Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 ( Surga Yang Terenggut )
Regina yang merasa kesal karena Dirga dan Amira tidak kunjung kembali, akhirnya menelpon Bu Meri. Regina juga menceritakan tentang semua percakapan antara Dirga dan keluarga Amira.
📞"Ma, Regina harus bagaimana? Regina tidak mau berpisah jauh dari Mas Dirga jika Mas Dirga dan Mbak Amira sampai pindah rumah," rengek Regina kepada Ibu mertuanya.
📞"Kamu tenang saja sayang, nanti Mama akan bicara sama Dirga. Jika Dirga dan Amira bersikeras ingin pindah rumah, Mama akan memastikan kalau kamu juga harus ikut kemana pun Dirga pergi," ujar Bu Meri.
📞"Iya Ma. Regina tidak bisa jauh-jauh dari Mas Dirga. Regina takut kalau Mas Dirga akan semakin mencintai Mbak Amira kalau mereka hanya tinggal berdua. Bagaimanapun caranya, Regina harus membuat Mas Dirga dan Mbak Amira berpisah_"
Perkataan Regina terhenti ketika mendengar suara seseorang dari belakang tubuhnya. Dia bahkan langsung menutup panggilan telponnya dengan Bu Meri.
"Seharusnya kamu sadar diri jika kamu adalah orang ketiga dalam pernikahan Amira dan Dirga, jadi jangan pernah berharap bisa merebut sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain," tegas Rendra.
"A_apa maksud kamu? Aku sama sekali tidak mengerti maksud perkataan kamu?" tanya Regina dengan tergagap.
"Aku tidak tuli, jadi jangan pernah menyangkal kalau kamu memiliki niat buruk terhadap Amira," ujar Rendra.
"Aku tidak seperti yang kamu tuduhkan, karena aku adalah perempuan baik-baik," ucap Regina mencari pembelaan.
Rendra tersenyum sinis mendengar perkataan Istri kedua Dirga tersebut.
"Perempuan baik-baik tidak akan mungkin bersedia menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Awas saja kalau kamu berani menyakiti Amira, karena aku tidak akan tinggal diam saja. Jika kamu sampai berani menyentuh seujung kuku saja bagian tubuh Amira, aku akan membuat perhitungan dengan kamu," ancam Rendra.
"Oh iya, aku juga akan pastikan jika hidup kamu akan lebih menderita dibandingkan di dalam Neraka," sambung Rendra sehingga membuat tubuh Regina gemetar ketakutan.
Amira dan Dirga menghampiri Rendra yang tengah berbicara dengan Regina.
"Rendra, kalian sedang apa di sini?" tanya Amira.
"Tadi aku melihat ada ulat bulu di sekitar sini, jadi aku ingin mencoba menyingkirkannya supaya tidak membuat kamu gatal," jawab Rendra dengan tersenyum.
"Terimakasih banyak Rendra. Kamu memang sahabat dan saudara terbaikku," ucap Amira dengan tersenyum manis sehingga membuat jantung Rendra berdetak kencang.
Dirga kembali terbakar api cemburu ketika melihat kedekatan Rendra dan Amira, apalagi Amira selalu tersenyum bahagia ketika berada di dekat Rendra.
"Sayang, sebaiknya kita pulang sekarang," ajak Dirga.
"Kalau begitu aku pamit dulu sama Ayah," ucap Amira dengan melangkahkan kaki menuju dapur untuk menghampiri Pak Adnan yang sedang memasak.
Rendra mengajak Dirga berbicara berdua, sampai akhirnya Dirga meminta Regina supaya menunggunya di dalam mobil.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Dirga.
"Aku hanya ingin memperingatkan kamu supaya tidak menyakiti Amira. Jika aku sampai mendengar Amira menangis karena perbuatan kamu atau keluarga kamu, aku tidak akan segan-segan membuat perhitungan dengan kalian," ancam Rendra.
"Rendra, meski pun kamu sudah seperti keluarga untuk Amira, tapi kamu tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga kami. Aku juga tidak mungkin menyakiti Amira, karena aku sangat mencintainya," ucap Dirga.
Rendra tersenyum mengejek ketika mendengar perkataan yang ke luar dari mulut Dirga.
"Kamu bilang tidak mungkin? Sepertinya kamu sudah lupa jika kenyataannya kamu sudah menyakiti Amira. Kamu adalah orang yang telah menorehkan luka paling dalam pada hati Amira," ucap Rendra
Rendra terus berusaha menahan gejolak amarah dalam hatinya, karena Rendra tidak akan tinggal diam saja jika semua itu sudah menyangkut Amira.
"Ingat Dirga, jangan sampai kamu menyesal jika suatu saat nanti ada seseorang yang merebut Amira karena kamu telah menyia-nyiakannya," Sambung Rendra sehingga membuat Dirga semakin kesal.
......................
Setelah berpamitan kepada Pak Adnan, Amira kembali menghampiri Rendra dan Dirga yang terlihat bersitegang.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Amira yang merasa penasaran.
Pada saat Dirga ingin berbicara, Rendra angkat suara lebih dulu.
"Dirga sudah mengijinkan kamu bekerja menjadi Asisten ku. Jadi mulai minggu depan kamu sudah bisa bekerja di Bagaskara grup," jawab Rendra sehingga membuat mata Dirga terbelalak tidak percaya.
"Apa benar seperti itu Mas?" tanya Amira dengan mata berbinar.
Dirga merasa serba salah ketika melihat Amira yang begitu bahagia. Dia tidak tega menghancurkan harapan Istri pertamanya tersebut.
"Iya benar sayang. Nanti kita bicarakan lagi semuanya di rumah ya. Sekarang sebaiknya kita pulang dulu," ucap Dirga yang terpaksa mengiyakan perkataan Rendra.
"Terimakasih banyak Mas," ucap Amira dengan memeluk erat tubuh Dirga.
Di satu sisi Hati Rendra berdenyut sakit melihat Amira memeluk Dirga di depan mata kepalanya sendiri, tapi di sisi lain Rendra bahagia ketika melihat Amira tersenyum bahagia.
"Rendra, kalau begitu kami pulang dulu ya," ucap Amira.
"Kamu hati-hati ya. Mungkin besok aku juga mau pulang ke Jakarta. Kalau ada apa-apa kamu jangan sungkan menghubungi ku," ucap Rendra dengan tersenyum.
Setelah mengucapkan salam, Dirga membukakan pintu mobil belakang untuk Amira. Meski pun sebenarnya dia ingin sekali duduk di samping Amira, tapi Dirga tidak mungkin menyuruh Regina duduk di jok depan di sebelah Supir pribadinya.
"Sayang, Mas duduk di depan ya," ucap Dirga yang dijawab dengan senyuman serta anggukan kepala oleh Amira.
Lagi-lagi Regina hanya bisa menahan rasa cemburu di dalam hatinya ketika melihat perhatian Dirga pada Amira.
Kali ini kamu bisa tersenyum penuh kemenangan, Amira. Tapi suatu saat nanti kamu pasti akan nangis darah setelah Mas Dirga berpaling kepadaku, karena aku akan memastikan kalau Mas Dirga akan lebih mencintaiku dibandingkan dengan perempuan mandul sepertimu, ucap Regina dalam hati.
......................
Pak Adnan menghela napas panjang melihat Rendra yang tengah melamun dengan terus menatap ke arah mobil yang ditumpangi oleh Amira.
"Sudah, jangan dilihatin terus. Mobilnya juga sudah tidak kelihatan lagi," ucap Pak Adnan sehingga membuat Rendra terlonjak kaget.
"Astagfirullah Yah, ngagetin saja," gumam Rendra dengan mengelus dadanya.
"Nak, atas nama Amira, Ayah minta maaf sama kamu," ucap Pak Adnan.
"A_apa maksud Ayah berbicara seperti itu? Selama ini Amira tidak pernah membuat kesalahan apa pun terhadap Rendra," ucap Rendra dengan tergagap.
"Rendra, Ayah sudah mengenal kamu sejak dilahirkan ke dunia ini. Ayah tau betul jika sebenarnya kamu memiliki perasaan terhadap Amira. Jadi, Ayah meminta maaf karena Amira tidak bisa membalas perasaan kamu, bahkan dia tidak pernah menyadarinya sehingga membuat hati kamu terluka," ucap Pak Adnan.
Rendra tersenyum miris mendengar perkataan Pak Adnan.
"Sepertinya kelihatan banget ya kalau Rendra mencintai Amira? Ayah tenang saja, Rendra sama sekali tidak sakit hati, karena cinta tidak harus saling memiliki. Yang penting Rendra bisa selalu melihat Amira bahagia."
"Kamu memang Anak yang baik. Perempuan yang menjadi pendamping hidup kamu pasti akan menjadi perempuan paling beruntung di Dunia ini. Semoga saja kamu bisa segera bertemu dengan perempuan beruntung itu," ucap Pak Adnan dengan merangkul bahu Rendra.
"Mungkin di Dunia ini tidak ada perempuan sebaik Amira, Yah."
"Jangan berkecil hati Nak, jodoh tidak ada yang tau. Sebaiknya sekarang kamu bantu Ayah memasak. Ayah kangen masa-masa dulu saat kamu membantu Ayah memasak untuk Tuan putri kita," ucap Pak Adnan.
Mata Pak Adnan berkaca-kaca saat mengingat hari-hari indah yang pernah dilalui olehnya bersama dengan Rendra dan Amira.
"Oke siap Komandan. Malam ini Rendra juga berencana mau menginap d rumah Ayah. Apa boleh Rendra tidur di kamar Amira?" ucap Rendra yang dijawab dengan senyuman serta anggukkan kepala oleh Pak Adnan, lalu keduanya berjalan beriringan menuju dapur.
*
*
Bersambung