Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Hamil
Keesokan harinya...
Marsya mulai mendatangi beberapa rumah sakit di kota itu. Sudah beberapa rumah sakit yang didatangi tapi tidak ada satu pun yang membutuhkan dokter baru. Hingga Marsya pun mendatangi sebuah rumah sakit yang lumayan besar dan terkenal di kota itu.
"Mudah-mudahan rumah sakit ini membutuhkan dokter baru," gumam Marsya.
Dengan penuh percaya diri, Marsya pun masuk ke dalam rumah sakit itu. Setelah bertanya, ternyata rumah sakit itu sedang membutuhkan dokter dan Marsya merasa sangat bahagia. Setelah menunggu beberapa saat, Marsya pun dipersilakan masuk ke ruangan pimpinan rumah sakit.
"Selamat siang, Dok," sapa Marsya.
Seorang pria paruh baya sekitaran usia 65 tahun, membalikan kursinya. Marsya langsung gemetar, dia masih saja phobia kepada pria tua selain Takeda. Keringat sudah membasahi wajah dan tubuhnya, namun Marsya berusaha menahannya karena dia butuh sekali pekerjaan.
"Silakan duduk," ucap pria itu ramah.
Marsya pun duduk, dia benar-benar tidak bisa menahan rasa takut dalam dirinya dan itu membuat pria paruh baya yang bernama Dr.Philip itu mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa?" tanya Dr.Philip.
Marsya menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Boleh saya lihat CV kamu?" pintar Dr.Philip.
Dengan tangan bergetar, Marsya pun memberikan map berisi biodata dirinya. Dr.Philip membukanya dan melihat riwayat pekerjaan Marsya sembari mengangguk-anggukan kepalanya. "Kamu punya klinik?" tanya Dr.Philip.
"Iya, tapi itu dulu sekarang sudah tidak punya," sahut Marsya masih menundukkan kepalanya.
Dr.Philip memperhatikan Marsya yang semakin mengeluarkan keringat. Dr.Philip tahu apa yang sedang Marsya rasakan karena beliau adalah dokter spesialis psikosomatis. Dokter yang mendalami penyakit dalam dan mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan memahami kesehatan psikologis seseorang akibat stress, depresi, dan kecemasan.
"Apa kamu punya masalah psikis?" tanya Dr.Philip.
Jantung Marsya berdegup semakin tidak terkendali, bahkan saat ini kepalanya mulai terasa pusing. Marsya meremas kedua tangannya, terlihat sekali ada ketakutan dan kecemasan dalam diri Marsya membuat Philip merasa sangat kasihan. "Sepertinya ketakutan anak ini sudah sangat parah," batin Dr.Philip.
Philip tahu, dia pun menyuruh asistennya untuk melanjutkan tanya jawab dengan Marsya. Asisten Philip seorang wanita dan seketika Marsya langsung sembuh dan lancar menjawab semua pertanyaan. Philip melihat dari luar dan menyuruh kepada Vina untuk menanyakan apa yang salah dengan diri Marsya.
"Dia baik-baik saja kalau berhadapan dengan wanita, apa dia punya ketakutan kepada pria?" batin Dr.Philip.
"Maaf, apa boleh saya tanya masalah pribadi kamu?" tanya Dr.Vina.
"Boleh, dok," sahut Marsya.
"Kamu kenapa? kok tadi berhadapan dengan Dr.Philip, kamu terlihat ketakutan tapi berbeda dengan sekarang, kamu terlihat santai berhadapan dengan saya?" tanya Dr.Vina.
"Maaf Dok, saya punya trauma masa kecil jadi sampai sekarang saya takut jika bertemu dengan pria tua," sahut Marsya menundukkan kepalanya.
"Apa kamu pernah mengalami kekerasan?" tanya Dr.Vina.
Marsya menganggukkan kepalanya. "Kekerasan seperti apa?" tanya Dr.Vina lebih mendalam.
Marsya terdiam sejenak, dia tidak mau sampai semua orang tahu. Apalagi saat ini, dia sedang melamar pekerjaan dia tidak mau sampai dia tidak diterima gara-gara trauma yang dialaminya. "Bicaralah, Marsya. Kalau kamu mau jujur, kami akan membantu kamu," ucap Dr.Vina.
"Tapi aku takut, tidak diterima kerja padahal saat ini aku sangat membutuhkan pekerjaan," sahut Marsya.
"Lebih baik kamu jujur dari awal daripada kamu menyembunyikannya karena profesi kamu itu seorang dokter gak boleh main-main," ucap Dr.Vina.
Marsya kembali menundukkan kepalanya, dia berusaha menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dengan ragu-ragu, Marsya pun mulai menceritakan kisah hidupnya yang menyedihkan itu. Vina sampai ikut meneteskan air mata mendengar cerita Marsya.
"Itulah alasan saya takut kepada pimpinan tadi, traumaku kepada pria paruh baya maka dari itu, dulu aku mendirikan klinik tapi khusus wanita dan anak-anak," sahut Marsya dengan menundukkan kepalanya.
"Itu sudah sangat parah, seharusnya kamu berobat ke psikiater," ucap Dr.Vina.
"Iya, nanti saya akan lebih rajin lagi terapi karena saya juga ingin sembuh," sahut Marsya.
"Gak bisa nanti-nanti, posisi kamu itu dokter umum jadi kamu mengobati berbagai macam pasien tidak mungkin saya memerintahkan kamu hanya menangani pasien wanita dan anak-anak saja. Bagaimana kalau nanti saat dokter lain tidak ada? dan keadaan kamu seperti ini," ucap Dr.Vina.
"Dokter, saya mohon terima saya bekerja di sini, saya janji akan berusaha mengobati trauma saya itu," mohon Marsya.
Vina terdiam, dia tidak bisa memutuskannya sendirian. "Baiklah, sekarang kamu pulang saja dulu, saya akan bicarakan terlebih dahulu bersama Dr.Philip karena pimpinan dan pemilik rumah sakit ini adalah beliau. Nanti kalau Dr.Philip mengizinkan, saya akan menghubungi kamu lagi," ucap Dr.Vina.
"Baiklah, terima kasih dokter mudah-mudahan Dr.Philip berbaik hati mau menerima saya bekerja di rumah sakit ini," ucap Marsya.
Marsya pun keluar dari ruangan Philip dan memutuskan untuk pulang. Marsya berharap, rumah sakit itu bisa menerimanya bekerja di sana karena hanya itu rumah sakit terakhir harapan Marsya. Pada saat Marsya sedang berjalan ke luar, dari kejauhan Marsya melihat seseorang yang dia kenal.
"Bukannya itu Dr.Rey," gumam Marsya.
Marsya pun berlari, Rey yang hendak masuk lift langsung ditarik oleh Marsya dan dibawanya ke tempat sepi. "Dr.Marsya," gugup Dr.Rey.
"Hebat sekali kamu menipuku, kamu tahu betapa menderitanya aku selama tinggal di rumah itu," geram Marsya.
"Maafkan aku Dr.Marsya, aku terpaksa karena aku ingin keluar dari rumah itu. Aku punya anak dan istri, aku tidak bisa meninggalkan mereka sampai bertahun-tahun lamanya. Maafkan aku Dr.Marsya," sahut Dr.Rey dengan nada memelas.
Marsya menghempaskan tubuh Rey, lalu pergi meninggalkan Rey. Rey mengejar Marsya. "Dr.Marsya sedang apa di sini? apa kamu bekerja di sini juga?" tanya Dr.Rey.
Marsya tidak memperdulikan Rey, dia pun terus saja berjalan hingga dia pun keluar dan masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesan terlebih dahulu. Rey hanya bisa menghembuskan napasnya, dia tidak menyangka jika akan bertemu lagi dengan Marsya. Sementara itu, Vina menemui Philip dan menceritakan semuanya mengenai Marsya.
"Bagaimana Dok, apa Dokter mau menerima dia?" tanya Dr.Vina.
"Entah kenapa dari awal saya bertemu dengan dia, saya merasa kasihan kepadanya. Masalah menangani pasien, kamu atur saja di sini banyak dokter umum kita maklumi saja dia dan bantu anak itu sembuh," sahut Dr.Philip.
"Jadi, Dr.Philip mau menerima dia bekerja di sini?" tanya Dr.Vina memastikan.
"Iya."
"Baiklah, nanti saya akan hubungi Marsya kembali," sahut Dr.Vina.
Vina pun pamit, Philip terdiam dan merenung. Hati dia merasa tersentuh dengan masalah yang sudah Marsya alami di masa lalu. Dan tidak tahu kenapa, Philip ingin sekali membantu Marsya.
***
1 bulan kemudian....
Sudah satu bulan berlalu, dan Marsya memang sudah bekerja di rumah sakit milik Philip. Philip sangat baik hati, karena hanya memberikan pasien wanita dan anak-anak kepada dirinya. Marsya merasa sangat bersyukur.
"Astaga, kenapa perutku mual sekali," batin Marsya.
Dia berlari masuk ke dalam kamar mandi dan memuntahkan semua sarapannya. Kepala dia terasa sedikit pusing. "Bagaimana ini, aku harus bekerja tidak mungkin aku izin tidak masuk padahal aku baru satu bulan bekerja," gumam Marsya.
Akhirnya Marsya pun memaksakan dirinya untuk berangkat ke rumah sakit karena dia merasa tidak enak jika harus tidak masuk. Kondisi Marsya semakin parah, hingga akhirnya dia pun jatuh pingsan saat sedang menangani pasien. Marsya mulai membuka matanya dan melihat ke sekeliling.
"Dr.Marsya sudah sadar," ucap Dr.Wilma.
"Iya, terima kasih dok sudah membantuku," sahut Marsya.
"Dr.Marsya selamat ya, saat ini kamu sedang hamil," ucap Dr.Wilma dengan senyumannya.
"Hah, hamil!"
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Marsya tidak menyangka dengan penjelasan dokter itu.