Awalnya semua begitu indah untuknya. Memiliki keluarga yang sempurna dengan ayah dan ibu yang sangat mencintai dan menyayanginya, tapi kebahagian itu hanya sementara. Cinta pertamanya di dunia ini direnggut darinya, seketika semuanya berubah menjadi duka.
Kehidupan baru mulai dijalani saat seseorang datang dan dikehidupan ibunya. Menjadi anak tiri dari seorang pengusaha yang sukses dan hidup dengan kemewahan yang dirasakannya.
Tapi..., semua tidak seindah yang dijalaninya. Hanya ada kesedihan yang dirasakannya karena penghinaan yang didapatnya dari orang yang sangat disayanginya.
Wanita itu hanya berharap mendapatkan kebahagian, memiliki sosok pelindung yang baru untuknya. Sampai akhirnya sebuah takdir kehidupan yang tak terduga, menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya.
Tidak ada cinta,tidak ada kebahagian yang dirasakannya, hanya ada sebuah rahasia besar yang tersimpan di dalam pernikahan itu.
Hanya menunggu kapan Rahasian itu terbongkar dan menjadi Bom waktu di pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Hari H
Rasanya Sulit sekali untuk Gwen menutup matanya, malam terakhirnya di kamar nya itu justru membuatnya tidak bisa tidur.Pikiran yang dirasakannya malam ini bercampur aduk dengan kegelisahan pada dirinya sendiri.
Banyak hal yang tiba-tiba muncul dipikirannya, misalnya bagaimana dengan gaun pernikahan yang akan dikenakan, apakah gaun itu masih sama dengan terakhir kali dia memakainya, bagaimana jika gaun itu kebesaran karena beberapa hari ini dia tidak nafsu makan dan merasakan berat badannya turun atau memikirkan orang-orang akan memandangi dirinya saat memasuki gedung pernikahan. Memikirkan itu semua membuat rasa percaya dirinya semakin menciut, dia yang tidak menyukai keramaian dan menjadi pusat perhatian harus berdamai dengan itu semua.
"Berhentilah memikirkan hal- hal aneh Gwen, kamu harus tidur sekarang. Jangan sampai besok pagi kelopak mata mu hitam karena kurang tidur", gumamnya pada dirinya sendiri.
Dia mencoba membaringkan tubuhnya kembali di kasur empuknya, kasur yang telah menemaninya bertahun-tahun hingga sampai saat-saat terakhir, ditariknya selimutnya hingga menutupi setengah badannya dan mencoba memejamkan kedua matanya.
•
•
Hari H itu datang....
Kedua matanya terbuka saat mendengar suara yang berisik dari luar kamarnya. Suara yang sangat jelas didengar oleh telinganya ada suara ibunya yang berbicara dengan seseorang.Selama beberapa menit dia masih berbaring sambil bermalas-malasan untuk bangkit dari ranjang tidurnya.
Setelah dia sadar sepenuhnya, segala ingatannya kembali.Dia akhirnya ingat bahwa hari ini adalah hari pernikahannya dengan kenichi. Sebuah gerakan spontan dilakukannya dengan melompat dari tempat tidurnya, sikap santai itu menghilang berubah dengan kepanikannya.
"Kenapa tidak ada satu orang pun yang membangunkan ku", gumamnya, sambil membuka pintu kamarnya dan turun kebawah.
"Ibu...., ibu....", panggilnya beberapa kali sambil menuruni anak tangga dengan wajah kesal.
"Gwen, kenapa berteriak seperti itu", kata minori.
"Kenapa tidak ada yang membangunkan ku", sergah Gwen.
"Ibu kira kamu sudah siap-siap. Oh yaampun Gwen, ibu sangat sibuk sayang. Ibu tidak sempat mengurus mu,lihatlah sebentar lagi supir akan menjemput kita untuk ke gedung. Bersiap-siaplah sekarang, kamu punya waktu dua puluh menit", gumam minori sambil melirik jam tangannya.
"Dua puluh menit?" yang benar saja bu?"sergah Gwen.
"Hanya perlu mandi saja, gwen", balas minori.
"Baiklah", jawab Gwen yang langsung bergegas menuju ke kamar nya .
Semuanya dilakukan Gwen dengan tergesa-gesah, acara pernikahan akan berlangsung jam 12 siang dan sekarang waktu menunjukkan pukul 08:00 pagi. Baginya masih banyak waktu yang tersisa seharusnya, tapi melihat ibunya yang terlihat panik membuatnya ikut menjadi panik.
"Semuanya sudah kamu bawa,sayang?tanya minori, yang mencoba memastikan kembali sebelum mereka pergi.
Gwen mencoba melihat semua barang-barang yang diturunkannya dari dalam kamarnya, dihitungnya kembali koper yang di masukan ke bagasi mobil dan memeriksa tas tangan yang dipeganginya.
"Semua sudah aku bawah bu", jawab Gwen.
"Gwen, naiklah", kara Arata.
"Ia, ayah", ucap Gwen.
Mobil yang membawa mereka pun melaju meninggalkan kediaman tersebut, menuju ke sebuah hotel mewah tempat berlangsung pernikahan antara Gwen dan Kenichi.
Rasa gugup itu kembali dirasakan Gwen, sekilas dia menatap ibunya yang tersenyum singkat kepadanya sambil menggenggam tangannya. Dia tidak menyangka, bahwa dia tidak lagi tinggal bersama ibunya yang telah bertahun-tahun bersama dengannya, banyak hal yang telah mereka lewati bersama bahkan mereka berjuang bersama untuk hidup dan pada akhirnya dia akan pergi memulai kehidupannya yang baru dengan suaminya kelak, meski bukan berpisah tapi Gwen merasakan kesedihan untuk itu semua.
Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai di hotel mewah itu, minori langsung membawa Gwen ke sebuah ruangan dimana dua orang wanita sudah menunggu kedatangannya dari tadi.Tanpa basa-basi, keduanya langsung menarik Gwen yang baru saja tiba diruangan itu dan mendudukannya di sebuah kursi.
"Kami akan mendadani anda, nona", salah seorang dari wanita itu.
Gwen hanya menganggukkan kepalanya, wajahnya benar-benar terlihat pasrah saat kedua wanita itu melakukan sesuatu di wajahnya. Saat satu wanita sibuk dengan wajahnya, wanita yang lain sibuk dengan rambutnya yang panjang itu. Dia mulai menyisir rambutnya, kemudian membentuk rambut indah itu, sentuhan lembut tangannya saat memegangi rambut Gwen membuatnya ingin tertidur rasanya.
Ditempat lain, Kenichi dengan gagahnya mengenakan setelan jas berwarnah hitam dengan kemeja putih didalamnya, tak lupa setangkai bunga mawar putih di saku jas Kenichi. Dia dengan kedua orang tuanya dengan ramah menyapa setiap tamu undangan yang telah datang.
Wajahnya tak henti-hentinya melemparkan senyuman kepada para tamu, dia yang terkenal kaku kali ini begitu berbeda di hari pernikahannya, bahkan dia mendadak menjadi pria yang hangat dihadapan para tamu yang datang.
"Lihatlah, apa itu ekspresinya yang sesungguhnya?"tanya sakura yang mengamati Kenichi dari kejauhan.
"Sayang, kamu masih memikirkan ucapan Kenichi yang semalam?"tanya daichi, yang memandangi istrinya itu.
"Entahlah, aku merasa ini sangat konyol. Dia membuat pernikahan ini seperti main-main", bisik sakura pada daichi, dia tidak ingin ada orang yang mendengar perkataannya itu.
"Aku yakin, dia pasti sudah memikirkannya", gumam daichi.
"Aku harap begitu", jawab sakura.
Waktu menunjukkan pukul 11:40 hanya tinggal beberapa menit saja sampai acara pernikahan itu berlangsung. Kenichi masih di sibukkan dengan menyambut para tamu dengan senyumnya yang ramah, tapi dalam hitungan detik saja senyum itu berubah saat matanya menatap yukari yang berdiri dihadapannya.
"Hai, kenichi", sapa yukari dengan senyum.
Kerongkongannya terasa tercekat dan sulit mengeluarkan suara, saat memandangi yukari dengan ekspresi wajahnya yang terlihat bahagia menatapnya.
"Apa kamu tidak ingin menyalami ku, seperti tamu undangan yang lain?"tanya yukari, dengan senyum miringnya.
"Tentu saja", jawab Kenichi sambil mengulurkan tangannya, dia mencoba terlihat santai dihadapan yukari.
Melihat tangan kenichi yang diulurkan kepadanya, dengan cepat yukari menggapai tangan itu. Kedua tangan mereka saling berjabat tangannya. yukari mendekatkan dirinya kearah Kenichi, sambil membisikan sesuatu di telinganya. "Aku akan pastikan, bahwa Gwen tidak akan muncul ", bisiknya pelan-pelan ditelinga Kenichi, lalu mundur dan memandang Kenichi sambil tersenyum.
Tidak ada ekspresi khawatir yang sama sekali ditunjukkan kepada yukari karena dia tahu itulah yang diinginkan yukari dari dirinya. Dia tetap saja terlihat tenang, meski yukari begitu terang-terangan mengancamnya dihari pernikahannya.
"Lakukanlah kalau begitu", ucap Kenichi, bukannya takut, Kenichi justru kembali menantang mantan kekasihnya itu untuk melakukannya.
"Baik", jawab yukari, wajahnya benar-benar terlihat marah menatap Kenichi, lalu pergi meninggalkannya.
Begitu yukari pergi, Kenichi langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi arga. Dia mencoba meminta bantuan sahabatnya itu untuk mengawasi gerak-gerik yukari, beberapa kali dicoba panggilan telponnya sama sekali tidak dijawab oleh arga.
"Dimana kamu arga, aku sangat membutuhkan bantuan mu", batin Kenichi.
"Ada apa Kenichi?"tanya mina yang melihat putranya itu terlihat tidak tenang
"Ibu, sebentar aku pergi dulu", ucap Kenichi.
"Kamu mau kemana, sebentar lagi acaranya dimulai", ucap mina.
"Aku hanya ingin menelepon arga bu, disini sangat berisik",jawabnya.
"Jangan lama-lama", kata mina.
"Baik, bu", jawab Kenichi.
Dia terus mencoba menghubungi arga kembali, tapi hasilnya tetap sama tidak ada jawaban. Pikirannya semakin kacau, diliriknya jam tangannya melihat waktu yang hanya tunggal tersisa beberapa menit saja.
"Jangan sampai yukari, benar-benar melakukannya", gumamnya.
Matanya berputar melihat orang -orang di sekelilingnya, wajahnya langsung tersenyum saat pandangan matanya terkunci melihat sosok yang dapat membantu masalahnya saat ini.
"Baiklah Kenichi, sepertinya dewa keberuntungan sedang memihak dirimu", gumamnya sambil melangkah berjalan mendekati sosok tersebut.
Bersambung....
penasaran nih gmna ending nya,msa ya d cut aja smpe dsni???
kok gantung gini crtanya??