Kebahagiaan dan kehidupan damai yang diharapkan raisa, cewek keras kepala, dan galak, tiba tiba sirna, ketika ia dipertemukan dengan seseorang yang menurutnya menyebalkan, dan selalu membuat emosinya naik setiap saat.
Banyaknya lika liku kehidupan yang menumbuhkan benih cinta, terpaksa membuat raisa membuka kembali lembaran dimasa lalunya, dan, mencari siapa sebenarnya seseorang yang menjadi pahlawan kecilnya.
akankah raisa menemukan siapa pahlawan kecilnya?
atau ia harus melupakan dan mencari hati yang lain untuk berubah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellmei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Cewek itu menangis dengan isak tangis yang memenuhi ruangan, berharap cowok yang terbaring diatas brangkar terbangun, dan mengelus kepalanya dengan lembut dan mengucapkan kata-kata yang menenangkan untuknya.
"Jangan tinggalin gue dika, gue sayang banget sama lo, gue gak siap ditinggalin sama lo" ia menggenggam erat tangan cowok itu, lalu menenggelamkan wajahnya di tangan andika.
Sebuah tangan mengusap pelan kepala , raisa sehingga membuat tangisan cewek itu berhenti, usapan yang sangat familiar baginya, usapan yang begitu raisa rindukan, raisa mengangkat kepalanya, melihat seseorang yang ada di atas brangkar tengah tersenyum hangat kepadanya.
"Gue gak akan ninggalin lo sa"
Tanpa aba-aba, raisa langsung berhambur ke dalam pelukan andika, ia menangis di sana.
"Gue minta maaf karena lo jadi nangis gini, maaf, ini semua rencana teman-teman biar gue pura-pura mati, supaya gue bisa tahu perasaan lo yang sebenarnya ke gue" andika berbicara sambil mengelus punggung raisa yang bergetar, menenangkan cewek itu agar merasa lebih baik.
"Udah jangan nangis, gue janji gak bakal ninggalin lo lagi"
Raisa tidak menjawab, ia hanya menggeleng pelan dan semakin mempererat pelukannya pada andika.
andika membiarkannya berada di posisi ini, sampai raisa merasa lebih baik, sesekali andika mengusap punggung raisa dengan lembut, menyalurkan rasa hangat dan nyaman bagi cewek itu.
"Uhuk uhuk ternyata gak sia-sia gue ngabisin duit 70.000 buat beli tetes mata sama tisu" seru kelvin dengan bangga, ia menatap kedua orang yang sedang berpelukan di depannya.
"Drakor ini bikin gue ir, ter haru banget gue liatnya" timpal revan mengusap sisa air matanya.
Raisa melepas pelukannya dari andika, ia benar-benar salah tingkah sekarang karena ketahuan berpelukan dengan andika.
Berbeda dengan andika, cowok itu malah menatap sinis teman-temannya karena sudah mengganggu waktu berharganya bersama raisa.
"Kalian jahat bohongin gue, kalau gue tahu ini cuma prank, gue gak bakal nangis kayak gini" gerutu raisa dengan bibir yang sudah dimanyunkan, semua orang tertawa menanggapi gerutuan cewek itu.
Tawa reza terhenti saat melihat keluar, seperti ada seseorang di luar ruangan, jantungnya berpacu sangat cepat, membuatnya melangkah keluar untuk melihat apakah itu benar, namun hasilnya nihil, tidak ada siapa-siapa disana.
"Mungkin cuma perasaan gue aja" batin reza tersenyum kecut, ia kembali masuk dan duduk di sofa, diruangan andika tepat di samping revan.
"lo kenapa za? kok murung?" tanya revan menetap reza dengan intens, cowok itu hanya tersenyum dan menggeleng pelan
"gak papa" jawabnya kembali melihat keluar sejenak, berharap seorang cewek yang ia rindukan selama 2 tahun terakhir berada di sana.
"Eh gue baru sadar raisa pakai dress" seruan kanza membuat atensi semua orang beralih pada penampilan raisa, mereka melihat dari atas sampai bawah, meneliti pakaian yang cewek itu pakai 😂.
"langka banget weh, raisa pakai dress, dan gue baru kali ini lihat dia pakai dress" seru vira heboh.
"Kalian ngeliatin gue kok gitu amat, kan wajar gue pakai dress, namanya juga cewek" raisa tertawa melihat semua ekspresi semua orang yang ternganga melihat penampilannya 😂.
💫💫💫
Ovy berlari menuju tempat administrasi dengan dua
botol minuman di tangannya, dari arah berlawanan seseorang melangkah menuju tempat itu dengan santai.
"Sus, ruang inap_____"ovy dan dicky saling bertatapan karena berbicara bersamaan, membuat mereka berdua sama-sama tersenyum canggung.
"Maaf, anda bisa duluan" ucap dicky sopan, yang mendapat anggukkan kepala ovy.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya suster menatap mereka bergantian.
"Ruang inap atas nama andika revaldi barga" tanya ovy sembari mengingat-ingat nama andika, takut ia salah menyebutkan nama.
"Kamar VVIP lantai paling atas nomor 373" jawab suster itu tersenyum ramah pada mereka.
"Terima kasih" ovy tersenyum pada dicky, cowok itu tertegun, karena ruangan yang dimaksud ovy adalah ruangan yang akan dicky kunjungi.
"Tunggu" cegat dicky saat cewek itu hendak memasuki lift.
Ovi berbalik menghadap dicky, ia mengangkat satu alisnya bingung
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya ovy kemudian
"Ruangan yang anda tuju sama dengan ruangan yang akan saya kunjungi, jadi, bolehkah kita berangkat bersama?" tanya ficky menggaruk belakang lehernya canggung.
"Baiklah tidak masalah"
Dicky tersenyum dan ikut masuk ke dalam lift, didalam lift, ada perasaan canggung yang mulai menyelimuti keduanya, karena di dalam lift hanya ada mereka berdua, ovy merutuki jantungnya yang berdebar entah karena alasan apa, ia menatap dicky yang berada disebelahnya, ia baru menyadari, bahwa cowok yang ada di sampingnya itu cukup tampan.
Dicky menoleh pada ovy, hingga tatapan mereka bertemu, ovy tersenyum canggung karena dirinya kepergok telah mengamati wajah dicky diam-diam.
T i n g
Pintu lift terbuka, buru-buru ovy melangkah keluar, diikuti dicky di belakangnya, mereka berdua berjalan beriringan mencari ruang inap andika, tidak ada percakapan, hanya suara detak jantung ovy yang bergemuruh, dan 2 botol minuman yang sedikit diremas oleh cewek itu karena gugup.
Terdengar suara tawa yang menggelegar dari ruangan andika, sehingga membuat ovy menghentikan langkahnya, ia menatap dicky meminta penjelasan, dicky mengangkat bahu pertanda bahwa dirinya juga tidak mengetahui apa yang terjadi.
Cowok itu membuka pintu sehingga membuat semua orang yang ada di sana menoleh ke arahnya dan membuat semua tawa yang tercipta terhenti.
"Apa gue ketinggalan sesuatu?" tanya dicky menatap semua orang dengan satu alis terangkat.
"cie... bang dicky bawa pacarnya ya" goda kelvin menaik turunkan alisnya.
"cie...bang dicky, kayaknya ada yang harus kasih kita PJ nih" timpal revan ikut menggoda
"Eh bukan___"
"Udahlah, sini duduk, gabung aja sama kita" reza memotong ucapan dicky, lalu menarik dicky hingga duduk diantara mereka.
"Ka ovy, kenapa gak masuk? kok berdiri doang sih?" tanya raisa yang baru datang dari dapur mini, yang ada di pojok ruangan dengan sebuah nampan berisi bubur untuk andika
"Oh jadi raisa kenal sama pacarnya bang dicky? ya udah sini kak ovy masuk, gak usah malu-malu gitu, kita semua temennya bang dicky kok"
"Pacar?" tanya raisa tidak mengerti, ia mengangkat satu alisnya melihat ovy.
"Iya pacarnya bang dicky" jawab keysha mewakili mereka semua
Raisa tertawa, sehingga membuat semua orang menjadi bingung melihat raisa yang tertawa tanpa sebab.
Berbeda dengan ovy dan dicky, mereka berdua menahan malu, karena sudah dituduh memiliki sebuah hubungan.
"Sejak kapan seorang oviola dranic pacaran?" tanya raisa sambil menepuk-nepuk punggung sofa pelan setelah dirinya menaruh bubur di atas nakas tempat tidur andika.
"Jadi Kak ovy ini bukan pacarnya bang dicky?" tanya vira menyatukan kedua tangannya membentuk hati
"Itu juga yang mau gue jelasin sama kalian, gue sama oviola gak pacaran, kita juga baru ketemu di tempat administrasi tadi" jelas dicky lugas, ia melipat tangan di depan dada.
Ovy tersenyum pada semua orang saat dirinya seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa
"Maafin kami ya kak ovy, kami gak tahu kalau kakak bukan pacarnya bang dicky" kanza mewakili teman-temannya.
"Iya gak papa kok" jawab ovy seadanya.
"Ya udah kak, ayo masuk, duduk sini bareng kita" keysha menarik ovy masuk, cewek itu hanya mengangguk dan mengikuti langkah raisa menuju ke arah teman-temannya.
Raisa duduk di dekat andika, dan mulai menyuapi cowok itu dengan bubur yang ia bawa, sementara yang lain mulai mengobrol dan membuat lelucon sehingga membuat semua tertawa lepas, untungnya kamar yang ditempati andika cukup besar dan kedap suara, sehingga mereka bisa tertawa sepuasnya dan tidak mengganggu orang lain.
"Oviola" seruan seseorang dari daun pintu membuat atensi semua orang beralih, menatap erland yang berjalan mendekat, bersama cakra yang digandengnya.
Suasana seketika menjadi hening dan canggung.
"Kok kalian tegang gitu? gue kan cuma nyapa teman lama" perkataan erland memecahkan keheningan yang tercipta.
"Huh, kak erland, gue kira apaan" gerutu raisa yang kini sudah lanjut menyuapi andika.
"Tapi boleh gak gue pinjam ovynya bentar? ada sesuatu yang mau gue omongin sama dia" ovi menelan ludah, seharusnya ia tidak datang kemari dan bertemu erland, ia tidak terlalu yakin dengan apa yang harus ia jelaskan pada erland.
Ia tahu, suatu saat erland pasti akan bertanya padanya alasan dibalik putusnya hubungan erland dengan gadisnya alleira fransisca william, seorang cewek yang sedang bertahan melawan rasa sakitnya di rumah sakit, london.
💫💫💫
Seandainya ada kekuatan sihir yang bisa membuat seseorang menghilang, maka itu yang akan dilakukan ovy sekarang, ia ingin segera menghilang kemana saja, asalkan ia tidak berhadapan dengan erland, ovy mengikuti langkah erland menuju taman belakang rumah sakit, mereka berdua duduk berhadapan disebuah kursi panjang.
Ovy menelan salivanya susah, menyiapkan kekuatan, agar ia bisa menjawab dengan lancar, saat erland bertanya tentang alleira, sungguh bagi ovy situasi ini lebih sulit daripada menghadapi 100 soal fisika.
"Ada sesuatu yang harus lo jelasin ke gue" ucap erland berusaha tetap setenang mungkin.
Ovy melipat kedua tangannya di depan dada, angkuh.
"Sesuatu apa?" tanya ovy menutupi kegagapannya.
"Di mana alleira?" tanya erland spontan.
"Buat apa lo nyariin dia? hubungan kalian udah berakhir kan"
"Gue gak pernah bilang berakhir"
"alleira yang mau"
"Tapi gue belum setuju"
"Lan, lo kok egois s___"
Drttt drttt drttt
Suara deringan ponsel ovy membuat perkataan cewek itu terhenti, ia mengambil handphonenya di dalam tas, cewek itu bangkit dan melangkah menjauh agar erland tidak mendengar percakapannya.
"Halo"
"......"
"Baiklah saya akan segera ke sana" ovy memutuskan panggilan sepihak, ia langsung berlari tidak memedulikan erland, ia harus segera keruang rawat andika untuk berpamitan kepada raisa.
"Raisa, gue pulang duluan ya, gue harus balik ke london sekarang"
"gak nginep dulu kak?"
"Enggak, gue buru-buru, permisi"
Ovi memeluk raisa sekilas, untungnya ia bertemu dengan raisa di lantai bawah, jadi ovy tidak perlu repot-repot untuk menaiki lift.
Ovy mengambil ponselnya untuk menghubungi salah satu asisten keluarganya.
"halo paman sen, siapkan helikopter pribadi sekarang, saya akan kembali ke mansion dalam 15 menit, dan saya mau semua barang-barang penting milik saya disiapkan sekarang, karena saya akan kembali ke london hari ini juga" ovy memutus panggilan sepihak lalu masuk ke dalam mobilnya, menyuruh sopir yang mengantarnya untuk tiba dimansion dalam waktu kurang lebih 15 menit.
"Ra, ovy ke mana?" tanya eland menepuk bahu adiknya pelan
"Katanya mau pulang ke london, kenapa kak?"
"gak papa"
Raisa mengangkat bahunya acuh saat erland melangkah keluar rumah sakit.
Cowok itu menghubungi salah satu asisten pribadinya, ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan ovy, mengenai retaknya hubungannya dengan alleira.
"Ikuti mobil yang baru keluar dari rumah sakit ini, sekitar 3 menit yang lalu, jangan sampai lolos, saya akan menyusul 10 menit lagi"
💫💫💫