella terlihat mulai akur. bahkan semula Arya berfikir jika mereka sudah berantem, sehingga doa yang semula panjang. Akirnya dipersingkat Arya.
"Alhamdulillah ya Allah, engkau telah mengabulkan permintaan ku." ucap Arya berjalan mendekat, dan kembali duduk diantara dua istrinya. Bella yang masih capek, setelah menempuh perjalanan jauh, merebahkan dan menyandarkan tubuhnya ke Arya, yang langsung disambut Arya dengan senyuman mengusap pelan punggung istrinya penuh kasih sayang.
Bunga tersenyum melihat hal itu, dia hanya ingin hidup tenang sekarang, tanpa ada lagi kesedihan. Arya melirik Bunga.
"Sayang kamu juga capek?"
"Ngak mas,"
Arya tersenyum, sebelah tangan nya menggenggam lembut jemari Bunga.