Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Abi, jika kau tidak berkunjung kemari, ibu tidak akan bisa memperkenalkan mu dengan Diandra. Salah seorang wanita yang saat ini tengah bermain dengan anak anak adalah putri dari Tara Bumi Grup. Dialah orang kedua yang seringkali datang ke panti asuhan selain kamu." ucap Bu Rina yang membuat Abi yang sebelumnya memperhatikan Bu Rina kemudian mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arah Diandra.
Dari kejauhan, Abimana berdiri diam. Pandangannya tak lepas dari sosok perempuan berambut panjang yang tengah tertawa lepas di tengah kerumunan anak-anak. Sinar mentari pagi menyorot lembut ke arah wajahnya, membuat helaian rambutnya yang coklat gelap tampak berkilau keemasan.
Perempuan itu saat ini tengah berjongkok, mengulurkan tangan pada seorang anak yang jatuh saat bermain kejar-kejaran. Wajahnya terlihat lembut, penuh perhatian, dan senyum itu—Tuhan, senyum itu terasa seperti sesuatu yang mampu meluruhkan seluruh dinding pertahanan hati siapa pun yang melihatnya.
Abimana tak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengamati dalam diam, seperti ingin mengabadikan momen itu di dalam ingatannya. Baginya, perempuan itu bukan sekadar cantik. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan dalam cara dia tertawa bersama anak-anak, dalam sorot matanya yang hangat, dalam kelembutan yang alami tanpa dibuat-buat.
Abimana bukan sekadar melihat Diandra—ia terpaku. Bukan karena rupa, tapi karena ada sesuatu yang hidup dalam dirinya yang entah bagaimana terasa begitu akrab. Seolah Diandra adalah penantian lama yang ia cari dalam riuhnya dunia yang penuh tuntutan.
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Abimana merasa ingin tahu akan sosok Diandra.
"Ibu, wanita itu cantik sekali. Dia tidak hanya akrab dengan anak anak tetapi juga mampu membuat mereka semua tertawa bahagia." ucap Abi yang pandangannya tidak pernah lepas sedikitpun dari sosok Diandra.
"Diandra memang orangnya seperti itu nak. Dia tidak hanya baik tetapi juga sangat menyayangi anak anak yang ada di panti asuhan ini. Kau coba pergilah kesana dan kenalkan dirimu padanya. Ibu mau ke dalam dulu mau masak buat makan siang anak anak." ucap Bu Rina yang kemudian meninggalkan Abimana dan masuk ke dalam panti.
Sejenak ada rasa gugup dan juga takut yang dirasakan oleh Abimana untuk mendekati Diandra, ia takut kalau wanita itu akan merasa risih dengan kehadiran dirinya. Namun ketakutan dan rasa gugup yang dirasakan oleh Abimana mendadak digantikan oleh kepanikan saat mengetahui Diandra tengah menaiki sebuah kursi yang cukup tinggi untuk mengambilkan sebuah shuttlecock milik salah satu anak panti yang tersangkut di dahan pohon mangga.
Apalagi saat melihat kursi yang dinaiki oleh Diandra yang terlihat bergoyang dan membuat tubuh Diandra tidak bisa mempertahankan keseimbangannya membuat Abimana langsung berlari menghampiri Diandra dan berhasil menangkap tubuh wanita itu yang akhirnya jatuh ke dalam pelukannya.
Diandra memejamkan matanya dengan erat, jantungnya berdebar sangat cepat karena rasa takut yang dirasakannya, sementara Abimana, ia hanya bisa tersenyum dan terpana saat melihat wanita itu dari dekat.
"Nona, apakah kau baik baik saja?" tanya Santi yang dengan cepat menghampiri Diandra yang saat ini masih berada dalam gendongan Abimana.
Mendengar suara Santi serta tubuhnya yang tidak merasakan apa apa, membuat Diandra pelan pelan membuka kedua matanya, dan di sanalah tatapannya bertemu dengan Abimana.
Ganbatte Kudasai Ne🌹✍️📚