Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zombie?
Namun pemuda itu langsung berteriak panik, “Jangan! Jangan pergi! Kalian tidak tahu apa yang akan kalian hadapi!”
Tentu saja, sikap itu semakin membuat polisi yakin ada hal yang ia sembunyikan. Akhirnya pemuda itu ditahan sementara di kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.
Di kedai itu, para pengunjung mulai saling berkomentar.
“Jelas dia bunuh teman-temannya.”
“Iya makanya dia larang polisi ke sana.”
“Aduh, anak muda sekarang ngeri.”
Chen Lin mendengarkan semua komentar itu, tapi ia tidak berpikir demikian. Wajah pemuda itu… ketakutannya… semuanya terasa terlalu nyata.
Chen Lin tahu apa yang dimaksud dengan “bukan manusia lagi.”
Bukan orang hilang.
Bukan pembunuhan.
Teman-temannya telah berubah menjadi zombie.
Chen Wei memegang lengan kakaknya. Tangan kecilnya bergetar.
“Kak… apa itu artinya hari ini dunia mau kiamat?”
Chen Lin menepuk kepalanya pelan. “Jangan takut. Kakak ada di sini. Kakak tidak akan biarkan apa pun terjadi padamu.”
Ia membayar makanan dan hendak membawa Chen Wei kembali ke hotel. Namun saat mereka melewati sebuah kedai kopi, mereka melihat kerumunan orang berkumpul di depan pintu.
Chen Lin menggenggam tangan adiknya erat-erat. “Tetap di samping kakak.”
Ia melongok ke tengah kerumunan.
Seorang wanita tengah mengamuk. Tangannya mencakar udara, tubuhnya bergetar aneh. Sebelum ada yang sempat menjauh, dia menggigit lengan pria di sampingnya. Suara teriakan langsung pecah.
Namun sebagian orang hanya asik merekam, merasa ini hanya“perkelahian rumah tangga" biasa.
Tidak seorang pun berpikir itu aneh bahkan berpikir itu adalah zombie.
Pupil Chen Lin menyusut.
Ini… terlalu cepat.
Seharusnya kiamat baru terjadi empat hari lagi.
Pria yang digigit itu sempat berteriak, tetapi perlahan gerakannya melemah. Ia membeku, tubuhnya lunglai, lalu diam seperti boneka yang mati baterai.
Polisi datang untuk menenangkan keadaan.
Namun ketika mereka mendekat, pria yang tadinya tak bergerak itu mengangkat kepalanya perlahan—gerakannya kaku, patah-patah.
Kemudian tubuhnya bangkit, seperti sesuatu yang memaksanya bergerak dari dalam.
Polisi yang berdiri di depannya langsung mundur selangkah.
“Ada apa dengan orang ini…?”
Dalam detik itu, Chen Lin tahu apa yang akan terjadi.
Tanpa berpikir panjang, ia mengambil tongkat baseball dari tangan seorang pemuda yang menentengnya sebagai properti foto. Dalam satu gerakan cepat, ia menghantam kepala pria itu.
Bugh!
Orang-orang berteriak kaget.
Pria itu terjatuh. Tidak bergerak lagi.
Wanita yang menggigit tadi masih meronta. Chen Lin segera menindihnya dari samping dan menggunakan tongkat baseball untuk menahannya supaya tidak menyerang siapapun.
“Pak polisi! Tembak kepalanya!” seru Chen Lin.
Polisi menatapnya tajam.
“Kau gila? Ini terlalu kejam! Turunkan tongkat itu!”
Chen Lin mengerang frustasi.
“Percaya padaku! Ini bukan orang biasa!”
Polisi tetap tidak percaya. Mereka menahan wanita dan pria itu dengan tali dan selimut, mengikat mulut mereka agar tidak menggigit, lalu membawa keduanya ke rumah sakit untuk “penanganan lebih lanjut.”
Kerumunan perlahan bubar, memandang Chen Lin dengan berbagai ekspresi—takut, kagum, atau mencurigai.
Chen Wei meraih tangan kakaknya, menggenggamnya dengan lembut.
“Kak… kita pulang saja…”
Chen Lin menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis.
“Iya. Ayo.”
Ia tidak tahu bahwa beberapa pengunjung merekam kejadian tadi—khususnya saat ia menghantam kepala pria itu—dan mengunggahnya ke Weibo.
Dalam waktu singkat, videonya viral.
Ada yang memujinya sebagai tindakan heroik.
Ada yang menyebutnya terlalu usil.
Dan ada juga yang menyebutnya terlalu kejam.
Namun ada pula sebagian orang yang menghubungkannya dengan postingan anonim tentang akhir zaman. Mereka menyebut kedua orang tadi telah menjadi zombie.
Namun seperti biasa, teori-teori itu tenggelam oleh komentar orang-orang yang menganggap semuanya sekadar kebetulan, atau drama berlebihan.
Kerumunan di depan kedai kopi mulai bubar setelah petugas membawa dua “korban gigitan” itu pergi.
Chen Lin menggenggam tangan Chen Wei dan buru-buru menjauh. Ia ingin pulang ke hotel secepatnya sebelum kekacauan semakin parah.
Namun langkah mereka tiba-tiba terhenti.
Sebuah tangan besar dan hangat menahan lengan Chen Lin dari belakang.
Chen Lin langsung refleks berbalik, siap mematahkan lengan orang itu—
lalu gerakannya berhenti.
Di depannya berdiri seorang pemuda tinggi, memakai jaket olahraga hitam, rambut sedikit berantakan tapi tampan dengan cara yang natural.
Sorot matanya jernih namun tajam, seperti seseorang yang terbiasa melihat lebih dari apa yang ditampilkan dunia.
Pemuda itu tertegun sejenak.
“…Kamu.”
Chen Lin mengedip, bingung. Tapi dalam hati—
Wow…
Dalam dua kehidupan, ia belum pernah melihat cowok setampan ini. Bahkan aktor favoritnya pun kalah. Tidak ada karakter sejenis di komik ini… Cowok setampan ini kok nggak jadi protagonis? Atau minimal villain ganteng? second male lead? Eh atau ada di bab-bab terakhir? secara dia kan gak baca semua bab, kkkk.
Chen Lin membersihkan tenggorokannya.
“Maaf… apa kita saling kenal?”
Pemuda itu menatapnya dengan ekspresi rumit.
“Kamu tidak ingat?"
Apa sih?! Chen Lin mencoba mengingat—apa dia pernah bertindak seperti hooligan? Atau… pernah mabuk dan tidur satu malam dengan pria ini?
Ehe. Itu sih maunya, tapi bukan begitu…
"The Blind Scene bulan lalu.” tambahnya
Aduh dia cuman ingat pasangan murahan itu lagi.
Melihatnya masih belum mengingat apapun, pemuda itu melanjutkan,
“Kau meminum jusku. Waktu kamu sedang bertengkar dengan pacarmu.”
Chen Lin langsung ingat, oooh jus.. eh?
Dia memang ingat. Dia haus, jus itu ada di meja, dan—ya… dia minum.
Jadi jus itu milik pemuda tampan ini, aduh memalukan sekali!
Yang lebih memalukan, Dia menahannya bukan karena kecantikan, tapi karena utang. Itupun sebuah jus!
Tunggu, dia berkata dengan tergesa-gesa "dia bukan pacar.... " tapi dia terhenti.. untuk apa dia menjelaskannya? lalu dia tidak melanjutkannya.
Langsung saja ia merogoh kantong kanan.
Kosong.
Kantong kiri.
Kosong juga.
Chen Lin menoleh ke Chen Wei. “Dompet kakak tadi kamu lihat di mana?”
Chen Wei berpikir sebentar. “Waktu keluar dari restoran… kakak simpan di kantong.”
Chen Lin menegang.
Sial.
Dia kecolongan.
Kapan? Bagaimana?
Seorang mantan agen top dicopet tanpa sadar? kalau junior-juniornya tahu, mereka pasti akan menertawakannya dan menulis sejarah hitam itu di dinding markas untuk dikenang.
Chen Lin menyipitkan mata pada pemuda itu dengan rasa malu yang menyesakkan dada.
“Maaf… dompetku dicuri. Jadi… aku belum bisa bayar jusmu.”
Pemuda itu menatapnya lama. Lalu… ia malah terkekeh pelan.
“Kau pikir aku mengejarmu karena jus itu?”
“Bukan?” Chen Lin berkedip bingung.
“Bukan. Aku ingin bertanya tentang kejadian tadi. Kau sepertinya tahu sesuatu.”
Chen Lin terdiam.
Untungnya....
Chen Lin langsung menatap sekeliling. Tempat itu terlalu ramai.
“Kita bicara di tempat lain saja.”
Jadi ia mengajak pemuda itu ke dalam kedai kopi. Tentu saja, pemuda itu yang bayar.
Sungguh memalukan.
Chen Lin tahu, ia harus memberikan pemuda di depannya sebuah cerita yang masuk akal. Tentu saja, ia harus berbohong dari awal sampai akhir.
Mustahil baginya untuk mengatakan yang sebenarnya: bahwa dunia ini hanyalah lembaran komik apocalypse yang ia baca sebelum tidur, dan ia sendiri telah bertransmigrasi ke dalamnya.
Mengungkap fakta itu tidak hanya akan membuat pemuda ini atau siapapun yang mendengarnya terkejut dan mungkin gila, tetapi juga memicu kemarahan dalam diri Chen Lin sendiri.
Ia pasti marah membayangkan bahwa seluruh hidupnya, seolah telah dirancang, ditulis, dan ditetapkan sebelumnya tanpa kebebasan memilih.
Syukurlah, ia yakin bahwa plot komik ini telah runtuh sejak ia mengambil alih tubuh ini. Kini, ia bebas menulis ulang takdir orang-orang yang dia sayangi.
back to topik.
Chen Lin mengarang dengan nada tenang, “Aku suka baca novel kiamat. Dan kejadian ini… mirip dengan salah satu novel yang pernah kubaca. Fenomena alam akhir-akhir ini juga aneh. ditambah berita pendaki itu… ya, dan kau lihat cewek tadi? dia sangat aneh dan aku menganggap nya seperti zombi, kau tidak melihat laki-laki yang dia gigit? dia juga hampir berubah seperti wanita itu. Jadi aku sangat ketakutan dan reflek memukulnya. yah begitu. aku cuma menyimpulkan sendiri, Um Begitulah adanya.”
Pemuda itu bersandar ke kursi, menyipitkan mata seolah mencoba menembus kebohongannya.
Chen Lin pura-pura polos.
“Terserah kau mau percaya atau tidak. Anggap saja aku membacakan dongeng padamu.”
Pemuda itu masih menatapnya, tapi tidak menyerang atau mendesak.
Chen Lin berdiri, menepuk-nepuk celananya.
“Terima kasih untuk kopinya. Dan untuk jus itu… kalau kita bertemu lagi, aku pasti bayar.”
Jangan pernah bertemu!
Pemuda itu mengangguk pelan.
Chen Lin menarik Chen Wei keluar dan menghembuskan napas panjang.
Hampir saja kebohongannya terbongkar. Tatapan pemuda tadi… seperti bisa melihat isi otaknya. Kalau lebih lama di sana, ia tidak yakin bisa mempertahankan kebohongan itu.
Saat Chen Lin pergi, pemuda itu mengikuti punggungnya dengan pandangan panjang.
Wajahnya berubah serius.
Ia mengeluarkan ponselnya, menekan nomor tertentu.
Begitu tersambung, ia berkata pelan namun tegas:
“Cari informasi tentang perempuan bernama Chen Lin. Jangan lewatkan sekecil apa pun. Oh ya tolong jual semua sahamku baik yang didalam negri maupun diluar ke para investor. Tolong secepatnya, kalo bisa siang ini semuanya telah terjual”
...****************...
Maaf ya baru update, karena tadi habis dari rumah teman dan belum sempet update.
Cuman kemarin sudah nulis duluan babnya tinggal diperbaiki dikit dan sekarang baru bisa up.
Tolong tinggalkan jejak ya, like, komen dan beri bintang 5 kalo suka ehe🤗
makasih udah up untuk hari ini👍👍👍 cerita nya bagus seru sekali cerita nya👍👍