Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ora Ono? 28
Byur byur byur
Air demi air diguyurkan pada kobaran api tersebut. Meski memakan waktu tapi akhirnya api dapat padam juga. Juragan Karto langsung memeriksa mobil, dan ia sangat sedih karena benar itu mobil yang dipakai Adam. Akan tetapi, mobil tersebut kosong atau tidak ada orang di dalamnya.
"Juragan, kosong Juragan. Maaf, kalau memang Den Adam dan Non Asha ada di dalam, tubuhnya pasti ada meski terbakar,"ucap Prapto yang merupakan orang kepercayaan Juragan Karto.
"Ya aku melihatnya juga, Prap. Lalu, dimana mereka berada. Cari Prap, kita harus menemukan Adam dan Asha sebelum gelap," sahut Juragan Karto. Dia merasa sedikit lega karena Adam dan Asha tidak ada di dalam mobil. Itu berarti setidaknya nyawa mereka berdua selamat. Ya itu adalah harapan Juragan Karto.
Meski belum sepenuhnya lega, tapi Juragan Karto memiliki keyakinan besar bahwa Adam dan Asha pasti selamat.
"Tapi Juragan, ini sudah mau gelap. Kita tidak membawa apa-apa untuk mencari Den Adam dan Non Asha. S-sebaiknya, sebaiknya kita pulang dulu dan kembali lagi nanti," ucap Prapto memberi saran. Memang benar, saat ini sudah senja. Matahari bahkan hanya tinggal semburatnya saja. Akan bahaya jika nekat terus berada di tempat itu karena masih banyak hewan buas.
Ucapan dari Prapto membuat Juragan Karto terdiam. Dia mengerti dan juga setuju bahwa bahaya jika terus berada di sana hingga malam. Tapi nalurinya sebagai orang tua mengatakan bahwa dia tidak ingin meninggalkan putra dan menantunya.
"Juragan, Den Adam akan sedih jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Juragan. Sekarang, kita harus kembali ke rumah dulu dan esok pagi-pagi sekali kita akan langsung ke sini. Saya yakin Den Adam dan Non Asha pasti selamat karena di dalam mobil itu tidak ada sosok manusia," imbuh Prapto. Dia tahu bahwa juragannya begitu berat meninggalkan tempat ini, tapi sekarang tidak ada yang bisa dilakukan lebih jauh lagi.
"Ya sudah ayo kita pulang," ucap Juragan Karto pada akhirnya. Dia paham bahwa memaksa untuk mencari bisa malah akan terjadi hal lebih buruk.
Tepat setelah adzan magrib, Juragan Karto sampai dikediaman. Mendengar suaminya pulang Sugiyanti langsung bergegas menghampiri. Dia tidak memedulikan tubuhnya yang begitu lemah dan kepalanya yang pusing.
"Mas," panggil Sugi lemah. Dia dipapah oleh Bimo untuk menemui suaminya.
"Gi, kenapa kamu keluar begini. Aku akan datang menghampirimu," ucap Juragan Karto. Dia menangkap tubuh istrinya dan membawanya kembali ke kamar.
"Bagaimana Mas, bagaimana Asha dan Adam. Kenapa mereka tida pulang bersamamu?" tanya Sugi. Dia sudah menyiapkan hati tentang kabar yang mungkin buruk dari mulut suaminya.
"Duduklah dulu, Gi," ucap Juragan Karto. Dia membantu istrinya duduk di sisi tempat tidur sedangkan Bimo dan Juwita berdiri di sisi dinding.
Sugi patuh pada ucapan suaminya. Dia duduk dengan tenang namun perasaannya begitu berkecamuk karena tak sabar dengan apa yang didapatkan oleh Juragan Karto.
"Mobil itu, memang mobil Adam," ucap Juragan Karto lagi.
Aaaah hiks hiks
Tangis Sugi semakin menyesakkan bagi siapa saja yang mendengarkannya.
"Tapi, Adam dan Asha tidak ada di dalamnya," imbuh Juragan Karto. Ya ucapannya tadi belumlah selesa.
Apa?
Sugi, Bimo dan Juwita terkejut bukan main mendengar ucapan Juragan Karto. Sugi terlihat sedikit lega, pun dengan Juwita. Tapi Bimo nampak sangat penasaran.
"Terus mereka dimana, Pak? Kenapa Bapak tidak membawa mereka pulang," ujar Bimo.
"Tidak tahu, mereka tidak ada di sekitar area itu. Bapak memutuskan untuk pulang lebih dulu karena sudah senja. Besok, besok baru Bapak akan kesana lagi untuk mencari adik dan adik iparmu itu," jelas Juragan Karto. Wajahnya tertunduk lesu. Gurat rasa bersalah tertulis jelas pada air mukanya.
"Mas, aku yakin, aku yakin mereka pasti selamat. Aku yakin itu," ucap Sugi sambil menggenggam erat tangan suaminya.
Melihat kedua orangtuanya yang larut dalam kesedihan, Bimo membawa Juwita untuk keluar dari kamar dan kembali ke kamar mereka sendiri. Wajah Bimo tampak tegang, sedangkan Juwita mengerutkan alisnya.
"Semoga saja Adam selamat," ucapnya lirih. Nama Asha sungguh tidak disebut olehnya karena memang dia tidak menginginkan Asha kembali.
"Istirahatlah Ta, kalau mau makan minta saja pembantu untuk mengambilkan. Aku yakin Bapak dan Ibu juga tidak mungkin makan malam di ruang makan," tukas Bimo. Dia melangkah pergi hendak keluar dari kamar.
"Mau kemana, Mas?" tanya Juwita.
"Aku akan bertanya ke Lek Prapto dan juga ke yang lainnya juga tentang kondisi di tempat kejadian. Siapa tahu ada petunjuk tentang keberadaan Adam dan Asha,"jawab Bimo, ia melenggang pergi dan bahkan sama sekali tidak menoleh ke belakang.
"Sebenarnya mau apa dia? Ah terserahlah. Yang penting aku lumayan lega karena Adam tidak ikut terbakar bersama mobil itu, sedangkan untuk Asha, bodoh amat. Aku tidak peduli dia mau mati atau hidup," gumam Juwita lirih.
Klak
Bruuummmm
Bimo menyalakan mobilnya dan pergi meniggalkan rumah. Dia tidak peduli bahwa hari sudah gelap. Ada satu hal yang harus dipastikan olehnya saat ini.
Sebuah rasa cemas seketika menggelayut ketika dia melihat sebuah warung yang kurang lebih seminggu lalu didatanginya.
Ckiiit
Tap tap tap
"Woaah Bos, sudah datang rupanya?" ucap Si Bekas Luka. Pria itu tersenyum lebar ketika melihat kedatangan Bimo.
"Sebenarnya aku sedikit kecewa karena kalian tidak menyelesaikan tugas dengan sempurna," ujar Bimo tanpa basa-basi lagi."
"Maksudnya apa, mobil itu sudah kami dorong ke jurang bahkan sampai meledak. Aku yakin orang yang ada di dalamnya mati terpanggang," sahut Si Bekas Luka.
"Tidak, mereka lolos. Tapi tidak masalah. Ini semua sudah cukup. Dan ini sisa bayaran kalian. Ingat, kalian tidak mengenalku, tidak pernah bertemu dengan ku, dan tidak tahu siapa aku."
Tanpa mendengar jawaban dari kelompok tersebut, Bimo langsung pergi setelah memberikan uang sisa bayaran. Ketika perjalanan pulang, dia mampir sejenak ke tempat dimana mobil Adam terbakar.
Tidak ada ekspresi apapun pada wajah Bimo. Dia hanya menatap lurus ke bawah dan setelah itu kembali masuk ke mobilnya dan kembali pulang.
TBC
Tetap waspada dan peka dengan sekitar ya dam asha!