Diandra Anindya Satya, seorang anak angkat keluarga Brama. Ayah angkatnya sangat menyayanginya tapi tidak dengan ibu dan 2 saudara angkatnya. Awalnya semua perlakuan mereka yang terlihat membencinya tidak pernah jadi masalah, karena dia memiliki ayah yg selalu melindunginya. Tapi semua berubah setelah sang ayah meninggal. Dan ibu angkatnya dengan sengaja menjodohkan dia dengan seorang pria tua yang kaya untuk keuntungan pribadi.
Nasib mempertemukannya dengan seorang anak kecil bernama Lathan. Dia adalah anak laki-laki tampan dan pintar yang dibesarkan oleh seorang ayah bernama Raditya Reifansyah Nugraha. Pengusaha muda yang tampan, kaya, berkuasa dan dingin. Dia adalah salah satu cucu dari tuan Yudha Arya Kusuma.
Ditengah keputus asaannya mendapatkan perintah untuk menikah dengan pria tua, Andra mendapatkan tawaran dari Radit
"Menikahlah denganku, maka aku akan jadikan kamu ratu di dunia ini"
Bagaimana nasib Diandra selanjutnya? Akankah dia pasrah dengan keinginan sang ibu atau menikahi Radit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkat Percaya Diri Sari Yang Berlebihan
Radit menyemburkan kopi yang diminumnya hingga Andra dan Lathan menoleh padanya
"Ada apa ka? Apa kopinya tidak enak?" Andra mengernyitkan dahi menatap dengan wajah heran
"Apa kamu yang membuat kopi ini?" Tanya Radit dengan nada yang dingin
"Benar. Ada apa?" Andra semakin penasaran dengan kopi yang diminum Radit
"Minumlah sendiri. Kamu juga akan tahu!" Radit menyerahkan gelas kopinya pada Andra
Perlahan Andra meraih gelas yang Radit berikan, Dengan sedikit ragu-ragu Andra mulai mengesap kopi di tangannya
Pruuff
Andrapun sama, dia menyemburkan kopi yang diseruputnyal
"Cih, kopi apa ini? Aku yakin kalau aku memasukkan gula ke dalamnya. Pasti ada yang dengan sengaja merusak kopi ini untuk menjatuhkan reputasi saya"
Andra berusaha meyakinkan Radit kalau dia tidak melakukan kesalahan. Setelah itu dia menoleh ke salah satu sudut dimana terlihat Sari sedang memperhatikan dengan senyum sinis di bibirnya. Akhirnya Andra mengerti penyebabnya
"Apa maksudmu? Maksudmu ada yang dengan sengaja memasukkan garam ke dalam kopi yang kamu buat?" Radit terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Andra
"Haah, sudahlah biar saya buatkan lagi. Ini juga masih ada waktu sebelum kak Radit berangkat ke kantor. Lathan habiskan sandwichnya ya. Kakak ke dapur dulu"
Andra berusaha tenang meski dia kesal. Dia pun bicara pada Lathan sebelum beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan Radit kopi yang baru
"Tidak perlu. Aku sudah harus berangkat sekarang. Lathan ayo cepat. Kamu bisa lanjut sarapan dimobil"
Radit bicara dengan dingin pada Andra namun lembut pada Lathan kemudian dia beranjak pergi meninggalkan meja makan
"Baik papi. Sampai jumpa kakak cantik" Lathan segera meraih tas sekolahnya kemudian pamit pada Andra dan segera menyusul Radit dengan sedikit berlari
"Sampai jumpa sayang. Jangan nakal disekolahnya ya!"
"Iya" Lathan menjawab sambil berlari mengejar Radit
Andra bergegas ke dapur setelah memastikan Radit dan Lathan pergi
"Rupanya disini ada cicak putih yang selalu mengintip? Bukannya mengerjakan pekerjaanmu malah menguping percakapan kami" Andra bicara dengan nada bicara yang tenang dan tangan dilipat di dada
"Apa maksud anda? Saya tidak menguping. Saya sedang.... sedang membersihkan vas bunga ini tadi" Sari yang kepergok sedang mengintip berusaha mencari alasan
"Aku tahu apa yang kamu lakukan pada kopi yang aku buatkan untuk kak Radit. Aku tidak akan melaporkannya karena aku tidak punya bukti. Tapi aku akan membuat kak Radit sendiri tau seperti apa pembantunya ini" Andra bicara dengan tegas dan serius
"Kenapa anda memfitnah saya? Saya tidak melakukan apa-apa"
Sari bertingkah polos karena dia melihat ada bi Marni tidak jauh dari sana. Namun dia tidak tahu kalau Andra juga melihat pantulan bi Marni yang berdiri jauh di belakangnya melalui kaca
"Tidak usah berlaga polos. Aku ini nyonya dirumah ini. Aku bisa memecatmu kapan saja"
Andra sama sekali tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan. Dalam pikirannya hanya ingin agar tidak ada lagi yang memandang rendah padanya. Terlebih lagi Radit pernah bilang padanya kalau dia bebas melakukan apa saja.
"Oh ternyata bu Andra itu orang yang seperti ini? Aku kira bu Andra itu orang yang polos dan baik. Sepertinya pak Radit telah tertipu dengan wajah cantik dan polos yang bu Andra miliki" Sari kini meluapkan emosinya dengan melawan Andra
"Kalau iya kenapa? Apa hubungannya denganmu? Kamu ini hanya bekerja dirumah ini. Kamu sama sekali tidak berhak mencampuri urusanku dengan suamiku" Andra bicara dengan sikap yang tenang namun terlihat anggun
"Saya, saya, saya sudah lama bekerja dirumah ini dan saya tidak suka jika pak Radit mendapatkan pendamping yang salah sepertimu!"
Sari meninggikan suaranya, bahkan sampai menunjuk wajah Andra. Namun Andra tetap bersikap tenang menghadapinya
"Sari sudah. Ayo kembali bekerja. Maaf nyonya, Sari mungkin sedang tidak waras" Bi Marni menarik tangan Sari dan berusaha membawanya pergi dari hadapan Andra
"Bibi, untuk apa bibi minta maaf pada wanita ini? Dia sama sekali tidak cocok jadi nyonya rumah ini. Harusnya yang bersanding dengan pak Radit itu gadis yang kaya, pintar dan tentunya dari keluarga terpandang. Bukan gadis yang tidak jelas asal usulnya seperti dia"
Sari terus saja memberontak pada bi Marni dan tetap melawan Andra
"Biarkan saja bi. Aku ingin tahu apa yang akan kamu lakukan jika aku tetap berada di samping kak Radit?" Andra mendekati Sari dan bertanya dengan sikap yang berani dan senyum menantang
"Maka aku akan selalu membuat hubungan diantara kalian renggang"
Andra menatap bingung dengan sikap Sari yang aneh terhadap Radit. Padahal dia hanya pembantu. Terlebih dia sudah cukup lama bekerja dengan Radit, harusnya dia tahu kan bagaimana sifatnya?
"Sekarang aku merasa bingung sekaligus penasaran. Kita tidak saling kenal sebelumnya dan aku juga belum lama tinggal disini. Tapi kenapa kamu sangat membenciku? Memangnya aku melakukan kesalahan apa padamu?"
Andra bertanya dengan sikap yang tenang. Dia terlihat berbeda dengan Andra yang sebelumnya. Kini Andra terlihat tegas dan elegan
"Kamu … karena kamu telah merebut pak Radit!"
"Apa?!"
***
"Papi! Kenapa tadi papi marah pada kakak cantik? Kakak cantik selalu membuat makanan enak. Masa iya kakak cantik tidak pintar dalam membuat kopi?"
Lathan bertanya dengan nada bicaranya yang menggemaskan
"Papi tahu. Papi hanya ingin tahu, bagaimana kakak cantikmu itu menyelesaikan masalah sekecil ini" Radit menjawab dengan senyum tipis dibibirnya sambil mengelus lembut kepala Lathan.
Kini Lathan menatap bingung Radit. Dia terus memperhatikan Radit yang kini membuka laptop miliknya dan mulai memainkan jari jemarinya di atas keyboard.
"Apa yang papi lakukan?"
"Mengecek apa yang kakak cantikmu lakukan" Lathan semakin bingung dengan apa yang Radit lakukan. dia terus memperhatikan Radit yang memainkan laptopnya hingga wajah Andra dan yang berada di rumah muncul di layar
"Kakak Cantik? Papi apa yang sedang mereka lakukan?" Disana terlihat bi Marni sedang memegangi tangan Sari yang tengah berdiri dihadapan Andra
"Ini CCTV. dengan ini kita bisa mengetahui apa yang terjadi dirumah. Tapi karena ini hanya menampilkan gambar tanpa suara, jadi kami membuat semacam earphone yang bisa merekam suara. Dengan ini kami tidak hanya mengontrol gambarnya saja. Tapi juga suara yang ingin kami dengar"
Lathan dan Radit kembali diam dan memperhatikan layar monitor
"Sekarang aku merasa bingung sekaligus penasaran. Kita tidak saling kenal sebelumnya dan aku juga belum lama tinggal disini. Tapi kenapa kamu sangat membenciku? Memangnya aku melakukan kesalahan apa padamu?"
Radit dan Lathan sangat fokus saat melihat rekaman CCTV itu dan ingin tahu apa jawaban yang akan di dengar nantinya
"Kamu … karena kamu telah merebut pak Radit!"
"Apa?!"