Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 28
Gilang tak memperbolehkan Rere nyetir sendirian. Walaupun mobilnya udah di ganti banya, tetep saja Gilang melarangnya.
"Mbak, mana kunci mobilnya..." tanya Gilang yang meminta kunci mobil Rere.
"Tapi Gilang, mbak pulang sendiri saja, kamu tetep di sini, mbak nggak mau nanti kamu di pecat gara gara ini.." ujar Rere khawatir.
"Mbak tenang saja oke, sekarang serahkan kunci mobilnya, atau mau bonceng motor aku..." canda Gilang.
"Iiihhh, jangan aneh aneh ya...." jawab Rere lalu merogoh kunci mobil yang ia taruh dalam tas kerjanya. Setelah kunci berada di tangan Gilang, keduanya segera berjalan menuju parkiran, dimana mobil Rere sudah ada di situ lagi, karena teman Gilang yang menangani sewaktu ban Rere bocor kemarin.
Gilang membukakan pintu untuk Rere. Dengan hati hati Rere duduk. Sweater Gilang masih menempel dan menutupi bagian belakangnya. Mau nggak mau ia harus duduk dan beralaskan sweater itu. Gilang sendiri segera masuk dan mulai menyalakan mobil. Dan mobil pun melaju meninggalkan kantor.
Sepeninggal Rere dan Gilang, bu Nita sangat marah sekali. Semua di marahi habis habisan. Mika Cindy Kevin Juna dan Ata tak elak dari ocehan wanita yang memasuki usia kepala empat itu. Namun berbeda dengan Sania, ia di marahi tapi biasa saja, nggak sampai seperti yang lainya. Karena mungkin dia anak baru dan yang merekrut bu Nita sendiri.
Mika menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
"Apa ya harus sampai semarah itu, kan cuma hal kecil kaya gini, masa harus di besar besarkan sih, dan kenapa kita juga harus kena omelan....?" ucap Mika yang memandang ke arah Ata.
"Nggak tau Ka, lagi mau dapet juga kali jadi ya uring uringan kaya gitu..." jawab Ata.
"Jangan sok tau ah..." sahut Sania yang tengah mengetik sesuatu di laptopnya.
"Kalau pun sampai terjadi hal hal yang tak di inginkan di kemudian nanti, itu sangat di sesalkan. Dan bu Nita seharusnya bisa mempertimbangkan, sebab Rere kan karyawan yang berpotensi, dan udah cukup lama...." timpal Kevin.
"Apa pun keputusanya, kita tunggu saja, semoga bu Nita ambil keputusan dengan benar dan bijak..." imbuh Juna dan Cindy membenarkan.
Suasana kantor kembali tenang, karena kembali lagi dengan aktifitas mereka.
Di mobil. Rere duduk dengan tidak tenang. Ia tak enak duduk dengan beralaskan sweater Gilang. Sesekali ia terlihat mengangkat sebelah pahanya untuk membenarkan posisi duduknya.
"Kenapa mbak, dari tadi aku perhatikan seperti gelisah dan nggak nyaman gitu....?" tanya Gilang yang memegang gagang setir.
"Gilang, mbak merasa nggak enak, sweater kamu jadi kena noda darah, kalau kamu jijik dan nggak mau pake lagi, mbak akan ganti kok berapapun harganya." ujar Rere dengan tebakannya sendiri. Gilang tersenyum dan sebelah jari telunjuknya berada di bawah hidungnya.
"Kenapa harus jijik, kan bisa di cuci mbak, main ambil keputusan sendiri saja...." jawab Gilang.
"Kamu nggak jijik...?" ucap Rere menegaskan.
"Jijik kenapa? Ya enggaklah mbak...."
Gua juga heran sama diri gua sendiri, kenapa gua nggak jijik sama sekali melihat darah mbak Rere ini Mungkinkaaahhh.....
"Tapi mbak nggak enak banget, sumpah...."
"Ya di enak enakin aja mbak. Mbak Rere mau langsung pulang.... ?" tanya Gilang.
"Pulang ganti celana, dan balik lagi ke kantor Lang..." ujar Rere yang kini menyandarkan kepalanya di jok kursi.
Gilang mengerutkan dahi mendengar jawaban Rere. Menurutnya sih aneh keputusan cewek yang duduk di sebelahnya.
"Kembali ke kantor...?" sahutnya kemudian.
"Iya..." jawab Rere singkat.
"Nggak salah dengar nih...?"
"Enggak Gilang, nyerinya juga udah berkurang, mungkin karena udah keluar banyak juga..." Jelas Rere kaya jelasin sama pacar.
"Kalau mau balik lagi, mending nggak usah pulang..." ucap Gilang dengan pandangan lurus ke depan. Rere spontan menoleh ke arah Gilang yang berekspresi tenang.
"Maksutnya.....?" Rere meminta penjelasan.
"Maksutnya ke apartemen Gilang saja mbak, kan agak deket, kalau ke rumah mbak kan agak jauh, belum lagi kalau mama sama papa mbak Rere kaget kalau mbak pukang, dikira kenapa kenapa lagi...."
Hihihi, kesempatan nih, dosa dikit ga papa, kan nggak ngapa ngapain juga, cuma niat baik, semoga amal baik ini di catat oleh Tuhan
"Nggak ah, tar kamu apa apain lagi...." jawab Rere dengan mode menggoda.
"Gak papa lah, kan di apa apain sama orang ganteng, hihi..." canda Gilang sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. Tanpa sadar, spontan Rere mencubit pinggang Gilang.
"Aw..."
Ya elah, cuma di cubit aja rasanya kaya gini, enaknya setengah mati.
"Maaf Gilang, mbak nggak sengaja...." ucap Rere mengatupkan kedua tanganya.
"Sengaja juga gak papa mbak santai aja lagi..." hehe.
Rere setuju untuk ke apartemen Gilang dengan pertimbangan selain dekat juga ia tidak mau membuat mamanya khawatir. Mobil terus melaju menembus arus lalu lintas yang cukup padat. Untung saja cuaca tidak terlalu terik .
Setengah jam berlalu. Mobil mereka memasuki area basement sebuah apartemen. Gilang memarkirkan mobil dan membukakan pintu untuk Rere.
"Di sini apartemen kamu....?" tanya Rere kaget karena berada di kawasan elit. Kedua matanya menyapukan pandangan ke seluruh area basement. Tidak ada mobil yang tak mewah yang berada di situ, kesemuanya mewah dan keluaran terbaru. Gilang mengajak Rere untuk menuju ke ruangan apartemennya.
"Bentar mbak, tunggu di sini dulu...." pinta Gilang yang mengeluarkan ponselnya dan agak menjauh dari Rere. Lalu entah dengan siapa ia bicara. Sepertinya serius sekali. Beberapa menit kemudian, Gilang terlihat menutup teleponnya dan kembali menghampiri Rere.
"Mari mbak...." ajak Gilang. Rere mengikuti langkah di belakang Gilang. Tak ingin seperti itu, Gilang memundurkan langkahnya dan kini berjalan beriringan bersama Rere. Tertegun. Itu yang di rasakan Rere saat ini. Semua yang di lakukan Gilang kepadanya adalah sesuatu yang menurutnya the best yang tidak pernah di kakukan oleh mantannya.
Suasana hening saat mereka berjalan menuju ke lift. Sampai di depan lift pintunya tertutup. Gilang memencet tombol dan terbukalah pintu lift tersebut. Mempersilahkan Rere masuk duluan dan ia mengikuti dari belakang. Angka 5 menjadi tujuan arah telunjuknya. Dan lift pun naik membawa mereka ke lantai 5. Rere terdiam. Hanya bisa menahan apa yang bergejolak dalam hati dan batinya.
Sungguh tak ku sangka, selain tampan kamu juga tajir Gil.... Salah menduga gue...
Sesaat kemudian pintu lift terbuka. Gilang mempersilahkan Rere keluar duluan dan mereka berjalan menuju apartemen yang berada lantai 5 tersebut. Gilang berhenti di depan pintu dan memencet nomor pinya. Sesaat pintu terbuka.
"Silahkan masuk mbak Rere..." ucap Gilang mempersilahkan dengan sopan.
Sebuah ruangan mewah dengan furniture yang mahal dan sangat komplit fasilitasnya.
Rere terkesima untuk yang kedua kalinya. Basement dengan isian mobil mewah, dan sekarang apartemen dengan ornamen ornamen meawah juga. Rere berdecak kagum. Baru k ali ini ia salah menduga.
"Gilang....." panggil Rere dengan pandangan antara percaya dan tidak percaya dengan semua penglihatannya.
"Iya mbak..." jawab Gilang mendekati Rere.
"Ah enggak kok...." Rere menepis semua isi pikiranya.
"Toiletnya di mana Lang....?" tanya Rere yang ingin segera membersihkan darahnya.
"Ayo mbak Gilang antar...." sekali lagi perkataan lembut keluar dari bibir Gilang. Keduanya menuju toilet yang berada di sebelah tempat tidur. Sebuah toilet dengan desain yang mewah melengkapi apartement Gilang.
"Silahkan mbak Rere...." ucap Gilang membukakan pintu toilet tersebut dan mempersilahkan masuk. Dengan langkah agak ragu, Rere memasuki toilet.
Bersambung