Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Gembira 24
Wajah Adam memerah karena malu, saat dia ketahuan tidak tidur semalaman. Asha mengusap wajahnya kasar saat mendengar cerita jujur Adam.
"Kenapa Mas tidak bilang? Atau paling tidak, Mas minta aku untuk geser," ucap Asha. Dia merasa tidak enak menjadi penyebab Adam tidak bisa tidur.
"Aku tidak ingin membangunkan mu, Sha. Apalagi kamu terlihat sangat nyenyak tidurnya," sahut Adam. Itu bukan alasan, dia sungguh tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Wajah lelah dan damai Asha ketika tidur membuat Adam tak tega melakukannya.
"Haah, oke oke. Tapi lain kali Mas harus bilang. Aku tidak mau Mas jadi tidak tidur begini," tukas Asha cepat.
"Iya, lain kali aku akan minta kamu untuk geser. Maaf Sha, sebenarnya ini tidak harus jadi sesuatu yang dipersoalkan. Benar kata kamu bahwa kita ini sudah resmi dan sah menjadi suami istri. Hanya saja, aku sendiri masih belum siap untuk kita menjadi intim. Aku, aku tidak ingin menyentuhmu hanya karena nafsu," sahut Adam.
Ada rasa senang dalam hati Asha ketika mendengar ucapan Adam baru saja. Dia senang karena Adam sadar dengan dirinya.
"Ya aku paham, mari kita lakukan perlahan. Tapi, apa dengan ini Mas mulai menerima pernikahan kita ini?" tanya Asha. Dia ingin tahu apa rasa terdalam dari Adam. Tapi agaknya Adam masih belum bisa menjawab. Pria itu masih mengatupkan rapat bibirnya.
"Baiklah tidak usah dijawab sekarang. Kita masih punya banyak waktu untuk itu. Sekarang, mari kita cari sarapan Mas. Sudah waktunya untuk makan, aku lapar," ajak Asha.
"Ya, mari kita cari sarapan."
Keadaan yang damai antara Adam dan Asha berbanding terbalik dengan yang dialami oleh Juwita serta Bimo. Juwita setelah berkata bahwa dirinya sembuh langsung memulai lagi pekerjaannya sedangkan Bimo, dia yang terus saja gelisah menjadi tidak fokus dengan apa yang sedang dilakukannya.
Padahal saat ini dia sedang berada di perkebunan bersama ayahnya. Juragan Karto yang sedari tadi menjelaskan tentang kemana saja hasil perkebunan akan dikirim seolah tidak masuk ke telinga Bimo.
"Bim, pikiran kamu kemana hah? Kamu dari tadi melamun terus. Bapak perhatikan kamu sama sekali tidak fokus dengan ucapan Bapak," tegur Juragan Karto.
"Maaf Pak, a-aku cuma kepikiran sama Juwita. Apa Bapak tidak bisa memberinya tugas yang ringan saja," sahut Bimo. Setengah yang dikatakan benar tapi setengahnya salah.
Pikiran Bimo yang sedang tidak fokus itu bukanlah semata-mata karena Juwita. Dia sekarang tengah terpikirkan tentang Adam dan Asha. Dia penasaran bagaimana hubungan mereka berdua. Dan bukan hanya itu, dia juga kepikiran tentang apa yang akan terjadi pada Adam dan Asha nantinya saat kembali ke rumah.
"Dia yang minta, Bapak hanya memberikan sesuai dengan keinginannya saja. Lagipula, dia juga harus bisa bantu-bantu kamu Bim. Istri di keluarga Darsuki bukan hanya hiasan semata, mereka juga harus ikut andil dalam pengelolaan harta yang dimiliki," ucap Juragan Karto dengan tegas.
Dulu memang dia membiarkan Juwita bebas begitu saja. Tapi sekarang ini sudah waktunya bagi Juwita untuk bergerak.
Juragan Karto tidak mau jika orang hanya bisa menikmati hasil usaha. Dia ingin semuanya bisa terus berusaha untuk menjaga dan memajukan keluarga. Meski istrinya tidak bisa membantunya dalam hal serupa, tapi setidaknya Sugiyanti selalu memberikan hal terbaik bagi suaminya dengan caranya sendiri.
Juragan Karto berharap anak menantunya yang lebih pintar dari pada istrinya, bisa mendukung pekerjaan suami mereka masing-masing. Segala hal tentnag kebutuhan sudah dipenuhi olehnya, rumah juga sudah diurus dengan baik oleh para pembantu, maka dari itu baim Juwita maupun Asha juga harus bisa mendukung pekerjaan suami mereka.
"Kalau sudah paham, sudahi kegelisahanmu itu dan kembali fokus dengan pekerjaan," ucap Juragan Karto lantang.
"Baik, Pak," sahut Bimo singkat. Dia tak akan pernah bisa menang dari ayahnya. Apapun yang jadi perintah sang ayah akan dikerjakan olehnya. Kedudukan dan posisi yang dimiliki olehnya belumlah kokoh, maka dari itu dia hanya bisa menurut.
Hal ini lah yang membuat Bimo khawatir. Dia takut apa yang selama ini dipegangnya akan jatuh ke tangan Adam. Bimo tidak mau itu. Terlebih dilihat oleh orang luar, Bimo selalu digadang-gadang akan menjadi pengganti Juragan Karto yang sangat sempurna. Hal tersebut sudah membuat Bimo yakin bahwa segala hal yang dimiliki oleh ayahnya akan menjadi miliknya. Dan Adam hanya akn dibawah kendalinya.
Namun kedatangan Asha seolah menjadi sebuah pendobrak bagi Adam, dimana Bimo tidak menginginkannya.
"Tidak, aku yakin Adam memiliki perasaan yang besar kepada Juwita. Dia tidak akan mungkin tergoda dengan Asha. Wanita itu baru datang bahkan belum ada sebulan. Ya, tidak mungkin begitu. Adam selamanya hanya perlu jadi orang yang ada di bawahku dan kendaliku. Aku lah yang akan menjadi kakak baik yang menghidupi adik tidak becus."
Pikiran Bimo terus tertuju pada Adam dan Asha. Khawatir yang sangat berlebihan, ya itulah yang dirasakan oleh Bimo saat ini. Dirinya yang tidak bisa melihat Adam dan Asha tentu tidak tahu apa yang terjadi pada mereka berdua.
Bimo masih berusaha untuk yakin bahwa Adam tidak akan mudah menumbuhkan rasa cinta pada istrinya karena masih terganjal dengan Juwita.
Pikiran ruwet Bimo sekarang ini sejalan dengan istrinya. Sepanjang hari Juwita hanya mengeluh terkait apa yang sekarang dia kerjakan.
Banyaknya angka dan juga garis-garis yang berjajar membuat kepalanya pusing dan perutnya mual.
Hoek
Drap drap drap
Juwita berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang sepeti dibolak-balik.
Sugi melihat hal itu, dia kemudian berjalan cepat menghampiri menantunya.
"Kamu kenapa, Ta?"tanya Sugi dengan ekspresi yang khawatir.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku sedikit pusing dan mual. Paling masuk angin," sahut Juwita. Wajahnya pucat dan juga lemas. Sugi lansung memanggil salah seorang pembantunya untuk membantu Juwita ke kamar.
Sesampainya di kamar, Juwita langsung dikeroki dengan uang koin dan minyak. Terlihat garis merah-merah pekat tanda Juwita benar-benar masuk angin.
"Kalau suamimu pulang, kamu harus ke dokter," ucap Sugi. "Kali ini tidak boleh menolak," imbuhnya.
"Baik Bu," sahut Juwita pasrah. Dia tidka ada tenaga untuk menolak keinginan ibu mertuanya. Lagi pula sepertinya dia memang membutuhkan dokter.
Dan benar saja, ketika Bimo dan Juragan Karto pulang. Mereka langsung membawa Juwita ke dokter. Juwita yang sebelumnya memang sudah sakit dan sekarang sakit lagi, cukup membuat ayah dan ibu mertuanya khawatir. Namun ternyata kabar bahagia lah yang datang. Dimana membuat Juragan Karto dan Sugiyanto sangat bahagia.
"Selamat, Mbak Juwita sedang hamil. Untuk jelasnya saya akan membuat surat rujukan ke dokter kandungan ya, Mas Bimo."
Alhamdulillah
Semua bersorak senang. Terlebih Bimo, dengan kehamilan Juwita ini, dia yakin akan semakin memperkuat posisinya sebagai pemilik seluruh kekayaan keluarga Darsuki.
TBC
Dam.. Asha ingin kamu menyadari rasamu dulu ya...
Goda terus Sha, kalian kan sudah sah suami istri