Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 35
Plakkk
"Arghhh...!"
"Jangan asal ci.um, bisa!?" kesal Bintang setelah Zo menyudahi aksinya.
"Kau juga menikmatinya, bukan?"
Bintang cemberut dan dia beranjak dari kasur. Dia buru-buru keluar dari dalam kamar. Dan begitu pintu kamar dia tutup, Bintang bersandar disisi pintu dengan kedua tangan menekan dada. Wajahnya merah merona. Bintang malu.
"Astaga, dua kali aku dibuat merasakan rasa seperti ini oleh Zo. Tapi ... aku suka," Bintang mengggumam dengan bibir tersenyum malu. Kedua tangannya beralih memegang kedua pipi.
Cek klek
Bintang terkejut dan buru-buru memasang wajah datar ketika pintu kamar terbuka dari dalam. Dan Zo keluar dari sana tanpa menoleh kearahnya. Dapat Bintang melihatnya jika wajah Zo terlihat dingin.
Apakah dia marah? Aku tadi menamparnya.
Bintang menggeleng, dia percaya dan yakin jika Zo tidak marah padanya. Bukankah memang tingkah Zo biasanya menyebalkan seperti itu? Terkadang terlihat peduli dan terkadang terlihat benci.
Dan Bintang memilih tak peduli. Toh, anggap saja itu balasan karena Zo telah membeberkan tentang pernikahannya pada Farel. Bintang memilih masuk kedalam kamar yang berada disebelah kamar tadi. Karena kamar diapartemen ini memanglah bersebelahan.
Diluar apartemen.
Zo melajukan motor merahnya didalam suasana hari yang sudah petang dengan hati yang kesal luar biasa. Tamparan dipipi masih jelas terasa sakitnya. Dan perlakuan Bintang yang kasar entah mengapa kali ini membuatnya baper.
"Aku kenapa? Biasanya Bintang memang kasar, bukan? Dan biasanya aku biasa saja dengan sikapnya. Lalu mengapa sekarang terasa menyesakan dada?" Dalam perjalanan yang tak tentu, Zo bertanya-tanya, lebih tepatnya bertanya pada diri sendiri.
Hingga Zo berhenti dibahu jalan karena ponselnya berdering. "Hm," Setelah Zo menerima panggilan.
"Lihat anak-anak balapan cuk! Buruan!" Belum sempat Zo menjawab, panggilan sudah berakhir begitu saja. Dan Zo segera meluncur kelokasi.
...----------------...
"Datang?"
Komo bertanya pada Samsung yang baru saja menelepon Zo. Samsung mengedikan kedua bahu, masih sibuk dengan ponselnya.
"Eh, habis ini kita ngajaki Zo nong.ki diwarung seblak kak Imel yuk!" kata Komo. "Lama aku tidak makan seblak, pingin," lanjutnya.
Samsung mengangguk sambil memasukan ponsel disaku celana. "Aku oke-oke saja. Tinggal menunggu Zo," jawabnya.
"Kalau Zo menolak?" tanya Komo.
"Kita seret!"
"Bhahahaaa... bang.sat!" umpat Komo, dia meninju pelan bahu Samsung setelah tertawa.
10 menit.
Brummm...
Suara motor yang khas masuk dalam pendengaran Komo serta Samsung. Bukan hanya mereka tapi diseluruh telinga semua anak-anak yang ada dilokasi.
"Zo! Main woi! Lawan Rizal! Nyoba motor rakitanku yang baru!"
Baru saja menstandarkan motor didekat kedua temannya, Zo mendengar Bang Agus berteriak, memintanya untuk balapan. Zo melambai tangan, menolak.
"Yang lain saja, Bang! Lagi males!" Zo berteriak juga. Takut Bang Agus tidak mendengar karena ada beberapa anak yang tengah adu kecepatan dan sudah pasti suaranya sangat berisik dan bising.
"Tumben nolak, cuk! Kenapa?" tanya Samsung. Biasanya Zo seneng jika diminta nyoba motor rakitan baru oleh Bang Agus. Komo pun tak kalah heran.
"Baru ditampar Bini, aku kecewa,"
"HAH..?! BINI...?!" Komo dan Samsung memekik. Namun tak ada yang mendengarnya selain mereka bertiga, karena tersamarkan oleh suara berisik knalpot brong.
"Dijodohin dan dipaksa menikah." Zo bercerita.
Komo dan Samsung bertatapan. Terkejut sudah pasti. "Kok tidak mengundang kita, wah parah," Samsung menjitak pelan kening Zo, membuat Zo menendang kaki Samsung. Namun tidak kena karena Samsung menghindar.
"Tidak ada yang diundang. Aku juga tahu pas sudah sah,"
"HAH...?!" Lagi, Samsung dan Komo terkejut. "Bagaimana bisa kau tidak tahu jika mau dinikahkan?" Komo bertanya. "Masa kau sebeg0 itu," ejeknya.
Zo menghela. "Begini," Zo mulai menceritakannya dari awal.
"Wah, berarti sekarang kau sudah berbeda dari kita," kata Komo. Setelah Zo selesai bercerita.
"Maksudnya?" Zo tak paham.
Komo merangkul bahu samsung dengan satu tangan menggosok hidung. "Kau sudah ternoda. Sudah ngerasain pera.wan. Bhahaaa..." kata Komo disusul tawa oleh Samsung dan juga Komo.
"Eh, btw... Rasanya gimana? Cerita kekita dong." Samsung menutup mulut menahan tawa. Dan Komo terkikik geli membayangkan Zo yang malam perta.ma sama bininya.
Zo menoyor kedua temannya itu. Membuat Komo dan Samsung meringis pelan. "Lah, diminta cerita juga. Kita penasaran, cuk," kata Samsung sambil mengusap bekas toyoran Zo.
"Boro-boro M L, Cuk! Nyi.um doang langsung ditampar. Sialan banget, bukan?" Zo menunjukan wajah nelangsanya. "Dan aku bad mood karena itu. Memangnya kalian tidak melihat pipiku memerah, hah?!" adunya ke Komo dan Samsung sambil menunjukan pipi yang tadi ditampar Bintang.
"Pfff..."
Komo dan Samsung membekap mulut, menahan tawa. Dan tawanya meledak karena sudah tidak kuat. "Bhahaaa...! Kasihan sekali mas seh, bhahaaa..." Komo dan Samsung tak bisa untuk tidak terpingkal-pingkal. Kisah Zo sangat menggelitik perut.
Melihat kedua temannya justru tertawa, Zo tersenyum kecut. "Teman luck.nut kalian...!" makinya, Zo kesal. Dan dia memilih menyalakan motor, lalu pergi meninggalkan lokasi.
Komo dan Samsung reflek menghentikan tawa. Dan keduanya juga bergegas mengikuti Zo, ingin mengajaknya makan seblak.
"Warung seblak kak Imel, Zo!" teriak Komo ketika berhasil membuntuti Zo dan melaju mendahului Zo agar sampai lebih dulu. Disusul oleh Samsung dan Zo berakhir dibelakang.
...----------------...
Pukul 20:00.
Bintang menguap lebar, dia sudah sangat mengantuk. Namun, sejak tadi dia sengaja menunggu Zo pulang. Bintang membawa selimut dan bantal keruang tengah, Bintang tiduran disofa sambil bermain ponsel.
Karena merasa sepi Bintang menyalakan televisi. Namun kedua matanya tetap fokus memainkan ponselnya, bertukar pesan dengan Gisel dan Rima dikomunitas yang isinya hanya mereka bertiga.
Pukul 22:00.
Bintang menghela kasar. Matanya sudah sangat mengantuk, tetapi yang dia tunggu tak kunjung pulang. Bintang berniat menelepon Zo tetapi dia tersadar jika dia belum bertukar nomor dengan Zo.
"Ini Zo main kemana sih? Apa dia marah padaku karena kejadian tadi dikamar?" Entah mengapa Bintang mendadak kepikiran, dia takut jika Zo memang sengaja menghindarinya. Dan entah mengapa pula Bintang mendadak merasa bersalah. Perasaannya tak tenang.
...----------------...
"Zo, mau kemana elah? Masih pukul sepuluh ini. Jangan pulang dulu lah," Komo berseru ketika melihat Zo beranjak dari sofa. Posisi mereka kini berada dikamar Samsung.
Pukul sembilan mereka keluar dari warung seblak Kak Imel dan setelah dari sana Samsung meminta Komo dan Zo agar menemaninya dirumah karena kedua orangtuanya sedang diluar kota.
"Ngantuk,"
"Tidur sini elah." ~ Samsung.
Zo terdiam. Apakah dia harus pulang atau tidak. Namun mengingat Bintang yang menamparnya, Zo tak jadi pulang.
"Oke, aku nginep."
Cekkklek
"Samsung!"
Zo membeku. "Novi?"