NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Serra melangkah panik dan tergesa gesa di tangan nya terdapat segelas jus buah naga. Ia begitu panik sampai tak memperhatikan apapun, tatapan nya fokus ke depan sambil sesekali menatap segelas jus buah yang dibawanya .

Langkah ringan namun pasti itu akhirnya membawa nya sampai di hadapan Vicky. " Vic ini minum du,,,," ujar Serra, memberikan segelas jus buah , tetapi tiba tiba, ia menghentikan ucapannya.

Serra terdiam, tatapan nya langsung mengarah pada pria yang tengah duduk di kursi nya. Dari raut wajahnya ia terlihat cukup terkejut, sekaligus bingung.

"Kak El, disini?," Ceplos nya.

"Iya. Kenapa?"

"Engga. Cuma kaget aja, tiba tiba ada disini," sahut nya cengengesan.

"Jus buah?,"

Serra menatap segelas jus buah di tangan nya, sambil menjelaskan "Oh, ini.Ini buat Vicky, tadi dia tersedak makanan. Makanya beli ini," ujar nya.

El menatap penuh arti, " Lo serius mau kasih jus buah ini ke temen Lo?, yakin itu bakal bantu dia?,"

Serra menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia mulai berpikir keras mengenai hal ini, ia melihat ke arah Vicky dan sesekali kembali menatap pada segelas jus buah ini. " Hemm, engga sih kak. Seharusnya gue beli air mineral, kalo gue kasih jus buah itu kurang efektif,"

"Nah. Itu Lo tau, lain kali putuskan baik baik. Itu membantu atau malah merugikan,"

Serra mengangguk mengerti. Ia menghela nafas dalam, ia merasa sangat bersalah karena telah memesan jus buah. Seharusnya ia bisa memikirkan solusi yang lebih baik. Serra menyembunyikan wajahnya, wajahnya kini mulai meredup.

"Ser. It's okey. Lo tau aja kalo gue pengen jus buah naga," Jelas Vicky, tidak ingin membuat Serra merasa sedih.

"Tapi Vic. Seharusnya gue beliin Lo air mineral,"

"Udah gak papa. Ini buat gue kan?," Serra mengangguk, mengiyakan ucapan Vicky.

Vicky tersenyum, kemudian mengambil segelas jus buah naga dari tangan Serra. Ia langsung menyeruput nya dengan wajah kebahagiaan. Serra tersenyum kecil, walaupun ada kesalahan tetapi Vicky tetap mau menerima nya.

Serra merasa kedua kakinya mulai pegal pegal, karena cukup lama dia berdiri sejak tadi. Ia menatap ke arah El, lebih tepatnya kursi yang diduduki pria itu. Bagaimana ia bisa duduk sekarang. Sedangkan di sekitar kantin kursi sudah mulai dipenuhi oleh siswa dan siswi. Pandangan Serra menyapu di seluruh kantin, berharap ada kursi kosong yang masih tersisa.

Vicky menoleh ke arah Serra. Ia memperhatikan gadis itu yang tengah melihat kesana kemari. Ia kemudian mengarah pada kaki Serra yang mulai tak bisa diam, sepertinya gadis itu mulai merasa pegal. Sementara tidak ada tempat yang kosong.

"Ser, Lo bisa duduk bareng gue. Masih cukup ini," Ucap Vicky menawarkan duduk bersebelahan dengannya.

Serra terdiam, ia melihat space tempat kursi yang minim itu. Ia melihat proporsi tubuh Vicky dan dirinya. Jika mereka duduk bersama , mereka akan kesusahan untuk bergerak. " Engga usah Vic, gak papa. Gue cari kursi lain aja, siapa tau ada yang kosong,"

Pandangan Vicky tertuju pada El, ia tidak bisa dengan sengaja meminta pria ini untuk pergi. Itu tidak sopan. " Lo bisa duduk disana , bareng Adit dan Devan. Di tengah ada kursi tempat gue, itu kosong ," Sela El memberi solusi.

Mendengar solusi yang diberikan oleh El, Serra segera mengarah ke tempat yang ditujukan. Disana dia melihat ada satu kursi kosong, tetapi pandangannya malah tertuju pada pria di sebelah kursi itu. Kedua bola matanya langsung melebar perlahan, melihat Devan yang tengah duduk bersantai dengan wajah, cool dan gaya yang dingin.

Itu membuat Serra sedikit salting, bukan sedikit lebih tepat nya membuat dirinya grogi dan gugup. Apalagi mengingat kejadian di perpustakaan itu. " Disana kak?," Jelas Serra agak gugup.

"Iya, bersebelahan dengan Devan. Kenapa? Ada masalah?,"

"Hemmm,"

"Lo gak usah takut. Yang lalu udah berlalu , kita gak pernah masalahin soal hal itu lagi. "

"Bukan gitu kak. Tapi,,,"

"Tapi apa? Daripada Lo berdiri , cuma itu space yang kosong. Keputusan ada di tangan Lo, gue cuma nawarin,"

Serra berpikir sejenak, ia terlihat bingung antara harus memilih tetap berdiri sampai bel masuk berbunyi, atau gabung dengan mereka dan duduk bersebelahan dengan Devan. Melihat waktu istirahat masih cukup panjang. Ia semakin pusing dibuatnya.

"Serr," Panggil Vicky.

Vicky melihat Serra dengan tatapan meledek, terukir senyum kecil namun penuh ejekan dari wajah Vicky. Ia tahu jika temannya itu sedang berpikir keras, apalagi disana ada Devan. Baru kemarin ia cerita dengan tentang pria itu pada Vicky.

"Kalo Lo gak mau, gue yang pindah," Jelas Vicky langsung mengejutkan Serra.

"Ehhhhh,,, gak usah Vic. Lo disini aja, gue aja yang kesana. Aman kok," Sela nya segera.

"Ohhhh,,,okey," sahut Vicky menyembunyikan senyum kecil nya.

Serra menghela nafas dalam, sebelum melangkah kesana ia memeriksa penampilan dirinya. " Serra, Lo pasti bisa. Lagian Lo udah rapi, gak ada yang salah. Ayo, Lo pasti bisa," Jelas pikiran nya.

"Okeyyy, gue kesana ya. Bye Vicky, Kak El," Jelas nya kemudian bergegas pergi.

"Bye Ser, " sahut Vicky, menoleh ke arah Serra pergi. Ia tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya perlahan. Tingkah gadis itu memang selalu diluar perkiraan.

"Gue rasa, ada sesuatu," Ceplos El tiba tiba.

"Sesuatu? ,"

"Iya, gue liat liat. Lo seneng banget, kalo dia duduk disana?,"

"Engga, biasa aja. Itu juga kalo tempat duduknya gak diduduki orang tiba tiba , gak mungkin sampe dia pindah," Jelas Vicky penuh penekanan.

"Bagus dong,"

Vicky menyipitkan matanya, " Bagus apanya?,"

"Bagus karna gue dateng tepat waktu, kalo engga Lo pasti masih batuk batuk. Sampe kedengeran di seluruh kantin,"

"Hemmm, ya nama nya juga tersedak. Gue udah nahan biar ga batuk, tapi.,"

"Jangan ditahan, bahaya. Tindakan Lo udah tepat. Cuma lain kali, hati hati. Gue gak mau ngeliat Lo kayak tadi, " Ucap El perlahan, ia mendekatkan wajahnya pada Vicky. Dengan tatapan mata yang teduh dan penuh perhatian.

Vicky membalas tatapan mata itu, dengan tatapan penuh . Nafas nya mulai terdengar dalam. dua pasang mata saling berhadapan, suasana berubah hening. Terukir senyum kecil di bibir El, ketika melihat gadis cantik itu.

"Entah kenapa, tatapan mata itu begitu menenangkan. Seperti ada sesuatu yang membuat hati ini lebih tenang dan nyaman ," Ucap hati Vicky mulai masuk, terhanyut dalam situasi.

Serra menghentikan langkah nya, tepat beberapa langkah sebelum tiba di meja mereka. Ia menegukkan air liur nya, menghela nafas dalam dan sejenak memejamkan kedua matanya. Setelah ancang ancang yang dilakukan nya, ia mulai kembali melangkah dan memberanikan dirinya. " Serra ,Lo pasti bisa. Ayo maju," Ucap pikirannya.

Tiba di tempat tujuan , sorot mata Adit langsung mengarah pada gadis yang tiba tiba nongol di sampingnya. Ia cukup terkejut dengan kedatangan Serra. Sedangkan Devan masih fokus menatap layar ponsel nya.

"Lo? Ngapain?," Jelas Adit, yang sekaligus memancing perhatian Devan. Ia akhirnya melihat ke arah sumber suara.

Devan melihat Serra berdiri di dekat Adit , dengan wajah polos dan clingy nya. Gadis itu hanya tersenyum kecil menunjukkan barisan gigi yang rapi dan putih. Sorot matanya seperti magnet , ketika Devan melihat nya Serra langsung menoleh dengan segera. Walaupun setelah itu ia kembali menyembunyikan pandangan nya.

"Hemmm, tadi kata Kak El. Disuruh duduk bareng kalian, soalnya udah gak ada kursi kosong. Cuma disini aja yang masih kosong," Ucap Serra terbata bata.

"Hah?, Yang bener aja?," Sahut Adit masih tak percaya.

"Iya, tanya aja sama kak El, "

Untuk memastikan kebenarannya. Adit me oleh ke belakang, dan kebetulan El juga sedang memperhatikan ke arah mereka. Adit memberikan kode pada El, mengenai gadis ini. El merespons dengan cepat, ia mengangguk perlahan namun penuh ketegasan.

"Ouhhhh, okey. Lo bisa duduk disana, sebelah Devan ," Jelas Adit.

"Makasih," Serra mulai melangkah , sesekali ia mencuri pandang pada Devan. Tetapi pria ini hanya terdiam , tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Dengan langkah gugup dan ragu, ia menduduki kursi yang bersebelahan tepat dengan Devan. Detak jantung nya semakin terasa cepat, aliran darah seketika naik ke ubun ubun. Saat sudah duduk, Serra menoleh kaku ke sebelahnya. Dan Devan tiba tiba melirik ke arahnya. Melihat hal ini, Serra langsung menarik matanya untuk tidak kembali berulah.

"Ya ampun, jantung gue rasanya mau keluar. Atau jangan jangan dia bisa denger detak jantung gue, " Jelas Serra, sedikit melirik pada Devan.

"Duduk sebelah kak Devan. Rasanya kayak duduk di Medan perang. Deg degan , gemeter plus bentar lagi gue kena kejang dadakan,"

"Mana kalo dari deket gini, kegantengan nya berkali kali lipat. Apa mungkin dia bisa suka sama cewe kayak gue,"

"Ehhhhh, ya ampun Serra. Bangun deh, mimpi Lo ketinggian. Gak mungkin kak Devan bisa suka sama Lo. Spek cewe nya pasti yang setara, yang bisa ngimbangin kegantengan, kepintaran dan derajat nya,"

"Sedangkan Lo, cewe clingy, yang penuh humor dan kata kata yang keluar dari mulut Lo. Penuh kejutan, bom dan kadang diluar nalar, yang ada dia ilfeel," Bisik kepalanya, yang mulai saling berdebat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!