NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Jadi? Kita mau pake ide bisnis yang mana ," Tanya Adit.

Devan terdiam , ia merebahkan tubuhnya mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan peluang yang bagus. Sedangkan El sejak tadi diliat liat ia hanya terdiam dengan tatapan kosong, tangan nya sibuk mengetukkan jari ke meja. Seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

"El, gimana pendapat Lo?," Jelas Adit bertanya .

El menoleh, mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merespon lesu. " Basing, gue chips sisa modal nya," sahut El singkat.

Adit terperangah, mendekat menatap El dengan tajam. Ada apa sebenarnya pada pria ini. " El Ganendra, kita bahkan belum bahas soal bisnis apa. Lo udah main chips aja, ya gue tau duit Lo banyak. Tapi ya sabar dulu," Gerutu Adit gemas.

"Lo ada masalah? cerita aja sama kita. Gue liat liat dari tadi , Lo kayak lagi mikirin sesuatu.," Kata Devan serius.

"Engga. Gue baik baik aja, biasa mungkin lagi kecapean,"

"El , serius Lo? Kalo ada apa apa kita siap Lo dengerin, gue rasa omongan Devan mulai sedikit horor. ,"

"Aman, lanjutin aja. Info aja butuh modal berapa,"

*************

Serra tiba dirumah Vicky, seperti biasanya tetapi kali ini hanya sekadar nongkrong biasa. Karena jadwal belajar bareng libur hari ini. Dengan perasaan gembira Serra memasuki rumah Vicky , rumah yang sudah dianggap sebagai rumah kedua.

"Vicky, i'm home,,,, yuhuuuuuuu,,, vickyyy," Teriak nya di dalam rumah.

Terdengar langkah ringan dari arah dapur, tak lama bibi akhirnya datang, ia cukup terkejut melihat keberadaan Serra di dalam rumah. Sudah seperti tuyul. " Non Serra, kirain siapa tadi teriak teriak," Ucap Bibi panik mendengar teriakannya.

"Heheheh iya Bi, maaf Serra main masuk aja. Habis tadi teriak teriak, ketuk pintu gak ada yang nyaut,"

"Dan kebetulan Pintu gak dikunci, jadi Serra masuk deh."

"Aduhh, maaf ya non. bibi gak denger, biasa lagi sibuk masak dibelakang," Jelas bibi merasa bersalah.

"Gak papa kok bi aman. Vicky mana ya?, kok sepi amat, katanya hari ini dia mau free time di taman belakang,"

"Ouhh, Non Vicky ada di kamar nya. Coba aja non ke kamar nya,"

"Ouhhh,, oke deh bi," Serra bergegas pergi , ia mulai menaiki anak tangga. Tatapannya fokus ke depan, tepatnya pada kamar Vicky di lantai atas.

Dikamar, Vicky tengah duduk melamun. Menyandarkan tubuhnya di kursi belajar. Jari jari tangan kanannya mengetuk meja secara perlahan. Tatapannya kosong, namun penuh arti. " Apa maksud mereka , apa ini sebuah kode,"

"Apa sudah saatnya untuk memasuki fase aktif," Ucap pikiran Vicky.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan cepat. Serra masuk dengan langkah ceria, wajahnya berseri-seri penuh semangat. "Hallo besti kesayangan gue, " serunya dengan suara riang, memecah keheningan. Ia berjalan mendekat sambil tersenyum lebar, membawa energi positif yang langsung mengusir awan kelam di pikiran Vicky, lebih tepatnya seperti ledakan meriam ditengah laut.

Vicky hanya diam, tanpa ekspresi. Vicky menoleh tanpa melirik, ia bahkan sudah tau jelas pemilik suara itu. Tanpa hanya melihatnya dengan jelas. " Kenapa? Muka udah kayak es di kutub Utara, datar aja," Heran Serra melihat wajah Vicky.

"Engga. Atau mungkin muka gue males liat Lo, jadi datar flat aja," Sahut Vicky berusaha tenang.

"Ihhhhh, seharusnya Lo beruntung bisa ketemu gue tiap hari," Mengibaskan rambut badai nya dengan centil.

"Letak keberuntungannya?,"

"Ya. Lo bisa liat gue tiap hari, secara kan jarang yang bisa denger kebawelan, keceriaan dan keanggunan seorang Serra Xaviera," Menaikkan salah satu alis nya, wajahnya mulai terangkat. Tak habis habis nya memuji diri sendiri.

Vicky mengangkat salah satu alis nya, tersenyum kecil sambil menahan mual. Ternyata dia punya satu dari banyaknya manusia aneh dan langkah seperti Serra.

"Vic, gue ada berita yang buat jantung rasanya berhenti berdetak, " Ucap Serra menyipitkan kedua matanya.

"Soal Apa?,"

"Tunggu dulu," Serra segera membalikkan badannya, pandangan nya mulai menyapu di seluruh ruangan kamar. Dan ia akhirnya melihat apa yang dia cari, dengan cepat Serra segera mengambil kursi , dan menyeret nya dekat dengan Vicky.

Ia kemudian langsung melompat untuk duduk, kali ini wajahnya terlihat begitu serius. Seperti memang benar benar ada berita membuat jantung berhenti berdetak.

"Lo tau kan, Kak Devan. Salah satu teman dekat kak El, yang gue tabrak waktu itu,"

Vicky fokus mendengarkan, ia mengangguk perlahan. " Nah, tadi di perpustakaan Lo tau apa yang terjadi?," Cerita tak sabaran, ia sangat menggebu gebu.

"Terus ?,"

"Terus Lo tau, tiba tiba kak Devan muncul. Gue pikir dia mau marah, atau balas dendam ke gue. Tapi ternyata, engga,"

"Dan lo tau Vickyyy, dia. Bantuin gue nyusun buku, nyariin rak rak. Bahkan semua buku dia yang susun dengan rapi, dan semuanya perfect.," Kata Serra dengan girang nya, ia bahkan bisa melompat saat ini juga.

"Seorang kak Devan? yang bener,"

"Astaga. Victoria Baserra, Lo liat muka gue. Emang ada gue boong, atau fake," Tunjuk Serra membelalakkan kedua matanya, dengan ekspresi wajah yang sangat menyatu dengan perannya.

Vicky menghela panjang, "Oke. terus ?,"

"Dan gue udah kayak di Drakor Drakor, dibantu oleh cowo misterius yang diem diem ada perasaan, ya walaupun gak mungkin juga dia punya perasaan sama gue," Ucap Serra menurunkan nada bicara nya. Harapannya seolah langsung sirna begitu saja. Impian nya bahkan sudah hancur sebelum sempat dibentuk.

"Tapi , yang gue gak habis pikir. Seorang Devan mau bantu gue, kulkas 4 pintu dengan pendingin doubel es dari kutub. Tiba tiba bantu gue, itu kan WOW banget ,"

"Tambah lagi ya Vic, ternyata kalo dari Deket dia tuh ganteng banget. Ya, walaupun dingin tapi Cool nya itu Lo,, ihhhhh," Gemas Serra begitu antusias.

Di hadapannya, Vicky hanya terdiam dengan wajah tenang. Terlihat serius dan sedikit muram. Matanya menatap kosong, namun pikirannya jauh pergi keluar. Sesekali ia hanya mengangguk pelan, tapi bibir nya tetap tertutup rapat,tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Serra berhenti berbicara, menangkap bahwa Vicky tidak mendengarkan dengan baik. Suasana menjadi hening, Serra mendekatkan wajahnya pada Vicky. Tetapi gadis itu sama sekali tidak menggubris nya.

"Hello,,, Victoria. Gue masih disini ya, Lo mikirin apa sih?, gue cerita Lo dari tadi," Melambai lambaikan tangan tepat dihadapan wajahnya.

"Emmmm, engga. Gue denger cerita Lo," sahut nya.

"Masak??, kok gue ga percaya ya,"

"Ouhh Ya Vic, gue boleh tanya sesuatu gak?,"

Vicky menoleh, wajah Serra nampak sedikit serius kali ini. " Nanya apa?,"

"Jadi gini. kita kan udah lama nih berteman, dari awal masuk SMA . Sebenarnya pertanyaan gue agak ke arah personal sih,"

"Gue takut Lo agak tersinggung," Jelas nya mulai ragu.

"Tanya aja, gak papa. Selagi gue bisa jawab,"

"Bener nih??," Mempertegas.

"Iya tentu,"

"Oke deh,," Kata Serra , cukup lega. Meskipun ia masih dalam ambang batas sedikit ragu, tapi ini sudah cukup untuk menancap gas.

"Lo kan tinggal sama bibi, selama gue berteman sama Lo. Gue gak pernah liat orang tua Lo, atau sekedar nelpon nyokap atau bokap Lo,"

Serra mengigit bibir perlahan, ia sedikit menyembunyikan wajahnya. Sambil berharap pertanyaan ini tidak menyinggung sahabat nya itu. Wajah ketegangan mulai terlihat, kedua matanya mengerjap perlahan, menunggu jawaban dari Vicky.

"Orang tua gue, udah gak ada. Mereka udah meninggal 2 tahun lalu, waktu gue mau masuk SMA,"

"Whattt???,,, eh maksud gue, bukan gitu," Panik Serra tak sengaja meninggikan nada suaranya.

"Iya gue tau, pasti Lo kaget," ucap Vicky mengerti.

"Ya ampun, maaf ya Vicky. Gue gak bermaksud apa apa, gue cuma pengen tanya aja," Nada suaranya sedikit bergetar, ia merasa tidak enak dengan pertanyaan nya tadi.

"Udah gak papa. Gue baik baik aja,"

"Jadi Lo selama ini diurus bibi? " Vicky mengangguk, mengiyakan pertanyaan Serra.

"Emmmm, apa Lo engga ada kerabat?. Atau sodara kandung, om, tante atau nenek?," Jelas Serra merasa kasian setelah mendengar semuanya.

Vicky menggeleng perlahan, kedua matanya mulai sendu, meski senyuman itu tak pernah lepas. " Engga, gue cuma sendiri. Dan inilah sekarang. Gue tinggal cuma sama bibi, udah gue anggep sodara bahkan udah kayak nyokap sendiri,"

Kedua mata Serra mulai berkaca kaca, hati nya begitu terharu dan sedih mendengar kehidupan sahabat nya. Serra meraih tangan, Vicky menggenggam penuh sentuhan hangat. " Vic, kalo Lo perlu apa apa. Lo bisa ngomong sama gue. Lo masih punya gue, Lo bisa cerita apapun. Ataupun berbagai suka duka apapun,"

"Dan nyokap gue, Lo bisa anggep dia sebagai nyokap Lo juga ," Ucap nya dengan penuh perhatian.

Vicky membalas hangat sentuhan tangan Serra. Ia tersenyum haru, sekaligus bahagia. " Thanks ya Ser, ya. Walaupun Lo sedikit ngeselin tapi Lo sahabat gue yang terbaik,"

"Ishhhh, suasana sedih gini. Masih ada ngeledek gue," Ucap Serra sedikit kesal.

"Hahahah, becanda," Tawa Vicky meledek Serra.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!