Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rangga..
Devan menatap wajah Asha yang tidur disampingnya, matanya tak bisa lepas memandangi wajah wanita yang sangat dicintainya itu, sesekali dia mengelus lembut pipi sang istri yang tertidur pulas.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi Devan sama sekali belum merasakan kantuk, dia tidak ingin melewatkan kesempatan langka ini, ini kali pertama baginya menghabiskan waktu semalaman dengan istrinya, walaupun malam ini tidak terjadi apapun, tapi Devan merasa sangat bahagia, karena akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama cukup lama.
Tiba-tiba pandangannya jatuh pada ponsel Asha yang berada tidak jauh dari sana, Devan berinisiatif mengambil dan memeriksanya, ada banyak hal lagi yang ingin dia ketahui dari Asha, temannya, sahabatnya, teman curhatnya, obrolannya dan....
Tiba tiba ada satu pesan yang menarik perhatiannya.
Rangga.
Devan segera membuka dan membaca semua pesannya dari paling bawah satu persatu.
Jantung Devan berdegup kencang.
"Tunggu aku..aku sangat mencintaimu.."
"Tolong balas pesanku jika tidak mau mengangkat teleponku.."
"Jangan telat makan.."
"Aku mencintaimu.."
"Aku mencintaimu.."
"Sangat mencintaimu.."
Rentetan pesan ungkapan perasaan pria itu kepada Asha berjejer panjang, membuat darahnya seakan mendidih menahan cemburu, wajahnya memerah menahan amarah, mengepalkan tangannya ketika melihat foto profil pria yang terus menerus mengirimi istrinya pesan.
Devan terus melirik Asha yang tidur di sampingnya, takut jika istrinya itu terbangun dan memergokinya sedang memeriksa ponsel miliknya, dia juga takut Asha melihat wajahnya sekarang yang sedang terbakar api cemburu.
Devan semakin gusar, dia terus memikirkan siapa pria itu sebenarnya, apa hubungannya dengan Asha dan masih banyak lagi hal yang ingin dia ketahui tentang hubungan mereka, akan tetapi, ada hal yang membuat Devan sedikit tenang, dia melihat tak satupun pesan dari pria itu yang dibalas oleh Asha.
Devan mencoba memahami jika dirinya mungkin bukan pria pertama di kehidupan Asha, dengan wajah cantik istrinya, sudah tentu sudah banyak pria yang mencoba mendekati dan mendapatkannya, wajar saja hal itu terjadi, Asha memang pantas diperebutkan dan diperjuangkan, Devan mencoba mengerti, mungkin pria ini salah satu dari mereka.
Api cemburu yang tadinya berkobar perlahan-lahan redup dengan sendirinya, sekarang berganti dengan rasa bangga karena Asha sekarang sudah menjadi miliknya seutuhnya, tak ada yang bisa mengambil dan menggodanya, dia akan pastikan hal itu, dia tidak akan membiarkan Asha dekat atau didekati oleh pria lain sementara status pernikahan mereka masih harus dirahasiakan.
***
Pagi hari.
"Kenapa kamu lama sekali di dalam.." Devan melihat pintu kamar mandi yang belum juga terbuka daritadi.
Suara pintu terbuka, terlihat Asha dengan wajah menunduk keluar dengan hanya mengenakan handuk saja, rambutnya yang panjang dia gulung sehingga memperlihatkan dengan jelas lehernya yang putih.
Devan terpana.
"Aku tidak ada baju.." Ucap Asha pelan, tetap menunduk menyembunyikan wajahnya yang malu karena handuk hotel yang dia kenakan sangat pendek.
Devan yang terpana mencoba mengendalikan diri, dia segera beranjak dari duduknya dan mengambil kemejanya yang semalam dia pakai kemudian memberikannya pada Asha.
"Pakai ini saja dulu, aku akan suruh Nando untuk membeli baju untukmu.."
Asha segera mengambilnya dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Devan memegang dadanya, jantungnya berdegup kencang melihat Asha yang hanya mengenakan handuk kecil yang melingkar di tubuhnya. Sudah jelas ada banyak bagian tubuh lain yang tidak tertutupi yang terlihat olehnya barusan, mengingat itu, Devan menelan ludahnya.
***
"Aku harus pergi.." Devan melihat Asha.
Asha tersenyum.
"Pergilah..aku juga akan pulang sebentar lagi.."
"Maafkan aku.." Devan memeluk Asha.
"Tidak apa apa.."
Devan mengecup kening istrinya.
"Besok kita ketemu lagi di kantor.."
Asha mengangguk.
"Nando akan mengantarmu pulang nanti.."
Asha kembali mengangguk.
"Sampai jumpa besok..aku mencintaimu.." Ucap Devan sambil membuka pintu.
Asha melambaikan tangan dan memberikan senyuman lembut pada suaminya.
Pintu tertutup, Asha menarik napas panjang, dia tahu kepergian suaminya karena Angel baru saja meneleponnya, tanpa sengaja dia mendengar percakapan mereka di telepon tadi, mereka akan makan siang bersama keluarga.
Asha menghempaskan tubuhnya pada kasur ada perasaan sedih dan kecewa juga cemburu, namun dia segera menyadari posisinya sebagai seorang istri yang dirahasiakan, walaupun tak mudah, dia mencoba untuk mengerti dan justru seharusnya dirinya merasa bersyukur karena sudah bisa bersama dengan suaminya semalaman tadi.
Suara pintu diketuk.
Nando masuk dengan wajahnya yang terlihat ceria.
Dia menghampiri Asha.
"Apa tadi malam terjadi sesuatu..?"
Asha tersenyum.
"Jangan katakan tidak terjadi apapun.." Ucap Nando lagi.
Asha menggelengkan kepalanya.
"Semalam tidak terjadi apa-apa.." Jawab Asha yakin.
Nando memegang kepalanya.
"Jadi semua rencanaku gagal..!?" Nando berteriak histeris.
Asha tersenyum geli.
***
Keesokan harinya di kantor.
"Seseorang yang kamu rekomendasikan kemarin, aku sudah menempatkannya menjadi manajer pemasaran hanya itu jabatan yang kosong sekarang, walaupun tidak sesuai dengan titelnya yang lulusan terbaik universitas luar negeri.." Ucap Gio.
"Kurasa tidak apa-apa, katanya dia bersedia ditempatkan dimana saja.." Jawab Devan.
"Tapi ngomong-ngomong, siapa orang itu, tidak biasanya kamu menggunakan kekuasaanmu untuk memberi pekerjaan kepada seseorang.." Tanya Gio penasaran.
"Dia sepupu Angel, orang tuanya Angel menyuruhku untuk memberinya pekerjaan di perusahaanku.."
"Bukankah calon mertuamu itu bisa mempekerjakan dia di perusahaannya..?"
"Orang itu tidak mau, aku tidak tahu kenapa.."
"Baiklah..katanya orang itu akan datang hari ini.."
"Iya..Angel memberitahuku kemarin.."
Seseorang mengetuk pintu.
Asha datang dengan membawa berkas di tangannya.
"Mereka ingin bapak segera menandatanganinya.." Ucap Asha sembari menyerahkan berkas ditangannya.
Gio melihat Asha, Devan yang melihat merasa kesal.
"Apa yang kamu lakukan disini..pergilah ke ruanganmu.." Devan mengusir Gio.
Gio berdiri dengan mata yang masih menatap Asha, membuat Devan semakin kesal.
Hingga akhirnya Gio meninggalkan ruangan.
Devan memperlihatkan kekesalannya pada Asha.
"Aku tidak suka dari caranya melihatmu.." Devan menatap Asha tajam.
"Maaf.."Jawab Asha tersenyum.
Devan ikut tersenyum, keduanya saling menatap mesra.
Tiba-tiba suara pintu terbuka, Gio masuk kembali, segera menghampiri Devan
"Ada apa lagi..?" Tanya Devan yang kaget dengan kesal.
"Orang yang kita bicarakan tadi sudah datang, dia kesini ingin menyapamu.." Ucap Gio menunjuk pintu.
Seorang pria masuk.
Asha membalikkan badannya, tersentak kaget melihat pria yang menghampirinya.
"Kak Rangga..." Ucap Asha pelan.
Rangga tersenyum, melihat Asha dengan penuh cinta.
"Apa kabar..?" Tanya Rangga menyodorkan tangannya.
Devan berdiri dari duduknya.
pikir tdi bnran jetua gangster ...