My Secret Victoria
Di kantin sekolah, suasana begitu ramai layak nya kantin pada umum nya, ada yang berebut memesan makanan, ada juga yang mengantri dan ada juga yang sepi. interaksi yang lumrah.
Tempat di seluruh kantin sudah terisi penuh , tapi sebentar. Di tengah tengah, ada satu tempat yang kosong, ini aneh. karena disekitarnya sudah di isi penuh, kenapa hanya meja itu yang kosong. Apakah meja itu keramat? Atau spesial?. Ah, lupakan saja.
Siapapun boleh memasuki kantin, termasuk ke tiga orang pria ini. Memasuki kantin dengan langkah tegas, berkarisma bak pentol korek. Beribu-ribu pasang mata mulai beralih memandang nya, setiap yang mereka lalui. Pasti langsung terpana. . Mungkin itu sudah menjadi kebiasaan manusia. Tak sedikit pun dari mereka memandang ke arah lain. Ada yang memandang kagum, dan ada yang memandang karena sesuatu.
Mereka semua terhipnotis tetapi, ada apa dengan gadis yang duduk di pojok sana. Ia nampak menikmati makanan, tanpa memperdulikan ketiga pria itu. Itulah pemeran utama kita , Victoria Baserra , biasa dipanggil Vicky atau langsung saja Victoria. Siswi kelas 11 IPA , memiliki rambut panjang hitam bergelombang, dengan kulit bersih. Salah satu jenis spesies cewe yang langka.
"Vicky, gue udah dapet es nya nih," Ke arah Kanan, ya disana. Itu dia yang memanggil gadis ini . Ia adalah Serra Xaviera sahabat dekat Victoria, mereka berteman cukup lama.
Kembali ke spot light, tak kenal maka tak sayang. Jadi mari kita cari tahu, itu yang di paling kiri adalah Aditya Edsel Robert, yah dibilang tampan, sedikit clingy, tetapi perhatian abis, status nya sih single. Itupun, katanya.
Yang Sebelah kanan yang bersinar cukup terang , hawa dingin dan cool nya sangat terasa, ia adalah Devan Kenward Leif, pria tampan, tinggi, dijuluki king cool. Mendengar kata cool, pasti tak jauh jauh dari cuek, dingin, sedikit berbicara, tak peduli. Ya, itu sebagian dari sifatnya.
Nah yang paling tengah, keliatan nya paling normal. Si paling bersinar, ini dia pemeran pria kita ada , El Ganendra Eros , biasa dipanggil El, satu sekolah tau dia adalah putra pewaris tunggal keluarga Eros.
Salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Ia sangat tampan, tinggi, berkulit bersih , baik. Sebagian siswa dan siswi menganggap nya pria yang menakutkan, mereka adalah Genk paling tersorot dan tersohor. Tak heran jika banyak yang ingin masuk, dan daftar menjadi teman atau pacar.
Sudah cukup kenalannya, mari kita kembali.
Serra kembali dengan membawa jus buah di tangan kanan dan kiri nya, ia begitu terburu buru sampai harus berdesakan keluar dari gerombolan mengerikan itu. Tatapannya fokus ke arah Vicky disana, senyum yang merekah dengan wajah girang dan sumringah.
Langkah kaki nya semakin cepat, tak melihat kanan dan kiri nya. Bukan sulap bukan mimpi, tiba tiba kedua jus buah itu terlepas dari tangannya, dan menempel pada baju seseorang. " upsss," Terka Serra membesarkan kedua matanya.
"wuuuuuuuu," Seluruh kantin melihat kejadian itu , sangat mengerikan. Suasana berubah menjadi diam dan senyap, pandangan mereka berubah mengkhawatirkan.
Serra mendongakkan kepalanya, melihat pria yang tak sengaja di tabrakannya. bibir nya melongo sempurna, jantung nya seolah pindah ke perut. Kedua tangannya menutup bibir nya yang terbuka. Matanya meratapi nasibnya kini.
"Astaga,,, " lirih Serra tak menyangka.
"aduh, maaf ya kak, gue tadi gak sengaja," jelas Serra merasa bersalah.
Antrian yang panjang, gerombolan yang berdesakan tiba tiba sepi dan menghilang seketika. Mereka semua mulai merapat, melihat kejadian itu.
"Baju Lo Van, " Ucap Aditya menggeleng gelengkan kepalanya.
Ternyata orang yang ditabrak oleh Serra adalah Devan, pria sedingin kulkas dengan ditambah AC. pria itu hanya diam. Meratapi baju putih nya yang harus terkena noda merah. Devan mendongakkan wajahnya, menatap tajam pada Serra tanpa berkedip.
Vicky menoleh, ia sedikit bingung tiba tiba suasana kantin senyap. Bahkan satu persatu dari mereka pergi meninggalkan meja, dan berkumpul di depan. "Ini Ada apa?, mendadak mereka semua pergi, dan berkumpul disana". Jelas Vicky, mengamati situasi.
"Permisi," Tegur Serra pada seorang siswi
"iya ,"
"Kenapa mereka tiba tiba pergi, dan ada apa disana ramai ramai?," Tanya Vicky serius.
"ohh , Lo gak tau. Ada cewe yang membawa jus, tiba tiba menabrak kak Devan . Kakak kelas yang dingin dan seram itu, kita mau kesana . Penasaran apa yang bakal dilakukan mereka," Jelas siswi itu, kemudian beranjak pergi.
"Cewe?, dengan jus?, " Vicky mulai berpikir , perasaan nya mulai terasa tidak enak.
"Atau, Jangan jangan, Serra?," Cetus Vicky. Ia kemudian beranjak bangun, bergegas mendekati lokasi kejadian.
"Apa mata Lo masih berfungsi dengan benar?," Ucap Devan. Gadis itu mulai merasa terintimidasi, dengan situasi dan perkataan Devan. Ia memperhatikan sekitar yang tiba tiba ramai.
"emmmm,, maaf kak sekali lagi. Tadi gak sengaja, beneran," Ucap Serra terbata bata, Serra menundukkan wajahnya, dengan perasaan bersalah.
Vicky tiba disana, dengan rasa penasaran ia mencoba untuk melihat , siapa yang dimaksud oleh siswi tadi. Ia berusaha sampai bernjinjit jinjit, tetapi tetap tak terlihat. Atau memang dia yang kurang tinggi?, perlu dipertanyakan.
"arghhhhhhhh," Decik Vicky kesal. Tanpa berpikir ia harus mau tidak mau, menerobos kumpulan manusia ini. Vicky mulai bergegas maju, dengan sekuat tenaga ia menerobos nya.
"permisi, permisi, permisi," Ucap Vicky sambil terus maju.
"Gak sengaja?, Lo punya mata, fungsi nya untuk melihat. Lalu?, " Tegas Devan mulai melangkah kan kaki nya . Serra mulai mnunduk takut, jelas ia melihat langkah kaki itu mendekati dirinya.
Ia memperhatikan langkah Devan yang terus mendekati nya, tak ada pilihan. Serra mulai mengambil langkah mundur, ia begitu merasa takut dan cemas. Kedua tangannya saling menguatkan satu sama lain. " Maaf kak, sekali lagi maaf. Tolong , jangan ,,, Brukkkkkk" Serra terjatuh, kaki nya tiba tiba terselimpat.
"Devan, udah," Ucap El, beranjak menghentikan langkah Devan.
"Engga , gue cuma ingin mengingatkan dia. Bahwa keselamatan orang lain itu penting," Terka Devan, kekeh dengan ucapannya.
Serra meringis ketakutan, dibelakang nya banyak siswa yang memperhatikan dirinya. Ini semakin membuat rasa takut dan malu itu muncul.
"Lo gak liat, situasi keruh, mereka semua melihat ke arah kita. Lagipula dia ga sengaja, kasian dia ketakutan," Ucap El memberi pengertian.
Devan menatap gadis itu di lantai, gerakan tubuhnya menunjukkan ia begitu merasa takut dan terancam.
Akhirnya Vicky berhasil menerobos gerombolan manusia itu, pandangannya kini luas dan jelas, ia menatap ke arah salah satu baju pria itu, yang terlihat terkena noda jus, itu seperti jus buah naga. Dengan cepat ia membalikkan pandangannya, melihat seseorang terjatuh di lantai , dengan perasaan takut.
Memperhatikan lebih seksama, pandangan nya tersorot pada gadis di lantai, dengan pita rambut biru. Kening nya mulai mengkerut, kedua matanya membesar. Tanpa mengatakan apapun, Vicky langsung bergegas menghampiri nya.
"Ser, Lo gak papa?," Tanya Vicky melihat keadaan Serra yang terjatuh di lantai.
Kedatangan Vicky membuat Devan sedikit berkelik, wajah nya bertanya tanya dengan kedatangan Vicky.
El menoleh, melihat gadis itu dengan seksama, ada yang aneh. Ia terus memperhatikannya sampai tak berkedip pupil matanya mulai membesar ,senyum kecil sedikit terukir di bibir nya. Ia memperhatikan gadis itu yang membantu, siswi ini untuk bangkit.
"gue , gue, gak papa kok Vic, " Sahut Serra gugup.
Melihat kondisi Serra, hati Vicky merasa iba. Ia mulai menatap Devan dengan tajam, ia bahkan sama sekali tak menurunkan tatapannya itu. Vicky mulai melepas tangannya dari tubuh Serra, ia mulai melangkah maju dengan berani.
"Vic, Lo mau ngapain," Tegur Serra.
"Udah, Lo diem," Sahut Vicky tegas.
Vicky mulai melangkah, kemudian stuck di satu tempat. Tatapannya semakin mengecil, mengintimidasi pria di hadapannya" Apa gini caranya untuk memperlakukan manusia?," Ucap Vicky , melirik ke arah Serra.
Devan memalingkan pandangannya, berdecik sinis. Ia terdiam tak menjawab ucapan dari Vicky. "Kenapa? Kenapa Lo diem? " tanya Serra tegas.
Devan tersenyum kecil , "Gue rasa , gak ada yang perlu gue jelasin. Apalagi soal ini," Sahut Devan ketus.
"Jangan karena Lo populer, Lo lebih senior , Lo bisa memperlakukan dia seenaknya."
"Dan. dia udah bilang dari awal , kalo dia gak sengaja. Lo tau arti kata itu kan!," Tegas Vicky
" Gue kasih tau. Gue. Gak melakukan apapun, gue cuma mau ngingetin, kalo. Keselamatan orang lain itu penting, jadi. Jangan merugikan dan ceroboh. Paham!!," Jelas Devan menajamkan nada suaranya.
"Mengingatkan?, mengingatkan sampai satu sekolah, harus jadiin ini bahan tontonan?, bahkan dia seperti buronan"
Devan berdecik tajam, " Gue,,,"
El memegang pundak Devan, ia mengedipkan matanya. Memberi kode untuk tidak melanjutkan perdebatan nya. " Sorry, temen gue gak bermaksud begitu, Lo salah paham," Ucap El , maju menengahi mereka.
"Dia jatuh sendiri, dan soal jadiin bahan tontonan, kita gak pernah bermaksud seperti itu. Disini kita juga gak ada seenaknya, ataupun memojokkan dia," Ucap El memberi penjelasan.
"Dari awal gue liat, dia ketakutan mungkin itu sebabnya," Jelas El perlahan.
Vicky mendengarkan ucapan El, ia menoleh ke belakang melihat kondisi Serra. Sesuai yang dikatakan, ia memang benar benar merasa takut.
"Untuk semuanya, gue minta kalian bubar. Tidak ada apapun yang terjadi. Dan jangan berasumsi yang tidak tidak," Jelas El meninggikan nada suaranya.
Siswa dan siswi yang lain saling menoleh, ada beberapa dari mereka mulai beranjak pergi, dan ada juga yang masih stuck.
"WE, KALIAN PUNYA KUPING KAN. KITA BILANG KALIAN BUBAR," Teriak Adit dengan tegas. Wah , tumben banget nih anak . Serem juga kalo berbicara dengan nada tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments