Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Debaran Jantung.
Nara yang berjalan sembari menikmati es krim yang baru saja dibelikan Haris padanya. Ternyata Nara cukup lama menunggu Haris, Haris tadi harus berbicara kembali dengan Dokter. Karena tidak ingin marah gelisah menunggunya yang akhirnya Haris memiliki ide untuk membelikan es krim.
"Papa bisa-bisanya membelikan ku es krim seperti ini dan padahal saat aku kecil, dia selalu melarang ku untuk makan es krim. Anara nanti kamu bisa batuk. Papa tidak ingin kamu sakit," Anara bahkan menirukan suara hari saat mengoceh pada putrinya.
"Tapi tidak apa-apa? kesempatan yang diberikan kepadaku justru membuatku bisa menikmati es krim yang sangat enak ini. Enak juga menjadi anak kecil, jadi aku bisa makan es krim sebanyak ini. Kalau sudah dewasa bukankah akan malu jika makan es krim," ucap Nara.
Langkah Nara tiba-tiba saja berhenti ketika melihat Nindy dan Heri.
"Untuk apa mereka berdua datang?" tanya Nara melihat pasangan itu tampak romantis. Nindy yang menggandeng lengan Heri dan berjalan begitu manjanya.
"Dasar pelakor!" ucapnya dengan kesal.
Nara sudah tidak mood lagi menikmati es krimnya dan malah terlihat mengikuti Nindy dan Heri yang ternyata memasuki ruangan Anara.
"Apa yang mereka lakukan? Jangan-jangan Mereka ingin berbuat jahat padaku?" tanyanya panik yang mencoba mengintip dari pintu yang terbuka sedikit.
Nara mengerutkan dahi saat melihat Nindy bersandar pada dinding dengan Heri yang berada di depannya memegang pinggang Nindy dan tangan nindi dikalungkan di leher Heri.
"Sayang kamu memang benar-benar ingin memamerkan hubungan kita pada wanita koma itu?" tanya Heri dengan tersenyum miring.
"Aku ingin dia melihatku, bahwa aku bisa memiliki apapun yang dia miliki. Kamu lihat saja dia sama sekali hanya tertidur dan tidak bisa melakukan apapun di saat aku bermesraan dengan calon suaminya," jawab Nindy tersenyum miring melihat ke arah Anara yang terbaring di atas ranjang.
"Kamu nakal sekali!" Heri tampak gemes pada Nindy yang bahkan mencolek hidung Nindy.
"Aku hari ini benar-benar sangat kesal dibuat oleh ayahnya. Sudah sakit-sakitan dan seharusnya menyusul putrinya saja. Ini juga tidak mati-mati. Aku sudah tidak sabar menikmati seluruh harta kekayaan mereka," ucap Nindy.
"Sayang kamu harus bersabar sebentar lagi, percayalah kita akan meraih semua impian kita," ucap Heri.
Nindy dan Heri yang sama-sama tersenyum puas dan bahkan keduanya mendekatkan wajahnya yang sangat tidak tahu malu berciuman di dalam ruangan itu. Seperti apa yang dikatakan Nindy jika dia ingin menunjukkan kepada Anara bahwa dia bisa memiliki calon suami Anara.
Nara yang melihat hal itu tampak kesal dengan tangannya yang terkepal dan tiba-tiba saja matanya tertutup oleh telapak tangan yang membuat Nara melepaskan tangan yang cukup besar itu dengan membalikkan tubuhnya yang ternyata Dokter Sagara sudah berlutut di depannya.
"Anak kecil tidak boleh melihat hal seperti itu," ucap Sagara dengan menggelengkan jari-jarinya.
"Aku bukan anak kecil dan mereka tuh orang jahat!" tegas Nara yang sudah tidak sabaran ingin membongkar kebusukan orang-orang itu.
"Oh. Iya, kenapa kamu mengetahui bahwa mereka orang jahat?" tanya segara dengan kedua tangannya yang dilipat di dadanya.
"Mereka berselingkuh, mereka bukan orang baik, mereka adalah pengkhianatan yang selama ini jahat pada gadis yang ada di dalam itu," ucap Nara dengan suaranya tampak menekan yang bahkan sangat menggebu-gebu mengatakan hal itu.
Sagara cukup terdiam mendengar perkataan anak kecil yang pasti membuatnya sedikit kaget dengan omongan dewasa itu, kata-kata seperti itu biasanya tidak dimengerti oleh anak seusianya.
"Nara berhentilah! Kau harus bisa mengendalikan diri, aku tahu sangat marah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi apa yang kau lakukan justru kau tidak bisa membalaskan semuanya," batin Nara yang merasa sudah kelewat batas yang hampir saja mengungkapkan jati dirinya.
"Apa kamu mengenal pasien yang ada di dalam itu?" tanya Sagara.
"Itu. Anak Om Haris," jawab Nara dengan menganggukkan kepalanya.
"Kamu mengenal tuan Haris?" tanya Sagara.
"Aku tinggal bersamanya. Aku tidur di dalam kamar pasien yang ada di atas tempat tidur itu. Aku melihat fotonya bersama dengan laki-laki yang ada di dalam itu," jawab Nara terdengar begitu polos agar tidak terlalu mencolok bahwa dia mengetahui banyak hal.
Sagara menoleh ke dalam dan yang benar saja pasangan itu masih tetap berciuman.
"Dokter tahu pasien yang ada di dalam?" tanya Nara penasaran. Karena sebelum dia masuk ke tubuh anak kecil tersebut dan arwahnya masih gentayangan dia sama sekali tidak pernah melihat Dokter tersebut.
"Bukan bagian saya untuk memeriksanya. Saya baru saja datang dari Jerman. Tetapi pasien yang ada di dalam cukup lama berada di rumah sakit ini dan kebetulan ayah saya yang memeriksanya," jawab Sagara.
"Apa Tante itu bisa sembuh?" tanya Nara tampak mendesak yang menginginkan jawaban.
Sagara mengangkat kedua bahunya dengan tersenyum yang membuat Nara kebingungan.
"Kamu masih terlalu kecil dan belum paham jika saya menjelaskan tentang struktur medisnya. Kita doakan saja semoga pasien yang ada di dalam itu cepat sembuh. Jika orang-orang yang ada di sekelilingnya jahat padanya, percayalah jika kejahatan tidak akan bertahan lama dan kebenaran akan terungkap," ucap Sagara dengan sangat bijak memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia gadis kecil yang di depannya itu.
"Jika memang Tuhan tidak mengizinkanku untuk hidup di tubuhku kembali. Atau aku tetap berada di tubuh ini dan aku tidak tahu sampai kapan. Tetapi aku harus benar-benar menggunakan kesempatan itu untuk membongkar siapa mereka semua dan aku tidak ingin Papa menjadi korban selanjutnya," batin Nara.
"Hey, lihatlah es krim kamu sampai meleleh!" Sagara mengambil es krim tersebut dari tangan Nara dan membuangnya ke tong sampah.
"Kamu sangat berantakan sekali!" Sagara mengambil sapu tangan dari saku jubah putih yang dia gunakan dan langsung membersihkan mulut Nara yang sangat belepotan.
Nara terdiam begitu saja memperhatikan bagaimana Dokter tampan itu tampak perhatian dan terlihat tulus dari wajahnya.
"Kenapa jantungku berdebar seperti ini? Apa jantung anak kecil memang memiliki debaran lebih kencang, seperti ada perang saja di dalam sana," batin Nara yang tiba-tiba saja deg-degan yang tidak mengerti.
"Karena Saya telah membuang es krim kamu. Maka saya akan mengganti yang baru. Ayo ikut saya, kita beli es krim di depan," ajak Sagara berdiri dari tempat duduknya dan bahkan sapu tangan itu dia berikan kepada Nara untuk Nara membersihkan sendiri sisa yang belum dibersihkan.
"Kamu jangan takut, Saya tidak mungkin menculik kamu," ucap Sagara saat menggenggam tangan kecil itu dan Nara belum melangkahkan kakinya.
Nara yang terlihat begitu percaya kepada Dokter tersebut dan akhirnya mengikuti Sagara.
"Kamu lelah? Mau saya gendong?" tanya Sagara sembari mereka berdua berjalan.
Nara langsung menggelengkan kepala dengan cepat, mungkin jiwa kedewasaannya ada dan pasti sangat malu sekali jika digendong orang dewasa dan padahal dia adalah anak kecil dan siapapun orang pasti ingin menggendongnya.
"Baiklah kita berjalan saja, karena penjual es krimnya juga tidak jauh," ucap Sagara membuat Nara menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Aneh sekali! kenapa jantungku tidak berhenti berdebar seperti ini, seolah ingin jatuh dari tempatnya," batin Nara yang tetap tidak mengerti dengan situasi yang dihadapi saat ini.
Bersambung......
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.